Salin Artikel

Suara Solidaritas Sosial dari Bintaro Design District

Di Tanah Air juga terjadi krisis Natuna dan klaim sepihak negara China terhadap Laut Natuna, yang merupakan wilayah zona eksklusif ekonomi NKRI.

Secara global, dunia kembali membuka kotak pandoranya: ancaman perang berskala masif yang akan merembet keseluruh pelosok jagat, bermula dari krisis di Timur Tengah yang dipicu oleh Amerika Serikat di Iran dan Irak. Dampaknya, resesi ekonomi dunia diambang pintu pada 2020 ini.

Banjir, yang sebagian dampak dari pemanasan global dan anomali musim juga akibat kesembronoan tangan-tangan para penguasa politik dan warga yang tak menjaga lingkungan alam.

Apalagi, ancaman perang dan saling klaim teritori sebuah negara, tentu manusialah semata-mata yang wajib bertanggungjawab. Kita kembali menoleh ke dalam diri: masihkah ada kesempatan berbuat sesuatu?

Buku laris dunia berjudul Sapiens: A Brief History of Humankind (2011), dari sejarawan Yoval Noah Harari, dengan nada skeptis dalam 500 lebih halaman bukunya mengakhiri prediksi tentang akhir paradaban sapiens, sang manusia, karena karakter narsisnya dan keserakahan diri dalam puncak ilmunya: sains dan teknologi, yang justru memusnahkan rasnya sendiri.

Mereka, akhir November sampai awal Desember lalu menyeru tentang perlunya kita bergandeng-tangan, berpikir inklusif dan berbuat simpatik pada sesama dan alam.

Para “sutradara” ajang peristiwa Bintaro Design District 2019 (BDD 2019) yang memasuki tahun ke-2 ini, degan para kurator, mengusung tema Inclusivity.

Diartikan secara cair adalah keterbukaan untuk berperan, sebagai semacam kemungkinan untuk berbagi, mengembalikan fitrah para pekerja kreatif yang lebih manusiawi.

Inklusivitas, kata dalam bahasa Indonesia bisa ditafsirkan sebagai kehendak untuk merangkul yang tak mampu, yang lemah dalam segala aspek kehidupan.

Salah seorang kurator, Budi Pradono yang juga dari BPA Architect memaparkan, mereka para pelaku usaha kecil di sekitar kita, kemudian yang cacat secara fisik, teralienasi secara struktural di masyarakat, yang mungkin kurang mengenal pentingnya desain yang lebih baik.

Maka, kata Budi, sudah semestinya tugas para desainer adalah untuk meningkatkan sensitivitas lingkungan sekitar dengan memperkenalkan, bahkan memformulasikan solusi desain.

"Tentunya dengan prinsip-prinsip mutual kolaboratif yang memberi nilai lebih pada kehidupan sosial,“ kata Budi Pradono. Kata-kata Budi tersebut, memberi visi desain yang membumi.

Disabilitas, Warkop, hingga Motor Antikebakaran

Ajang BBD 2019 di Bintaro memberi warna lain, tatkala melibatkan instalasi bagi kaum disabilitas dari Studio Arsitektropis. Instalasi dibangun di sebuah lahan sekolah oleh Yayasan Sayap Ibu, Serge Ferrari, Sandei Blinds yang memampukan anak-anak untuk bisa bersekolah.

Penempatan gerbang di fasilitas ini, ditata sedemikian rupa menggambarkan program ruang yang dibutuhkan oleh anak-anak disabilitas.

Terutama terkait dengan standar ukuran kelas dan akses yang menghubungkan kelas dan toilet terdapat semacam partisi dengan bentuk melengkung, dengan maksud tiap sudut ruangan memiliki bentuk melengkung pula, mengurangi risiko anak-anak disabilitas terluka karena sudut tajam.

Di lokasi tertentu, ada permainan tentang warna, mewakili emosi dan ekspresi anak-anak dalam menjalani kehidupan lebih natural, membelajarkan sejak dini relasi antara anak-anak, alam dan masyarakat.

Event BDD juga unik, dengan tangan-tangan para desainer ingin membangun citra dan paras Warung Burjo (bubur kacang ijo), jajanan kaki lima itu di Sektor II Bintaro, Jakarta Selatan, dengan cara lain. Kolaborasi Budi Pradono, SSA lighting, Thinking Form, Kandura Studio serta desainer Eko Prawoto memberi sentuhan berbeda.

