Di tempat itu berbagai jenis kapal uzur ''dimutilasi" hingga menjadi lempengan-lempengan kecil.
Puluhan pekerja tampak sibuk dengan las potong dan pelat besi yang ada di hadapan mereka. Sejumlah crane yang ada dilokasi itu juga sibuk mengangkat lempengan-lempengan besi tersebut.
Sedikit lebih jauh di luar tanggul laut, tampak beberapa kapal yang siap untuk dibelah menjadi lempengan-lempengan besi.
Di tengah kawasan tersebut, terdapat sebuah pondo. Di dinding pondok terpampang tulisan "No Smoking".
Tulisan itu hampir memenuhi seluruh dinding. Besarnya tulisan seakan menunjukkan bahwa larangan itu bersifat mutlak. Soalnya, pondok itu dikeliling belasan tabung gas setinggi manusia.
Cara memotong kapal
Ahmad Jaelani (33), salah seorang pekerja, menjelaskan bagaimana cara mereka membelah kapal berbobot ratusan hingga ribuan ton menjadi lempengan-lempengan kecil.
"Pertama itu dipotong dari atas kapal. Motongnya satu ruangan gitu, kayak seukuran satu kamarlah, habis itu diangkat pakai crane ke darat," kata Jaelani.
"Kalau di atas kapal susah potongnya, selang gas harus disambung panjang-panjang buat ke kapal," ujar Sutarman (36), pekerja yang lain.
Setelah hasil potongan pertama dibawa ke darat, pekerja lain akan langsung memecahnya menjadi ukuran yang lebih kecil hingga muat masuk dalam truk pengangkut.
Potongan-potongan besi kapal itu akan dijual perusahaan yang memperkerjakan mereka ke tempat peleburan besi.
Hasil penjualan itu, sebagian dijadikan upah para pemotong kapal.
Kapal yang dibelah dan dipotong-potong merupakan kapal-kapal yang sudah berusia puluhan tahun.
Rabu siang tadi mereka sedangn memototng sebuah kapal pengeboran minyak berusia 30 tahun.
"Kalau peraturannya sih maksimal 25 tahun kapal sudah enggak boleh lagi berlayar," kata Sutarman.
Jaelani menjelaskan, membelah satu kapal bisa memakan waktu satu hingga enam bulan pengerjaan, tergantung ukuran kapal.
Untuk membelah dan memotong satu kapal setidaknya butuh 20 orang pekerja termasuk yang menggerakkan crane.
Mereka punya jam kerja.
"Kerjanya dari jam 07.30 sampai 11.30 WIB. Terus istirahat buat makan siang, jam 13.00 WIB mulai lagi sampai 16.30 WIB," kata dia.
Pekerjaan itu dilakukan setiap hari. Namun pada hari Minggu mereka boleh libur atau tetap bekerja.
Berpindah-Pindah
Sohari (35) mejelaskan, para pekerja pemotongan kapal itu tidak menetap di satu lokasi seperti yang ada di Cilincing tersebut.
Mereka bisa pindah-pindah ke berbagai belahan Nusantara, tergantung tawaran perusahaan yang memiliki kapal untuk dipotong.
"Bisa ke Kalimantan, bisa ke Bangka Belitung, bisa ke Papua sana, tergantung di mana ada kapalnya," kata Sohari.
Biasanya, mereka hanya perlu membawa alat potong saat menuju lokasi proyek pemotongan kapal.
Transportasi dan tempat tinggal akan ditanggung perusahaan yang membayar jasa mereka.
Akan tetapi, pekerjaan memotong kapal itu paling sering dilakukan di lokasi Gang Bedah Kapal sehingga seolah-olah mereka jadi warga tetap di sana.
"Istri dan anak-anak saya tinggal di Jawa Timur. Jadi kalau selesai ngerjain kapal saya pulang ke sana satu dua minggu. Kalau di sini sih tinggal di mes, ada disediain kantor," kata Jaelani.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/16/19333011/gang-belah-kapal-tempat-kapal-ribuan-ton-dibelah-dan-dipotong-potong