Salin Artikel

Kisah Para Penjaga Sungai Cisadane di Tangerang...

TANGERANG, KOMPAS.com - Sepatu, baju, kasur, popok bayi, bahkan bambu, dan kayu ada di mana-mana. Tetapi ini bukan toko atau supermarket, apalagi toko mebel.

Inilah Sungai Cisadane.

Para penjaga sungai setiap hari dengan senjatanya, berjibaku dengan derasnya aliran Sungai Cisadane di saat musim penghujan. Alirannya membawa serta sampah yang dibuang dari hulu.

Kompas.com hari ini, Senin (2/12/2019), ikut terjun bersama tim yang dipimpin oleh Pak Ali, salah seorang pekerja pembersih sungai di bawah Dinas PUPR Kota Tangerang, dengan dua rekannya, Ibrahim dan Melos.

Melos adalah pengendali mesin tempel, sedangkan Ali berada di sisi depan kiri perahu. Untuk Ibrahim dipercaya berada di depan, posisinya strategis untuk memberikan aba-aba Melos saat ada gunungan sampah di depan perahu mereka.

"Tiap hari, jadi sampai jam empat, jam 12 siang kita istirahat," kata Ali sambil memegang sebuah jaring sebagai 'senjata' berburu sampah, siap untuk menjaring sampah-sampah yang terperangkap di tiang-tiang penyangga jembatan.

Membersihkan Cisadane dari gunungan sampah sudah ditekuni Ali selama empat tahun, sedangkan Melos lebih dulu setahun dari Ali. Ibrahim adalah orang yang paling awam dalam hal ini.

Dari pengalamannya paling awam, Ibrahim punya banyak cerita saat membersihkan Cisadane.

Hal yang paling berkesan sekaligus menakutkan bagi dia adalah bertemu mayat yang mengapung bersama sampah.

Bau anyir mayat manusia pagi ini Senin (2/12/2019) kembali dia rasakan. Mayat seorang satpam mengambang di Kali Cisadane, melempar ingatannya di masa lalu ketika dia harus mengangkat mayat di tahun 2016 silam.

"Itu keinget sampai rumah masih, Bang," kata Ibrahim, mengingat mayat terapung tergerus arus sungai bersama sampah-sampah.

Sambil terus mengais sampah dengan pacul cakar sebagai senjatanya, Ibrahim bercerita sudah sering sekali jasad manusia hanyut di sungai yang mengaliri lebih dari dua provinsi dan empat kabupaten ini.

Akhir tahun ini saja, sudah ada dua mayat yang dia temukan mengambang di Kali Cisadane. Lama kelamaan, bertemu dengan jasad mengambang jadi hal yang biasa.

"Sekarang lihat biasa aja, juga ada damkar (pemadam kebakaran) atau PMI yang angkat, bukan kita lagi (petugas pembersih)," kata dia.

Melos juga punya cerita unik lainnya. Banyak yang dia dapatkan dari Cisadane, mungkin bisa dibilang bukan berkah. Tapi sesuatu yang hanyut di Cisadane tidak melulu terkait sesuatu yang buruk.

Dia pernah menemukan sepasang sepatu yang masih bagus untuk dipakai, atau sebuah tas yang bisa dia gunakan setelah dicuci terlebih dahulu. Melos tersenyum mengingat sebuah tas yang dia dapat saat membersihkan kali Cisadane.

"Kadang ya sepatu bagus banget," kata dia sambil memegang kendali mesin tempel kapal tersebut.

Kapal boat berbentuk seperti perahu itu sendiri bermesin tempel 12 Pk merek Suzuki. Boat ini bukan boat biasa, bukan juga perahu karet. Bentuk boleh mirip perahu karet, tapi bahan boat terbuat dari besi alumunium.

Kapal boat untuk membersihkan Cisadane ini bisa dibilang didesain khusus untuk tahan terhadap benda-benda tajam.

Bisa dibayangkan jika boat tersebut terbuat sama dengan bahan dasar perahu karet, seketika akan tembuh dengan bambu yang cepat menghujam bersama kekuatan arus Cisadane.

Tetapi karena bobotnya yang berat lantaran bahan menggunakan logam, mesin tempel 12 PK tersebut meraung-raung ketika digas untuk mendorong tumpukan sampah di bawah penyangga jembatan jalan Raya Merdeka Kota Tangerang.

"Terus-terus," teriak Ali, memberikan aba-aba agar Melos menggeber mesin tersebut. Sedangkan Ibrahim sudah sedari tadi menggunakan pelampung, menceburkan diri ke Cisadane sambil berpegangan di tiang-tiang besar di bawah jembatan.

Mesin tersebut terbatuk-batuk, sesekali Melos mengangkat baling-baling, terlihat penuh sampah melilit baling-baling mesin kapal.

Sekali lagi dinyalakan, Ali kembali memberikan aba-aba agar boat dimundurkan untuk bisa menarik sampah bambu bersama tumpukan plastik dan sampah lainnya.

Akhirnya mesin tersebut mati juga, mati dan tak mau menyala lagi. Ali dan Melos bertukar posisi, giliran Ali mengambil alih, tapi mesin tak juga mau menyala.

Setelah beberapa lama mesin tempel itu ditarik, Ali ngosngosan, berhenti menarik dan mengambil dayung, untuk bisa mengikat perahunya di salah satu tiang di bawah jembatan.

"Hei! Tolong antarkan ya, mesinnya mati," kata Ali berteriak kepada salah satu regu yang akan kembali ke kamp.

Akhirnya Kompas.com pindah boat untuk kembali bersama tim lainnya, sedangkan Ali, Melos dan Ibrahim masih berjibaku bersama sampah-sampah Cisadane yang tak kunjung berhenti mengalir bersama derasnya arus Cisadane.

Untuk menjaga agar Cisadane tetap menjadi sungai yang bersih.

https://megapolitan.kompas.com/read/2019/12/02/13242581/kisah-para-penjaga-sungai-cisadane-di-tangerang

Terkini Lainnya

Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Megapolitan
Tabrak Separator 'Busway' di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Tabrak Separator "Busway" di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Megapolitan
Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Megapolitan
Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Megapolitan
Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Megapolitan
Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Polisi Tangkap Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor

Megapolitan
Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Oknum Jukir Liar Getok Harga Rp 150.000 di Masjid Istiqlal, Kadishub: Sudah Ditindak Polisi

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Buang Jasad Korban Pakai Motor

Megapolitan
Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Dari Lima Orang, Hanya Dharma Pongrekun yang Serahkan Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Pria Dalam Sarung di Pamulang Dibunuh Pakai Golok di Warungnya

Megapolitan
KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

KPU DKI: Poempida Hidayatullah Sempat Minta Akses Silon Cagub Independen

Megapolitan
Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ternyata Keponakan Sendiri, Baru Dipekerjakan Buat Jaga Warung

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke