Menurut Wakil Bupati Kepulauan Seribu Junaedi, tingginya tanggul membuat pemasok barang dagangan ke Kepulauan Seribu mesti mengeluarkan uang tambahan untuk membayar kuli panggul sehingga harga barang-barang di sana lebih mahal.
"Tanggul ini begitu tinggi sehingga ketika membeli bahan pokok harus menggunakan tenaga lain, tenaga dorong atau kuli angkut. Ini yang berdampak pada tingginya harga bahan kebutuhan," kata Junaedi di Kali Adem, Kamis (7/2/2019).
Junaedi menyebut, para pemasok mesti membayar uang Rp 30.000-Rp 50.000 untuk membayar para kuli panggul. Harga kebutuhan di pulau pun meroket.
"Seperti harga beras mungkin yang satu liter Rp 8.000 sekarang menjadi Rp 12.000 dengan alasan di sana (Kali Adem) pakai kuli panggul lagi, dobel-dobel," ujar Junaedi.
Pengamatan Kompas.com, tanggul setinggi empat meter itu memisahkan Dermaga Kali Adem dan area parkir Pelabuhan Kali Adem.
Barang-barang yang hendak dibawa menggunakan kapal terpaksa diturunkan dari kendaraan dan diangkut oleh kuli panggul melewati puluhan anak tangga sebelum dimuat ke dalam kapal.
Jalil, salah satu pemasok barang dagangan ke Kepulauan Seribu, mengamini pernyataan Juanedi. Ia menyebut biaya angkut naik dua kali lipat.
"Biaya angkut tadinya Rp 1.000 bisa jadi Rp 2.000, yang biasanya bongkarnya dari dalam jembatan ke luar jembatan. Enggak ada akses saja jadinya," kata Jalil.
Adapun tangga di tanggul tersebut baru dibuka pada Januari 2018. Tanggul dibangun untuk mencegah banjir rob akibat pasang air laut.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/02/07/18363111/warga-kepulauan-seribu-keluhkan-tanggul-4-meter-di-kali-adem