Cepot, salah seorang saksi mata, menyebut warga tiba-tiba mendengar suara teriakan salah seorang pekerja dari dalam lubang proyek galian.
"Awalnya yang keseterum itu satu orang. Lalu kayaknya yang satu lagi ini enggak tega ngeliat, dia menjerit. Terus enggak pikir panjang langsung nyelametin. Enggak tahunya yang nyelametin juga meninggal kena setrum," kata Cepot kepada wartawan.
Cepot menuturkan, kedua korban langsung terkapar di dalam lubang sedalam 3 meter tersebut. Melihat hal itu, warga pun tak berani mengevakuasi kedua korban karena takut tersetrum.
Memanfaatkan tambang yang berada di sekitar lokasi, warga pun membuat simpul guna mengangkat tubuh kedua korban dari dalam lubang.
"Kami kan juga was-was mau nolonginnya. Jadi pakai tali ditarik itu yang di atas dulu. Lalu yang keseterum pertama bisa diangkat karena posisinya saling bertindihan," kata Cepot.
Cepot menuturkan, korban yang pertama diangkat mulanya terlihat masih bisa menghembuskan napas.
Warga lain bernama Minanto menyebut kedua korban bekerja tanpa alat pengaman yang memadai. Ia mengatakan, para pekerja juga sengaja membasahi area proyek supaya memudahkan pekerjaan galian.
"Biar tanahnya lembek dan gampang digali, bukan air rembesan dari bawah, enggak hujan juga saat itu. Memang korban ini enggak pakai sepatu boots, baju juga enggak dipakai," kata Minanto.
Diberitakan sebelumnya, dua orang pekerja galian PLN yang bernama Ato dan Rizal tewas tersetrum saat melakukan pekerjaannya di kawasan Jatinegara, Kamis siang.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/28/21441151/cerita-saksi-soal-dua-pekerja-galian-pln-tewas-di-jatinegara