Salin Artikel

Derita Warga Pondok Gede Permai: Banjir 6 Meter Surut, Kini Berjibaku Hadapi Lumpur dan Sampah

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi mencatat, Perumahan Pondok Gede Permai jadi satu dari sekian perumahan yang terendam banjir setinggi 6 meter di Kecamatan Jatiasih.

Di saat yang sama, Jatiasih merupakan kecamatan dengan kedalaman banjir paling parah seantero Kota Bekasi.

Jejak-jejak banjir parah itu masih tampak jelas hingga hari ini. Atap rumah warga, bahkan rumah dua lantai pun, lapuk. Dindingnya kusam kecokelatan mengandung sisa-sisa lumpur.

Dahan-dahan pohon tinggi bukan hanya didominasi warna hijau, tetapi jadi warna-warni. Pohon-pohon tersebut dihiasi sampah plastik yang dibawa banjir dan tersangkut di sana.

Satu jejak petaka yang tak dapat ditampik di perumahan yang terletak persis di tepi Kali Bekasi itu adalah: lumpur.

Berjibaku hadapi lumpur

Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) terletak dekat titik nol kilometer Kali Bekasi, yakni pertemuan dua arus sungai besar dari Kabupaten Bogor: Sungai Cileungsi dan Cikeas.

Kedua arus sungai itu menyatu tak jauh dari PGP, menjadi aliran Kali Bekasi.

Di sekitar PGP, tanggul tinggi sudah dibangun untuk mencegah arus pertemuan dua sungai itu merangsek ke perumahan. Tingginya sekitar 4-5 meter, selevel dengan atap rumah satu lantai warga.

Kompas.com beberapa kali menyusuri PGP selepas diterjang banjir, baik gang-gangnya maupun dari atas tanggul.

Besarnya daya hancur arus sungai saat itu terlihat jelas. Pohon-pohon di sempadan Kali Bekasi rebah. Air sungai meluap, melampaui tanggul. Luapan air itu membawa lumpur.

Kamis (9/1/2020) kemarin, sepekan lebih usai banjir melanda, lumpur tak kunjung lenyap dari perumahan warga PGP.

Di RW 008, yang terletak persis di sisi tanggul, lumpur masih berkedalaman sebetis orang dewasa. Becek.

Acapkali rendaman lumpur masuk ke sela-sela sepatu bot. Lantaran tak nyaman, Kompas.com berulang kali melepas sepatu untuk menumpahkan lumpur tersebut dengan jari.

Insting manusia mendorong Kompas.com mendekatkan jari itu ke arah hidung. Penyesalan pun muncul. Lumpur-lumpur itu berbau busuk.

Sampah-sampah warga juga banyak yang belum diangkut. Sepekan setelah jadi rongsokan, sampah-sampah seperti kasur, sofa, lemari, dan berbagai benda lain yang basah itu sudah berjamur dan jadi sarang bakteri.

Bau busuk menguar ke mana-mana. Belum lagi ada bangkai-bangkai hewan.

Sejumlah warga tampak kelelahan kerja bakti mendorong lumpur dengan peralatan seadanya ke selokan. Namun selokan mampet karena sudah penuh lumpur.

"Tolong bantuin siramin lumpur ini saja, dong," rajuk Erlina, warga RT 001 RW 008 yang rumahnya tepat berhadapan dengan tanggul Kali Bekasi kepada wartawan yang ia kira aparat Pemerintah Kota Bekasi.

Banjir merendam sampai tingkat dua rumahnya. Erlina berujar, keadaan lumpur yang masih merendam gang membuat akses bantuan tidak dapat masuk. Sampah pun tak dapat terangkut.

Di kejauhan, seorang pria menumpuk rongsokan dan menyulutnya dengan api. Membakar sampah jadi jalan pintas di tengah lambannya gerak pemerintah memulihkan kawasan perumahan mereka.

"Orang-orang kan malas lewat sini, masuk pun susah kalau kayak gini. Sudah pada gatal-gatal," ujar Erlina.

Seorang pria paruh baya di RT 004 RW 008 yang enggan menyebutkan namanya juga mengeluhkan hal senada.

Ia mengaku sudah kelelahan membereskan lumpur yang seolah tiada habisnya.

"Capek banget, dari hari pertama surut enggak sudah-sudah," kata dia.

Jumlah alat berat tak memadai

Kota Bekasi merupakan wilayah terparah yang terdampak banjir se-Jabodetabek pada awal tahun ini. Di Kota Bekasi, Jatiasih jadi wilayah yang paling banyak titik banjirnya, dengan PGP dan sekitarnya menjadi perumahan paling tinggi banjirnya.

RW 008 PGP disebut sebagai RW paling "luka" karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Kali Bekasi yang mengamuk.

Upaya rehabilitasi yang didengung-dengungkan Pemkot Bekasi bagaikan lelucon. Pasalnya, hanya ada satu alat berat yang beroperasi di RW 008 PGP yang dihuni lebih dari 300 keluarga itu.

