"Warga harus lebih waspada lagi, terutama kelistrikan. Kalau tidak dipakai, dimatikan. Harus diperiksa juga sambungannya, peletakan steker bertumpuk atau tidak. Harus lebih berhati-hati," kata Subejo saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/8/2019).
Ia menyampaikan, selain perambatan api yang semakin mudah, pada musim kemarau petugas pemadam kebakaran juga harus menghadapi tipisnya ketersediaan air. Hal itu tentu berpotensi memperlama pemadaman dan menambah kerugian akibat si jago merah.
"Lebih sulit airnya, karena dangkal. Biasanya kan kali airnya jadi dangkal (saat kemarau), sehingga disedotnya sulit," kata Subejo.
"Kami kan butuh kontinuitas air yang terjaga. Kalo tidak, nanti membahayakan petugas dan warga," kata dia.
Subejo juga meminta warga agar tidak membakar sampah, apalagi jika ditinggal tanpa pengawasan. Sebab, hembusan angin yang kencang akan dengan mudah membawa api merembet ke rumah warga.
"Banyak kejadian bakar sampah kena ke rumah. Lihat saja datanya," kata Subejo.
Berdasarkan data Dinas PKP per 14 Agustus 2019, intensitas kebakaran akibat pembakaran sampah melonjak drastis pada musim kemarau.
Sebagai perbandingan, dalam rentang Januari-April saat musim hujan, pembakaran sampah tak sampai menyumbang 10 peristiwa kebakaran. Bulan Mei dan Juni pun hanya ada 15 dan 16 kebakaran akibat pembakaran sampah.
Juli, jumlah itu melesat ke angka 55 peristiwa kebakaran. Agustus ini, hingga tanggal 14, sudah ada 42 kebakaran akibat pembakaran sampah.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/08/14/19164981/kemarau-pemadam-kebakaran-imbau-warga-cek-kabel-dan-tak-bakar-sampah