Saat itu air tampak begitu keruh. Tak hanya itu, sampah pun terlihat mengambang di permukaan sungai.
Seorang perempuan bernama Rubsiati mengaku berasal dari Kampung Hijau yang letaknya tak jauh dari Kampung Bekelir, Babakan, Tangerang, Tangerang Kota.
Menurut dia, kegiatan mencuci pakaian di air sungai yang keruh seperti itu sudah lumrah.
"Kami sering nyuci di sini. Ya baju saya, baju suami, anak. Soalnya kalau di rumah itu tempatnya sempit. Enak di kali kalau nyuci," ujar Rubsiati saat berbincang dengan Kompas.com.
Warga lain bernama Yuyun membenarkan pernyataan Rubsiati. Menurut dia, air yang keruh tak membuatnya merasa jijik atau enggan mencuci baju.
"Kami biasa nyuci di sini juga, enggak apa-apa, enggak gatel, enggak apa," ujar dia.
Lurah Babakan Abu Sofyan mengatakan, pihaknya telah berulang kali meminta warga tak mencuci di sungai yang keruh itu demi alasan kesehatan. Menurut Sofyan, saat ini jumlah warga yang mencuci baju di sungai tak sebanyak dulu.
"Dulu itu lebih banyak lagi, berderet di pinggir kali sini. Saya sudah sosialisasi berulang kali untuk alasan kesehatan warga," tutur dia.
RW 001 di kelurahan tersebut kini dijadikan Kampung Bekelir yang mengutamakan aspek kebersihan, keindahan, dan kesehatan. Kampung itu menjadi kampung percontohan untuk mengubah citra kumuh Kelurahan Babakan menjadi kampung layak huni.
Sofyan memastikan, di RW 001 sudah tidak ada lagi warga yang mencuci baju di sungai yang keruh.
"Jadi yang sekarang masih mencuci di kali itu warga dari kampung seberang. Harapannya semakin banyak lagi warga yang berubah," kata dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/30/18031841/warga-babakan-mencuci-di-air-keruh-sungai-cisadane