JAKARTA, KOMPAS.com - PT Transportasi Jakarta menanggapi keluhan dari seorang pelanggan Transjakarta karena minimnya mesin EDC (electronic data capture) di dalam bus transjakarta.
Direktur Utama PT Transjakarta, Agung Wicaksono menjelaskan, transjakarta sejak dulu memang menggunakan tiket dari tapping di gate dengan kartu uang elektronik (KUE) dari bank untuk rute BRT.
Adapun, rute BRT maksudnya adalah rute di dalam koridor yang melintasi halte-halte.
"Jadi memang tidak ada pembayaran tunai di atas bus di rute BRT itu," ucap Agung dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/7/2019).
Bahkan, saat ini PT Transjakarta memiliki lebih banyak rute non-BRT atau yang di luar koridor.
Sampai saat ini sudah ada hampir 900 bus non-BRT yang dioperasikan Transjakarta.
Menurutnya, banyaknya rute non-BRT ini akan membuat kawasan yang bisa dijangkau lebih banyak.
"Nah, untuk rute non-BRT ini haltenya tidak di tengah koridor, jadi pembayarannya tidak bisa tapping di halte, melainkan di dalam bus," jelas Agung.
PT Transjakarta akan gunakan "tap on bus"
Menurutnya, mekanisme pembayaran yang paling memungkinkan untuk di dalam bus adalah dengan sistem tap on bus.
Dengan sistem ini, penumpang tinggal menempelkan kartu uang elektronik ke mesin tap yang ada di dalam bus.
Agung mengatakan, sampai saat ini pihaknya masih menggunakan EDC lantaran dulunya TransJakarta ini tidak melakukan investasi sendiri untuk sistem pembayarannya.
Dulu PT Transjakarta masih bergantung pada bank sehingga semua pembayaran menggunakan kartu uang elektronik dari bank.
"Satu mesin EDC hanya bisa membaca satu jenis kartu bank tertentu. Karena mesin EDC ini bergantung dari supply dari bank, sebagai back-up disediakan tiket kertas untuk bukti pembayaran," ujar Agung.
Oleh karena itu, pihaknya menargetkan akan berhenti mengunakan mesin EDC tahun ini.
Agung mengatakan, semua bus non-BRT sedang dipasangi reader untuk tap on bus (TOB).
"Jadi tak ada lagi ketergantungan pada mesin EDC dari bank. Tak ada lagi pembayaran tunai dengan tiket kertas yang artinya semua pelanggan transjakarta juga harus punya kartu bank," ucapnya.
Ia menargetkan, akhir tahun ini semua reader tap on bus ditargetkan akan terpasang.
"Ini adalah soal proses transformasi. Perubahan budaya untuk sistem pembayaran yang masih berproses. Saat ini pengadaan sedang dilakukan," kata Agung.
Keluhan penumpang
Sebelumnya, beredar keluhan pengguna bus transjakarta di Facebook lantaran harus menyediakan tiga kartu dari tiga bank berbeda agar bisa membayar secara cashless di Transjakarta rute non-BRT (bus rapid transit).
Keluhan yang dimaksud dibuat oleh warganet lewat Facebook dengan nama akun Jonminofri Nazir.
Adapun, rute non-BRT sendiri merupakan rute di luar koridor yang bisa digunakan penumpang tanpa harus masuk ke dalam halte.
Penumpang bisa menggunakan bus dengan rute non-BRT ini dari pinggir jalan di titik yang telah ditentukan.
"Hampir setiap hari saya naik Transjakarta. Saya menyiapkan tiga kartu pembayaran cashless dari tiga bank berbeda karena saya naik TJ tidak dari halte. E-money untuk S22 (Ciputat-Kampung Rambutan), Flash BCA untuk S21 (Ciputat-Tosari), dan TapCash BNI untuk D41 (Lebak Bulus-Universitas Indonesia Depok)" bunyi keluhan di akun Jonminofri Nazir pada postingannya, Senin (29/7/2019).
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/30/13500571/mesin-edc-minim-dirut-transjakarta-janji-terapkan-sistem-tap-on-bus