Padahal, busa memenuhi aliran air di sana.
"Masih aman (konsumsi ikan) di situ. Masih banyak penjala dan pemancing ikan bertebaran mencari ikan, meski di atas air berbusa. Selama ini juga belum ada keluhan orang sakit perut dan keluhan lainnya setelah mengonsumsi ikan dari situ, jadi masih dalam batas aman untuk dikonsumsi," ujar Suparman, Kamis (2/5/2019).
Meski demikian, pihaknya tak menampik adanya kandungan deterjen pada air di kali tersebut.
Menurut dia, selama biota air masih dapat hidup, berarti baku air masih dalam ambang batas wajar.
"Kalau memang (pencemaran) sudah sangat tinggi, biota air tidak bisa bertahan hidup di situ," katanya.
Suparman mengatakan, busa timbul akibat limbah rumah tangga.
Ia berharap pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal dapat menjadi solusi, terutama untuk limbah rumah tangga.
"Karena DKI Jakarta belum punya IPAL komunal untuk limbah rumah tangga. Jadi limbah itu langsung dibuang ke sungai, tanpa diolah dulu oleh warga," ucap Suparman.
Ia mengatakan, busa di kali tersebut bukan berasal dari limbah rumah tangga warga sekitar.
"(Limbah rumah tangga) di Jakarta Utara sama sekali tidak ada yang masuk ke KBT, tetapi itu hulunya di Cipinang, tambah lagi masuk ke Pondok Ungu, hanya transit muaranya di Utara," ujarnya.
Kemunculan busa disebabkan turbulensi, yakni bercampurnya debit air tinggi dengan air yang mengandung deterjen.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/05/02/20395311/ikan-dari-sungai-berbusa-di-marunda-disebut-aman-dikonsumsi