Hal itu bertolak belakang dengan isi berita di media online yang mengutip pernyataan Ani.
Adapun Ani akan dimintai keterangan polisi terkait pernyataannya yang menyebut penyebab kematian massal anggota KPPS karena senyawa kimia di media.
"KPU menyampaikan penyebab kematian karena kelelahan. Itulah yang membuat ibu Ani sebagai dokter berontak. Jadi, ibu Ani itu meminta kepada pihak-pihak berwenang untuk dilakukan penelitian apakah otopsi, visum, dan sebagainya untuk melihat sebetulnya sebab kematian petugas KPPS itu apa," ujar Slamet di Polda Metro Jaya, Jumat (17/5/2019).
Permintaan otopsi itu disuarakan dokter Ani karena dia prihatin atas kematian anggota KPPS dalam penyelenggaraan Pemilu 2019.
"Ibu Ani hanya menyampaikan keprihatinannya sebagai profesional dokter yang melihat ada lebih dari 500 orang meninggal dunia. Beliau sebagai dokter menyuarakan isi hatinya," kata Slamet.
Adapun Ani dilaporkan seseorang bernama Carolus Andre Yulika pada 12 Mei 2019. Pernyataan Ani soal kematian ratusan petugas KPPS sempat menuai kontroversi.
Ia sempat menyanggah pernyataan pihak KPU yang menyebutkan bahwa kasus meninggalnya petugas KPPS disebabkan kelelahan bekerja.
“Saya sebagai dokter dari awal sudah merasa lucu, gitu. Ini bencana pembantaian atau pemilu? Kok banyak amat yang meninggal. Pemilu kan happy-happy mau dapat pemimpin baru kah atau bagaimana? Nyatanya (banyak yang) meninggal,” ujar Ani ketika menjadi pembicara dalam sebuah program talkshow yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta, Selasa (7/6/2019).
Sementara itu, Ani Hasibuan tidak memenuhi panggilan penyidik dengan alasan sakit hari ini. Ani sedianya dimintai keterangan sebagai saksi dugaan penyebaran ujaran kebencian.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/05/17/15132771/pengacara-ani-hasibuan-prihatin-ingin-penyebab-kpps-meninggal-diusut