Pada Selasa pekan ini, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto angkat bicara dan membenarkan hal tersebut.
"Saya mendengar bahwa ada kasus tersebut, ada penangkapan kemudian meninggal," kata Setyo.
Namun, saat itu ia belum mengetahui penyebabnya.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian juga tidak mau menjawab saat ditanya perihal kematian Jefri ketika dijumpai di Markas Komando Brimob Polri, Kamis kemarin. Saat itu Tito berdalih hujan mulai turun dan akan meninggalkan lokasi konferensi pers.
Serangan jantung
Pada Kamis malam, Setyo akhirnya menggelar konferensi pers mengenai meninggalnya Jefri. Ia didampingi Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal, dokter Rumah Sakit Polri Kramat Jati Kombes Pol Arif Wahyono, dan Sekretaris Biro Pengamanan Internal Divisi Profesi dan Pengamanan Polri Kombes Pol Agung Wicaksono.
Setyo menyampaikan, penyebab Jefri meninggal adalah serangan jantung.
"Hasil autopsi berupa surat visum et repertum disimpulkan penyebab kematian almarhum adalah serangan jantung," ujar Setyo.
Usai ditangkap, Jefri dibawa tim Densus 88 untuk menunjukkan lokasi persembunyian temannya. Namun, di perjalanan Jefri mengeluh sesak nafas. Jefri langsung dibawa ke klinik terdekat di Indramayu dan meninggal dunia.
Anggota Densus 88 tidak mengetahui bahwa Jefri mengidap penyakit. Sebab, saat ditangkap, Jefri juga tidak menyatakan dirinya sakit.
Dokter Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Arif Wahyono memastikan tak ada luka di tubuh Jefri. Kematian Jefri murni karena serangan jantung.
"Jenazah kami periksa tidak ada luka-luka sama sekali," kata Arif.
Arif mengatakan, begitu diperintah memeriksa jenazah Jefri, ia mengecek organ luar dan organ dalam. Karena tidak ditemukan luka di bagian luar tubuh, autopsi dilakukan. Arif memeriksa organ-organ dalam yang dicurigai menjadi penyebab kematian Jefri.
Dari pemeriksaan diketahui kondisi jantung Jefri tidak sehat sehingga terjadi serangan mendadak.
"Hasilnya ketemu gangguan riwayat penyakit jantung yang lama dan yang baru. Kami berkesimpulan bahwa ada riwayat penyakit jantung baru dengan riwayat penyakit jantung lama yang memicu terjadinya serangan jantung," kata Arif.
Kecurigaan
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menemukan banyak kejanggalan dalam kematian Jefri. Salah satunya, ia mendapat informasi bahwa pihak keluarga dilarang membuka kafan jenazah Jefri saat diserahkan kepada keluarga.
Dahnil juga menganggap perlu dilakukan autopsi ulang secara independen untuk melihat secara objektif apakah Jefri meninggal karena komplikasi penyakit atau karena faktor lain. Apalagi, istri Jefri, dalam pemberitaan di media massa, juga menyebutkan suaminya tidak mengidap penyakit apapun.
Kecurigaan tersebut dibantah Polri. Setyo menyebut bahwa keluarga Jefri, baik orangtua maupun istrinya dipersilakan melihat jenazah sebelum dimakamkan.
Setelah diautopsi dan diperlihatkan kepada keluarga, jenazah Jefri dibawa ke Lampung untuk dikebumikan.
"Jadi tidak benar bahwa keluarga tidak boleh melihat," kata Setyo.
Setyo juga mempersilakan jika pihak keluarga ingin melakukan autopsi ulang ke rumah sakit lain.
Dokter Arif memastikan, tak ada rekayasa medis terhadap Jefri. Bisa saja Jefri tidak menyampaikan penyakitnya kepada pihak keluarga sehingga tidak diketahui. Arif menegaskan bahwa tugasnya dijalankan di bawah sumpah kedokteran dan tetap bersikap imparsial meski bekerja di RS Polri.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/16/10363741/menjawab-teka-teki-meninggalnya-tersangka-teroris-di-indramayu