Mereka dahulu tinggal di Gedung Kodim Kalideres, Jakarta Barat.
Pantauan Kompas.com, Selasa (17/9/2019), mereka tampak menggelar tikar seadanya untuk alas.
Mereka memilih berteduh di depan Bank Gamon.
Shukria Rahumi, asal Afghanistan mengaku kecewa dengan UNHCR. Ia merasa dibohongi.
Ia mengatakan, awalnya pihak UNHCR menyatakan kalau Gedung Kodim Kalideres akan ditutup.
Akhirnya, para pencari suaka mau menandatangani perjanjian untuk keluar dari Gedung Kodim.
“Mereka bilang kalu Gedung Kodim akan ditutup dan kami akan diungsikan ke tempat lain. Namun, sampai sekarang kami tidak ada tempat berteduh, bahkan masih ada pencari suaka lainnya yang bertahan di Gedung Kodim,” ujar Shukria saat ditemui di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Selasa (17/9/2019).
Selain itu, para pencari suaka juga dijanjikan diberi Rp 1,6 juta per bulan untuk satu keluarga.
Namun, hingga kini ia baru sekali mendapatkan uang tersebut.
“Jadi kita baru dapet sekali uang itu. Itu pun saat diinformasikan kalau Gedung Kodim itu akan ditutup makanya kita mau tanda tangan perjanjian,” kata Shukria.
Ali, pencari suaka lainnya mengaku, uang yang didapatkan dari UNHCR tidak cukup untuk kebutuhan sehari-harinya. Sebab, ia butuh makan dan minum.
Dengan demikian, uang tersebut tidak cukup untuk menyewa tempat tinggal.
Ia juga dilema lantaran tak bisa berbuat banyak. Geraknya dibatasi di Indonesia.
“Saya tidak bisa bekerja, naik motor, mobil pun tak bisa. Padahal kami butuh menghidupi diri kami,” kata Ali.
Ali mengaku, hingga saat ini tak punya kepastian bagaimana kehidupannya ke depan.
Pencari suaka tak mau berlarut hidup di jalan. Mereka berharap dapat memiliki tempat tinggal dan kehidupan yang layak.
“Berharapnya kami diberikan tempat tinggal. Kami juga ingin diberikan makan sama minum,” tuturnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/17/18314201/kembali-tinggal-di-trotoar-kebon-sirih-para-pencari-suaka-merasa