Chandra, seorang pelatih satwa jatuh tersungkur saat Tina menggigit hand protector yang ia kenakan. Pawang anjing pelacak tersebut berguling-guling di tanah lapangan, seolah ingin melepaskan gigitan Tina.
Semakin Chandra menggerakkan tangannya, Tina semakin beringas menggigit hand protector.
Sesekali, Chandra berteriak dan menunjukkan mimik wajah kesakitan. Ia terus berguling, bangun, terjatuh lagi, guna menghindari kejaran dan gigitan Tina.
Itulah adegan-adegan yang dilakukan anggota Mako Satwa Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya untuk melatih ketangkasan Tina.
Tina merupakan anjing yang sama jenisnya dengan Sparta dan Anubis milik presenter Bima Aryo.
Pada Jumat (30/8/2019) anjing milik Bima itu menyerang seorang asisten rumah tangga bernama Yayan (35) di Cipayung, Jakarta Timur hingga tewas.
Ternyata belgian malinois merupakan anjing yang sering dijadikan sebagai anjing pelacak oleh kepolisian.
1. Anjing tangguh
Beberapa waktu lalu, Kompas.com berkesempatan menyambangi Mako Satwa Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya.
Kasubnit Satwa Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya Ipda M Saragi mengatakan, belgian malinois merupakan salah satu jenis anjing yang biasa digunakan sebagai unit k9 atau anjing pelacak bidang kejahatan dan kekerasan atau jatanras, pelacakan bom dan bahan peledak, hingga penguraian massa.
Belgiam malinois dipilih karena memiliki fisik yang tangkas dan kecerdasan yang mumpuni.
Menurut Saragi, kepintaran seekor anjing sudah terlihat sejak kecil. Anjing yang cerdas akan aktif bergerak saat melihat mainan.
Tim Unit Satwa Polda Metro Jaya kemudian melatihnya agar ketangkasannya semakin terbentuk.
Anjing jenis ini, kata Saragi, dapat berlari dengan kencang dan melumpuhkan musuhnya dengan cepat.
Meski tangkas, menurut penelusuran Kompas.com, belgian malinois dapat merusak atau mengembangkan perilaku neurotik jika tidak diberikan stimulasi dan olahraga yang cukup.
Hal ini sering menyebabkan masalah bagi pemilik yang tidak terbiasa dan tidak siap untuk memberikan latihan yang mereka butuhkan atau pekerjaan untuk mereka lakukan.
2. Sensitif
Ternyata belgian malinois dan anjing-anjing pelacak lainnya juga bisa mengambek. Mereka tak seperti robot yang dapat terus bekerja sepanjang waktu mengikuti perintah pawangnya.
Menurut Kanit Satwa Direktorat Sabhara Polda Metro Jaya Iptu Sakiman, para anjing pelacak memiliki sisi sensitif. Mereka bahkan dapat merasakan kegalauan pawangnya.
"Anjing pelacak itu sering ngambek kalau pawangnya juga sedang galau. Mereka bisa merasakan apa yang sedang dirasakan pawangnya," kata Sakiman di Mako Unit K9 Sabhara Polda Metro Jaya, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (3/5/2018).
Menurut Sakiman, para anjing pelacak tak akan menuruti perintah pawangnya jika suasana hati sang pawang sedang kacau.
Karena itu, para pawang harus memiliki keterampilan khusus untuk mengembalikan mood binatang binaannya tersebut.
Menurut dia, menjadi pawang anjing pelacak bukanlah sekadar pekerjaan yang berorientasi pada pendapatan. Dibutuhkan kebesaran hati untuk memahami dan menerima binatang binaannya sebagai sahabat atau bahkan anak sendiri.
Profesionalitas tinggi harus dipegang teguh para pawang. Masalah pribadi yang menciptakan kegalauan harus dikesampingkan demi anjing pelacak binaan tetap memiliki mood saat bertugas dalam sebuah operasi.
3. Harga capai Rp 176 juta
Sakiman mengatakan, ada sembilan ekor K-9 atau anjing pelacak Polda Metro Jaya yang didatangkan dari Belanda.
"Untuk setiap ekor anjing dari Belanda harganya Rp 176 juta, apapun jenisnya," kata Sakiman.
Sakiman menambahkan, ada berbagai jenis anjing yang didatangkan dari Belanda. Namun, jenis yang umum digunakan adalah anjing herder dan belgian malinois.
Namun, menurut Sakiman, ada juga jenis lain seperti rottweiler, labrador, dan golden.
Masih menurut Sakiman, anjing-anjing yang didatangkan dari Belanda merupakan anjing cerdas dan lebih mudah untuk dilatih.
"Kami tidak punya penangkaran anjing. Di Indonesia ada penangkaran, salah satunya di kawasan Puncak Bogor. Tapi biasanya anjing dari Belanda lebih pintar dan mudah dilatih," ujar Sakiman.
4. Ungkap kasus kejahatan
Tina, si anjing belgian malinois juga pernah membantu polisi mengungkap kasus kejahatan.
Kasus yang dimaksud adalah pembunuhan terhadap seorang bocah berinisial PNF (9) atau dikenal dengan kasus bocah dalam kardus menggemparkan warga Jakarta, akhir tahun 2015.
Kasus ini menyita perhatian masyarakat karena pelaku memasukkan korban ke dalam kardus di Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (2/10/2015) malam.
Jenazah ditemukan dengan kondisi badan tertekuk, kaki dan tangan terikat dengan mulut dilakban.
Hingga akhirnya terungkap PNF dibunuh seorang pria bernama Agus. Siapa sangka Tina, ikut berperan mengungkap pembunuh bocah dalam kardus itu.
Pawang Tina, Brigadir Lambert mengatakan, Tina diterjunkan untuk mencari jejak pelaku pembunuhan.
Saat itu, Tina berjalan menuju sebuah bedeng yang letaknya tidak jauh dari kediaman orang tua korban.
Tina kemudian berlari ke arah Agus. Lambert mengatakan, saat itu Tina menemukan kesamaan aroma titik tolak dan tubuh Agus.
Berkat bantuan Tina, polisi juga dapat mengungkap keberadaan kelompok "Boel Tacos" yang dipimpin Agus dan sangat meresahkan masyarakat tersebut. Pada akhir 2016, majelis hakim menjatuhkan vonis mati kepada Agus.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/03/19445671/mengenal-belgian-malinois-anjing-tangguh-rekan-polisi-ungkap-kasus