"Ekskavator belum keliatan (banyak), cuma satu yang kelihatan hari ini, kemarin ada dua tapi ternyata cuma dari ujung sini. Ujung sana belum. Minim banget, dengan kondisi yang banyak sampah dan lumpur seperti itu," ujar Oonk (52), warga RT 007 RW 008 di rumahnya, Kamis sore.

"Sekarang lihat saja, got dari sini sampai ke ujung sana rata. Lumpur semua," imbuhnya.

Dari pantauan Kompas.com, sebanyak 6 RT di sana masih dipenuhi lumpur yang masuk hingga rumah warga. Selama menyusuri perumahan itu, Kompas.com hanya berjumpa dengan satu unit ekskavator.

Ekskavator tersebut pun bukan mengangkut lumpur, melainkan sekadar mendorong lumpur itu ke selokan agar akses jalan dapat terbuka.

Warga berharap, bencana lumpur itu segera teratasi dengan pengerahan alat berat dalam jumlah yang memadai.

"Jadi ya kalau bisa sih terutama alat berat, alat penyedot lumpur, damkar yang katanya akan turun. Saya sempat dengar 'nanti turun kok, Bu damkar'," ujar Oonk.

"Damkarnya enggak kecil-kecil saja agar bisa ke sini. Dia kan punya air, dia bisa semprot," imbuhnya.

Sementara itu, Irvan Nurdin (36) warga RT 003 RW 008 berharap, alat berat yang dikerahkan tidak hanya mengatasi lumpur, tetapi  juga sampah.

Sebab, hanya segelintir sampah yang telah diangkut dari RW 008 8 hari sejak banjir melanda. Bau busuk sudah amat mengganggu.

"Kalau sampahnya diangkat, langsung disemprot (lumpurnya), sudah selesai itu," ujar Irvan, kemarin.

" Yang enggak kalah hebat kan sampah. Sampah sudah banyak tapi alat beratnya kan kurang," imbuhnya.

Ditinggalkan penghuni

Sebagian rumah warga di RW 008 PGP ditinggalkan penghuninya.

"Jadi banyak orang-orang di belakang (RT 001, RT 002, dan RT 005, tepat di tepi tanggul Kali Bekasi) memilih ngontrak. Pak RW (008) sendiri pindah," ujar Oonk.

Kebanyakan pilih mengontrak rumah sembari menunggu rehabilitasi PGP. Tak hanya itu, Irvan yang mendampingi Kompas.com dan awak media lain pun menunjukkan sebagian rumah warga yang telah ditinggal pergi secara permanen.

"Kebanyakan memang ngontrak di (wilayah perumahan) yang lebih tinggi. Jadi pagi dan siang dia beres-beres sampai sore, malamnya dia ke atas, ke kontrakan," ujar Irvan.

"Jadi kontrakan di atas itu sementara ini laku karena banjir ini," imbuhnya.

Irvan mengatakan, selain karena terendam lumpur dan hancur, sebagian warga RW 008 meninggalkan rumah mereka lantaran mesin token listrik terendam banjir. Sehingga, listrik belum mengalir ke rumah mereka.

"Sampai saat ini sih masih ada pengaduan, mungkin sudah masuk 75 persen warga yang mesin token listriknya terendam," kata dia.

"Yang (mesin token listriknya) belum diganti (oleh PLN) ya masih mati listrik," tambah Irvan.

Pemkot klaim angkut 60 persen sampah dan lumpur

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Yayan Yuliana mengklaim bahwa pengangkutan lumpur dan sampah imbas banjir telah mencapai 60 persen.

"Sudah 12 ribu ton lebih sampah yang dibuang ke TPA. Targetnya (pengangkutan sampah dan lumpur) selesai akhir pekan," kata Yayan, Kamis.

Yayan menyebut, Pemkot Bekasi berupaya sekuat tenaga mempercepat pengangkutan sampah dan lumpur akibat banjir.

Total, ada 307 truk yang dikerahkan untuk melakukannya, 65 di antaranya truk sewaan.

"Terbantu juga karena sekarang sudah bisa membuang ke TPST Bantargebang," ujar Yayan.

Pembuangan sampah dan lumpur ke TPST Bantargebang milik Pemprov DKI Jakarta cukup membantu mengurangi antrean truk sampah di TPA Sumur Batu, lokasi pembuangan akhir Kota Bekasi.

Sebab, TPA Sumur Batu saja sudah mengalami kenaikan buangan sampah nyaris 2 kali lipat, hanya dalam kurun 5 hari awal setelah banjir melanda.

Proses bersih-bersih ini dialokasikan hingga Selasa pekan depan, batas akhir masa tanggap darurat bencana banjir di Kota Bekasi.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/10/06203781/derita-warga-pondok-gede-permai-banjir-6-meter-surut-kini-berjibaku

Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke