Salin Artikel

4 Fakta Kematian Anggota Paskibraka Tangsel Berdasar Pengakuan PPI

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyebab kematian Aurellia Qurratuaini, anggota Paskibraka Tangerang Selatan masih menjadi misteri.

Namun, mulai terungkap fakta-fakta terbaru terkait sosok Aurel di mata senior dan kesehariannya selama menjadi anggota Paskibraka.

Berikut empat fakta kematian Aurel berdasarkan pengakuan Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangerang Selatan yang dirangkum Kompas.com.

1. Bantahan PPI terkait penyebab kematian

Ketua PPI Tangerang Selatan Warta Wijaya membantah Aurel meninggal dunia akibat mengalami kekerasan fisik selama pelatihan.

Menurut dia, anggota paskibraka mendapatkan latihan fisik biasa dan wajar dengan standar pembinaan yang telah diatur.

"Yang pasti kita dalam pola pelatihan pendidikan paskibraka enggak ada yang namanya kekerasan atau pun body contact secara langsung kan enggak ada. Ya semua yang sudah diterapkan diajarkan itu sudah sesuai dengan standar pola pembinaan," ucap Warta saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (3/8/2019).

Warta mengungkapkan, latihan fisik yang dilakukan para anggota paskibraka adalah latihan baris berbaris dan latihan fisik dalam kategori wajar dimulai pukul 07.00 hingga 16.30 WIB.

Ia menyebut pihaknya tak dapat menyimpulkan secara langsung penyebab lebam yang ditemukan dalam tubuh Aurel.

"Masalah lebam kita juga belum tahu penyebabnya ini apa. Banyak faktor kan. Kalau kami ke anggota kami masih melakukan pendalaman ke anggota masing-masing ada atau tidak (kekerasan). Tapi saya bisa pastikan dalam pola pembinaan kami tidak ada yang namanya unsur-unsur kekerasan," kata Warta.

2. Alasan buku harian disobek

Warta membenarkan bahwa buku harian atau diary milik Aurel dirobek seniornya. Namun, aturan tersebut tak hanya berlaku bagi Aurel. Sebab, semua buku harian milik anggota paskibraka lainnya juga dirobek.

"Jadi yang dirobek bukan buku Aurel aja tapi semuanya, teman-teman semuanya disobek," katanya.

Diketahui, Aurel mempunyai buku diary yang berwarna merah putih. Dalam buku itu, Aurel menceritakan kisah hidupnya.

"Dia menulis di buku diary sampai jam 01.00 dini hari. Dia menulis dari awal sampai akhir di buku diary yang barunya itu. Karena buku diary yang lama punya dia dirobek oleh seniornya di paskibra," ucap paman Aurel, Indra.

Warta mengatakan, buku berwarna merah putih itu memang diperuntukan sebagai wadah anggota paskibraka menuangkan cerita atau curahan hati baik dalam pelatihan atau pun di rumah.

Setiap anggota paskibraka wajib memiliki dan mengisi buku harian tersebut.

Terkait perobekan buku harian tersebut, Warta menyebut ada beberapa anggota paskibraka yang tidak mengisi buku itu. Para senior pun beberapa kali memperingatkan agar buku tersebut diisi, namun masih ada yang membangkang.

Aurel sendiri termasuk anggota paskibraka yang mengisi buku harian. Hanya saja untuk menguji kekompakan anggota, maka semua buku dirobek.

"Iya dia mengerjakan. Tapi ada teman-teman ada yang malas. Semuanya dirobek kami enggak ada perlakuan khusus karena alasan tadi (malas). Intinya harapan kami ini satu pola pembinaan biar anak ini mengisi dengan tulisan biar kita bisa tahu. Dan itu pun kami ngasih waktu beberapa hari dikerjakan," ujar Warta.

3. Sosok Aurel Dinilai Baik dan Kuat

Aurel dikenal sebagai sosok pribadi yang baik. Awal bergabung sebagai anggota paskibraka, Aurel dikenal sebagai anak yang pendiam.

Namun, lambat laun Aurel bersosialisasi dan menjalin pertemanan yang baik dengan sesama rekan Paskibraka.

Aurel pun dikenal sebagai salah satu anggota yang kuat secara fisik.

Warta menyebut, almarhum bahkan tak pernah sakit. Bahkan Aurel dipilih sebagai pembawa baki karena menjadi anggota terbaik.

"Dalam latihan beliau sangat bersemangat, fisiknya pun bisa dibilang kuat ya prima. Adinda Aurel ini hampir tidak pernah mengeluh sakit atau apa. Sangat giat. Dia tidak pernah absen, fisik mental juga cukup bagus makanya dia enggak pernah sakit," kata Warta.

4. Posisi Aurel Sebagai Pembawa Baki Akan Dikosongkan

Warta menyebut, pihaknya akan mengajukan permohonan kepada pemerintah pusat agar posisi Aurel sebagai pembawa baki bendera agar dikosongkan. Hal ini sebagai bentuk penghormatan atau penghargaan kepada Aurel.

"Kalau nanti sesuai kami dari tim lapangan yaitu TNI dengan PPI, Dispora (Dinas Pemuda dan Olahraga) ingin coba mengajukan bahwa posisi aurel tidak diganti sebagai pembawa baki untuk dikosongkan. Ini sebagai bentuk penghargaan kami terhadap Aurel," ujar Warta.

Kendati demikian, untuk teknis upacaranya masih akan dibicarakan oleh para pelatih di lapangan. Ia berharap agar pengajuan ini bisa diterima.

Warta menambahkan bahwa PPI, para pelatih, serta seluruh rekan Aurel di paskibraka telah bertemu keluarga termasuk orangtua Aurel pada Jumat (2/8/2019) malam.

"Orangtuanya mengatakan enggak akan melanjutkan ini ke proses hukum dan ortu meminta kami PPI dan senior untuk tetap mendampingi teman-teman Aurel semuanya sampai bertugas," katanya.

Sebelumnya diberitakan, seorang anggota paskibraka asal Tangerang Selatan dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (1/8/2019) pagi.

Aurel yang terdaftar sebagai siswa Kelas XI MIPA 3 SMA Islam Al Azhar BSD menghembuskan napas terakhirnya di kediamannya yang berlokasi di Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang.

Ayah Aurel, Farid Abdurrahman (42) mengatakan, latihan paskibra yang dijalani anaknya sudah berlebihan. Hal itu dikatakan Farid karena dirinya Purna Paskibraka.

Perlakuan berlebihan itu diberikan oleh para seniornya, bukan para pelatih Paskibra.

"Jadi campur tangan senior di luar pelatih ini ini yang merupakan teror beban psikologis yang sangat luar biasa," ujar Farid saat ditemui Kompas.com, di kediamannya di Perumahan Cipondoh, Tanggerang, Jumat (2/8/2019)

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/04/07534651/4-fakta-kematian-anggota-paskibraka-tangsel-berdasar-pengakuan-ppi

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke