JAKARTA, KOMPAS.com - Rumah toko (ruko) berlantai empat di kawasan padat penduduk Jalan Bandengan Utara 2, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat di gerebek aparat Polda Metro Jaya, Senin (25/11/2019) lalu.
Rumah tersebut menjadi tempat persembunyian dan juga tempat praktik penipuan yang dilakukan para warga negara asal China.
Sejauh ini ruko tersebut sudah disegel menggunakan garis polisi yang mengitari pagar.
Garis polisi tidak hanya melintasi pintu pagar sisi luar, namun garis polisi juga terpasang di rolling door ruko bagian dalam.
Disangka penggerebekan teroris atau narkoba
Ketua RT setempat, Rokayah, mengaku kaget atas penggerebekan kemarin sore. Bahkan, warga di lokasi penasaran dan turut menonton langsung.
Rokayah yang kala itu baru pulang dari sekolah untuk merayakan hari guru mengaku kaget dengan keberadaan polisi berjumlah cukup banyak sambil menenteng senjata api, baik laras panjang maupun laras pendek.
"Saya kan sebelumnya ada di sekolahan karena ikut rayain Hari Guru. Saya kaget dapat telepon suruh pulang ke rumah, katanya ada penggrebekan polisi. Awalnya saya kira ini kasus narkoba karena kan di sini emang rawan," kata Rokayah ditemui di lokasi kejadian, Selasa (26/11/2019).
Takut melihat proses penggerebekan
Rokayah mengatakan, penggrebekan cukup menegangkan dan membuat dirinya sempat takut.
Sebab, para penghuni rumah tidak kooperatif saat didatangi rombongan polisi. Sehingga polisi memaksa masuk ke dalam bangunan.
"Awalnya kan dalam satu bis, pas keluar brek... semua, banyak polisi langsung ke rumah. Sudah ditunggu enggak mau keluar juga. Akhirnya polisi rusak gembok pagar itu pakai senjata. Habis itu baru masuk dan nangkepin yang ada di dalam," tutur Rokayah
Rasa takut berubah menjadi kaget karena Rokayah mendapati ruko yang berada di wilayahnya ditempati oleh puluhan WNA China
"Pas dibuka (langsung) naik keatas kan, saya juga ikut. Kaget saya, waduh orang Tiongkok semua ini, pada enggak bisa bahasa Indonesia, tahunya hanya yes dan no saja," tambah Rokayah.
Polisi memintanya menjadi saksi
Rokayah menyebutkan bahwa ruko tersebut baru saja disewa beberapa minggu lalu. Sebelumnya memang sempat terisi, tapi dipakai untuk jasa pengiriman barang atau paket.
"Saya kaget ternyata ada puluhan orang China di sana. Karena baru kemarin tanggal 3 ada yang lapor ke saya, katanya dia yang ngontrak di sana cuma buat tempat tinggal, tapi ternyata buat nampung orang China," ungkap Rokayah.
Di ruko 4 lantai itu Rokayah mengaku melihat 20 orang yang diamankan. Ke-20 orang tersebut terdiri dari 18 warga negara China dan dua warga negara Indonesia.
"Yang WNI itu infonya sopir dan perempuan yang suka masak, saya cuma tahu mukanya karena sering belanja di tukang sayur, tapi namanya enggak kenal karena dia juga enggak lapor," kata Rokayah.
Polisi yang melakukan penggerebekan tidak hanya mengamankan pelaku, dari dalam rumah tersebut ditemukan puluhan ponsel dan beberapa laptop serta boks kedap suara yang diduga untuk meredam suara saat tersangka menjalankan aksinya.
"Saya kaget kok ternyata selain ada banyak orang China. Ada banyak juga handphone dan laptop, sama kotak bilik-bilik," tutur Rokayah.
Telah diberitakan sebelumnya, Polda Metro Jaya mengamankan 91 orang terkait penipuan melalui sambungan telepon (telecom fraud) yang melibatkan warga negara China.
Sebanyak 85 orang warga negara China telah ditetapkan sebagai tersangka. Sementara itu, 6 orang lainnya berstatus Warga Negara Indonesia (WNI) hanya berstatus saksi.
Para tersangka diamankan di tujuh lokasi yang berbeda yakni Griya Loka, BSD, Mega Kebon Jeruk, Kemanggisan, Pantai Indah Kapuk, Perum Intercon, Bandengan Tambora, dan Malang, Jawa Timur. Total kerugian para korban penipuan itu mencapai Rp 36 miliar.
Saat ini, Polda Metro Jaya akan berkoordinasi dengan polisi RRT guna proses penyidikan dan hukuman bagi para tersangka.
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/11/26/21464061/cerita-ketua-rt-saat-ruko-yang-berisi-wna-asal-china-digerebek