Hal ini mengakibatkan sejumlah mesin tersebut tak berfungsi sehingga tak mampu menguras dan mengurangi volume air.
Ia memperkirakan ada 10 lokasi pompa yang terendam. Namun SDA belum memastikan jumlah keseluruhan yang terendam.
Yang pasti, kata dia, pompa stasioner tersebut berada di pemukiman warga yang terdampak banjir cukup tinggi.
"Kalau yang kerendam ada sekitar 10 lokasi, termasuk di Teluk Gong. Satu rumah pompa itu variasi ada yang empat unit, ada yang dua, tergantung," kata Juaini di Balairung, Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (6/1/2020).
Menurut dia, pompa tak bisa dipaksakan beroperasi saat banjir karena bisa mengakibatkan kerusakan.
"Namanya air sudah meluap, lalu masuk ke lokasi pompa kita kan kita harus lakukan pengamanan juga. Akhirnya pompa kerendam. Kalau pompanya tetap kita paksakan beroperasi, akhirnya jadi merusak pompa," ucapnya.
Meski sempat terendam, Juani menegaskan pompa tersebut bisa digunakan kembali karena saat ini lokasi pompa tersebut sudah kering.
Selanjutnya, Juaini bakal mengevaluasi supaya tak ada lagi pompa stasioner yang terendam kala banjir menerjang.
"Melihat situasi seperti itu, kita harus mengevaluasi dengan meninggikan pompa yang ada di lokasi-lokasi yang selama ini kita anggap rawan," tambah Juaini.
Diketahui, Pemprov DKI Jakarta memiliki 478 pompa di 176 titik lokasi. Sebelum banjir menerjang di awal tahun ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengklaim seluruh pompa bisa berfungsi dengan baik.
Namun ternyata ada beberapa pompa yang ikut terendam dan tak bisa beroperasi.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/06/22022501/pemprov-dki-akui-sejumlah-pompa-air-tak-beroperasi-saat-banjir-jakarta