Bus listrik merupakan bus ramah lingkungan yang memiliki emisi lebih rendah bahkan zero emisi dibandingkan bus transjakarta biasa.
"Kelebihannya jelas rendah emisi malah zero emisi. Studi menunjukkan emisi karbon 40 persen dari transportasi jadi kalau terus-terusan menggunakan (bus berbahan bakar gas) akan besar sekali emisi," kata Agung di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (21/3/2019).
Selain tidak mengandung emisi, biaya perawatan operasi bus listrik dijamin lebih rendah.
"Kalau dilihat dari bentuk semua hampir sama, tetapi dia lebih rendah keperluan dan perawatan biaya operasi, sehingga jangka panjang keseluruhan biaya perawatan bus lebih rendah," ucapnya.
Meski demikian, harga pembelian bus listrik diakui lebih mahal dibandingkan bus biasa.
Hal inilah yang membuat PT Transjakarta memutuskan tidak membeli bus listrik dan bermitra dengan operator.
"Kekurangannya harga beli di awal lebih tinggi, makanya transjakarta akan melakukan uji coba, jadi tidak membeli armada, kami bermitra dengan operator. Operator yang mengoperasikan, PT Transjakarta hanya membayar biaya operasi, kami bisa memperkirakan berapa biaya operasi," ujar Agung.
Meski demikian Ia tak memaparkan secara detil harga satu unit bus listrik.
"Belum dirilis harganya karena PT Transjakarta enggak beli juga. Makanya kami bekerja sama dengan operator," katanya.
Sebelumnya, PT Transjakarta menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan beberapa perusahaan untuk menghadirkan bus listrik ramah lingkungan di Jakarta.
Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono mengatakan, penandatanganan MoU dengan empat perusahaan ini yakni BYD auto Industry, PT Mobil Anak Bangsa, PT RAC Danfoss, PT Bakrie Autoparts, dan satu universitas yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) yang akan menyiapkan bus listrik.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/21/16113471/bus-listrik-ramah-lingkungan-harga-mahal-dengan-perawatan-murah