Salin Artikel

Dari Lautan Sampah ke Lautan Busa di Utara Jakarta...

Ribuan sampah plastik menyelimuti lahan perairan yang awalnya akan digunakan sebagai tempat budidaya ikan bandeng itu. Saking banyak dan tebalnya, orang pun dapat berjalan di atas tumpukan sampah tersebut.

Ketua Komunitas Mangrove Muara Angke Risnandar mengatakan, sampah-sampah itu mulai menumpuk pada awal Februari 2018. Ia menuturkan, sampah-sampah itu berasal dari perairan Teluk Jakarta yang tersapu gelombang hingga membawanya kembali ke daratan.

"Dari Desember sampe Februari terjadi yang namanya baratan. Kalau nelayan bilang itu angin besar, ombak besar yang merapat ke Jakarta. Baratan itu menggulung sampah-sampah yang ada di pesisir ini," kata Risnandar saat ditemui di lokasi, Sabtu (17/3/2018).

Sabtu (17/3/2018) pagi, Pemerintah melaui Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu langsung memulai proses pembersihan. Hari itu, ada sekitar 100 orang yang terjun membersihkan tumpukan sampah.

Kepala Sudin LH Kepulauan Seribu Yusen Hardiman menargetkan, proses pembersihan akan selesai dalam waktu satu pekan.

Jumlah pekerja yang diterjunkan berlipat ganda di hari-hari berikutnya. Aparat kepolisian dan militer pun ikut turun tangan membereskan sampah yang volumenya diperkiraan mencapai 1.000 meter kubik itu.

Jumat (23/3/2018) menjadi hari terakhir pembersihan yang dilakukan Sudin LH Kepulauan Seribu. Kepala Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan dan Kebersihan Sudin LH Kepulauan Seribu Ary Prabowo mengatakan, proses pembersihan akan dilanjutkan oleh Komunitas Mangrove Muara Angke.

"Kami sudah koordinasi dengan Komunitas Mangrove kalau sekarang sudah bisa diselesaikan hari ini ya kami serahkan ke komunitas," kata Ary.

Ia menyebut sudah ada 110 ton sampah yang diangkut ke Bantargebang dari Muara Angke. Bekas lahan penuh sampah tersebut natinya akan ditanami pohon mangrove.

"Kami berpikir tadinya kawasan yang terdampak sampah ini menjadi lokasi penanaman (mangrove) dan menjadi benteng kami pada baratan Desember nanti," kata Risnandar.

Lautan busa di Marunda

Masih di utara Jakarta, Kompas.com  kemudian mendatangi Pintu Air Weir 3 Marunda yang dilintasi oleh Kanal Banjir Timur (KBT). Sekitar 27 kilometer dari lokasi lautan sampah, masalah lain muncul di KBT kawasan Marunda.

Lautan busa tebal terlihat menghiasi kanal yang dijadikan tempat latihan atlet-atlet dayung tersebut. Saking tebalnya, busa-busa itu bak salju atau gumpalan awan bila diperhatikan dari jauh.

Petugas Pintu Air Weir 3 Marunda Tarya mengatakan, busa-busa tersebut muncul akibat limpasan air di pintu air tersebut.

"Ada busa karena ada limpasan air artinya jatuhan air karena jatuh keluar busa," kata Tarya kepada Kompas.com, Jumat (23/3/2018).

Sarmada, petugas dari UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta sependapat dengan Tarya.

"Ini pertemuan air asin dan air adem, jadi posisi air itu jatuh menimbulkan buih," kata Sarmada.

Baik Sarmada dan Tarya menegaskan bahwa buih-buih tersebut muncul bukan akibat limbah pabrik.

"Enggak ada limbah, kalau ada limbah ini ikan pasti mati ini kan masih banyak pemancing-pemancing," kata Sarmada.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, sejumlah pemancing dapat ditemukan di sekitar lokasi lautan busa. Septian, warga Harapan Jaya, merupakan salah satunya.

Sudah satu bulan terakhir ia memancing di lokasi tersebut dan selalu membawa pulang ikan.

"Alhamdulillah dapat-dapat aja sih ikannya. Di sini malah banyak ikannya," kata Septian.

Walau begitu, tumpukan busa itu tetap saja mengganggu pemandangan. Sejumlah atlet dayung biasa berlatih di sana pun merasa terganggu dengan kehadiran busa-busa setebal belasan sentimeter itu.

"Kalau tebal begini (busanya), kami enggak latihan di sini. Takut anak-anak sesak napas kalau nyebur," kata Pelatih Kepala Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) DKI Jakarta, Qurrotal Ayun.

Mendengar keluhan tersebut, Sarmada berjanji akan menurunkan petugas untuk mengatasi busa-busa yang memenuhi kanal tersebut. Ia juga akan meneliti kandungan air di sana untuk mengetahui apakaha ada limbah atau tidak.

Bila ada pepatah yang berbunyi 'lepas dari mulut singa masuk ke mulut buaya', untuk kasus di atas pepatah tersebut bisa diubah menjadi lepas dari lautan sampah masuk ke lautan busa.

https://megapolitan.kompas.com/read/2018/03/24/11591781/dari-lautan-sampah-ke-lautan-busa-di-utara-jakarta

Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke