Salin Artikel

Korban Kebakaran Sepakat Kampung Bandan Ditata Ulang, tetapi...

Namun, harus sesuai dengan keinginan warga.

Menurut Darta, ada dua keinginan warga terkait penataan kembali kampunya yang terbakar Sabtu (11/5/2019) lalu.

"Pertama warga minta dibangun selter, kedua jangan ada hunian di sekitar saluran air," jelas Darta ditemui Kompas.com, Senin (27/5/2019).

Darta melanjutkan, warga ingin selter dibangun di sekitar Jalan Mangga Dua Raya menuju ke Stasiun Kampung Bandan.

"Itu di sekitar situ ada bangunan liar untuk usaha, dihabiskan saja dan lahannya dibebaskan untuk pembangunan selter," lanjutnya.

Sedangkan untuk saluran air, ia berharap agar pemerintah bisa menghimbau untuk warga agar tak membangun rumah di atas saluran air.

"Karena sebelum kebakaran di atas saluran air juga dibangun rumah, jadi warga ingin disitu tak ada lagi rumah supaya menghindari banjir," papar Darta.

Terkait dengan konsep penataan lainnya seperti menggantikan bangunan rumah dengan bangunan lain, Darta mengaku warga tidak menyetujuinya.

"Warga inginnya membangun (rumah) kembali sesuai kemampuan masing-masing," katanya.

Menurut Darta alasan warga menolak penataan dengan membangun rumah baru sesuai konsep pemerintah karena 70 persen warga yang rumahnya terbakar sudah memiliki Pajak Bumi dan Bangunan sendiri.

"Sedangkan 30 persen sisanya mendirikan rumah di atas lahan milik PT Wira Karsa yang berada dibawah Grand Boutique. Tahun 1994 lahan itu sudah dibebaskan, namun karena tak juga dipakai akhirnya warga mendirikan bangunan di situ," ungkapnya.

Jika hendak melakukan penataan sesuai rancangan pemerintah, Darta melanjutkan, warga ingin mendapatkan kompensasi pembebasan lahan terlebih dahulu.

"Kalau pemerintah menggusur dan melakukan penataan ulang, ya lahan warga dibebaskan dulu. Kalau sudah dibebaskan baru warga akan pindah," ungkap dia.

Darta menerangkan, meski warga membangun ulang rumahnya masing-masing dan tata kampung tidak akan berubah seperti sebelum kebakaran, namun potensi kebakaran akan berkurang.


"Meski (lokasi rumah) dempet-dempetan tapi bahan bangunannya beda. Kalau dulu pakai kayu dan triplek, sekarang dibangun menggunakan batu bata merah, dan bata putih atau hebel. Mudah-mudahan terhindarlah dari kebakaran karena bahan bangunannya lebih bagus," tutur Darta.

Adapun 30 rumah yang terbakar mulai dibangun ulang di Kampung Bandan. Darta menjelaskan saat ini warga yang mengungsi juga sudah jauh berkurang.

"Kurang lebih tinggal 500 warga di tenda pengungsian. Beberapa sudah pindah ke tempat lain, atau tinggal di rumah saudaranya. Beberapa lainnya sudah kembali untuk tinggal di tenda yang didirikan diatas rumahnya masing-masing," sebutnya.

Sebagai informasi kebakaran di Kampung Bandan menyebabkan 450 rumah terbakar dan 3.500 jiwa mengungsi.

Pemprov DKI Jakarta menawarkan penataan Kampung Bandan pada warga tidak dengan menggusur atau membuat rumah susun.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/05/28/06595301/korban-kebakaran-sepakat-kampung-bandan-ditata-ulang-tetapi

Terkini Lainnya

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Menanti Keberhasilan Pemprov DKI Atasi RTH Tubagus Angke dari Praktik Prostitusi

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Pastikan Beri Pelayanan Khusus bagi Calon Jemaah Haji Lansia

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Asrama Haji Embarkasi Jakarta Siapkan Gedung Setara Hotel Bintang 3 untuk Calon Jemaah

Megapolitan
Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke