Berbekal nampan dan karung berukuran kecil, Kamil dan dua temannya, Diki (16) dan Fajar (13), berburu butiran beras yang tercecer di bak-bak truk.
Ratusan truk setiap harinya keluar masuk Pasar Induk Cipinang membawa pasokan beras dari berbagai daerah.
Kepada Kompas.com, Kamil mengatakan, ia sudah memungut beras yang tercecer selama beberapa tahun terakhir.
Dalam satu hari, ia mengaku bisa memperoleh 4-5 liter beras.
"Sehari mah kadang (dapat beras) enggak tentu, biasanya (dapat beras) 4-5 liter. Berasnya habis itu dijual Rp 5.000 per liter," kata Kamil saat ditemui, di Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Sabtu (12/5/2018).
Hasil penjualannya digunakan untuk menambah uang jajan.
"Lumayan sehari dapat Rp 40.000 dipakai buat nambahin uang jajan. Kadang juga dipakai buat main-main sama teman," ujarnya.
Trio Kamil-Diki-Fajar bukan satu-satunya kelompok yang memunguti beras di sana.
Ada pula sepasang kakak-beradik, Rizky (14) dan Irfan (10) yang juga berburu ceceran beras.
"Ini buat ngabisin waktu saja, Bang. Mumpung libur cari-cari beras di sini buat nambahin di rumah atau nambahin uang jajan," kata Rizky.
Disangka pencuri
Bertahun-tahun memungut beras, banyak kisah suka dan duka yang mereka alami.
Diki menceritakan, tak jarang mereka disangka pencuri.
"Wah kalau disangka pencuri mah sudah enggak terhitung, biasanya yang nyangka begitu orang lagi lewat saja. Padahal, kami sudah izin sama yang punya," kata Diki.
"Ya akhirnya kami harus minta maaf saja sama ngejelasin bahwa kami sudah minta izin," tambahnya.
Salah seorang pedagang beras di Pasar Induk Cipinang, Mustofa tak mempermasalahkan keberadaan anak-anak pemungut beras.
Ia mengatakan, pihaknya tidak akan merugi apabila beras-beras tersebut diambil.
Mustofa justru berterimakasih kepada para pemungut beras.
"Saya, sih, enggak masalah, ya, kalau mereka ambilin beras, toh itu, kan, memang beras yang tercecer, yang tumpah dan sebagainya. Kami malah senang kalau (beras) diambilin, jadi enggak kotor," kata Mustofa.
Salah seorang penjaga keamanan Pasar Induk Cipinang mengatakan, anak-anak itu biasanya memungut beras setiap akhir pekan atau libur sekolah tiba.
"Mereka, sih, kadang ada kadang enggak. Kalau lagi libur begini biasanya dia sampai siang di pasar. Kalau hari sekolah biasanya enggak kelihatan," katanya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/05/12/11164281/kisah-para-pemungut-beras-di-pasar-induk-cipinang