Menyusun, merombak penyajian dan membuat pencitraan lewat logo warung, selain interior, adalah sistem pencahayaan oleh SSA, dan pernak-pernik alamiah objek seni dedaunan kering dari Eko Prawoto.

Kita sekarang beranjak ke NUMO Studio, sebuah studio seni dan desain multidisiplin yang menghasilkan karya yang berani dan unik, dengan menawarkan hasil-hasil penelitian dengan ide-ide inspiratif yang menspesialisasi pijakan pada nilai tradisi dan mengimplementasikannnya pada metode teknologi dalam pembuatan karya.

Numo, dalam event BDD ini menggagas Urban Mitigation, sebuah proyek solusi penangkalan dan pencegahan ancaman kebakaran di kampung-kampung kumuh dan padat di kawasan perkotaan.

Dalam proyek ini, seniman dan desainer, Nus Salomo mengenalkan prototipe motor pembawa air antikebakaran.

Nus menunjukkan desain penyelesaian masalah dengan menimbang bahwa desainer semestinya memiliki solusi, membahas respons cepat terhadap insiden kebakaran di daerah lingkungan padat, yakni kampung-kampung rawan kebakaran, dalam 15 menit pertama.

Desain dan sketsa mesin pemadam kebakaran berukuran mini ini menggunakan motor khusus, yang di masa depan bisa diproduksi massal dengan membawa sistem cadangan air tertentu, yang akan memadamkam api dengan saling bergotong-royong dengan para warga kampung.

Sebagian narasi yang disebutkan di atas hanyalah pilihan saja, dari puluhan tempat dan peristiwa seperti pos jaga siskamling dengan kerimbunan pot-pot tanaman dan bunga yang bertransformasi parasnya di kompleks perumahan.

Rumah-rumah hunian yang berciri inklusif dengan halaman-halam terbuka dan asri, pameran-pameran bersejarah tentang Bintaro sebagai ingatan komunal penghuni lama yang ditawarkan karya-karyanya oleh para desainer dan seniman-seniman visual.

Taman Kota dan Kepedulian Arsitek

Sementara itu, ruang publik terbuka, taman-taman kota adalah ruang bersama, yang mempertemukan yang lemah dan yang kuat dari beragam aspek tentang kondisi terkini ruang urban.

Sebuah area yang dihasratkan untuk meminimalisasi perebutan ruang-ruang kultural dan kekuatan politik-ekonomi dalam pertarungan sengit atas siapa yang paling berkuasa atas tempat dan hunian di kota-kota besar.

Taman-taman kota menjadi wilayah “sakral”, untuk saling menyapa dan saling mengulurkan tangan. Tanda-tanda inklusivitas, seperti yang digagas oleh ajang BDD 2019 dipertaruhkan disana.

Senior arsitek Andra Matin berkolaborasi dengan Woodlam Indonesia tampil dengan AyuAyun, dengan menyediakan pembuatan kayu meranti dengan panjang 12 meter yang bisa menopang berat hingga 400kg plus dinding-dinding kaca-kaca segiempat yang cukup panjang.

Secara keseluruhan kombinasi ayunan oleh Andra Matin, yang memang untuk bermain ayunan orang ini, kaca-kaca untuk bercermin, merefleksikan kondisi taman dan sekitarnya, dan teknik keseimbangan antara balok kayu dan instrument teknis lainnya sejatinya ada akar pesan kuat di sana.

Semestinya, bahwa keseimbangan seperti sebuah ayunan: antara makhluk hidup, entah alam, tanaman, binatang dan manusia atau keseimbangan lain, mereka yang beruntung mendapatkan tempat yang layak pun mereka yang berjuang dalam kondisi kota yang tak layak, saling bercermin diri. Saling memberi dan menguatkan hati.

Karya yang lain adalah Genang, instalasi di Taman Telaga Sampireun, Pondok Ranji, yang didesain oleh Adria Ricardo, prinsipal arsitek dari Adria Yurike Architects. Genang menampilkan instalasi berbentuk wadah persegi stainless steel yang dangkal, lalu diisi dengan air.

Sama sekaligus berbeda dengan yang digagas Andra Matin, instalasi pipih ini, sama rata dengan tanah, semacam kolam segi-empat punya akar pesan bahwa di taman, kita bercermin diri, jika pada karya AyuAyun, kita berdiri secara frontal dengan kaca-kaca.

Maka, dalam karya Genang, kita melihat dengan cara merunduk pada tempat air, seperti manusia yang sekali waktu merunduk seperti air, yang selalu mencari lahan lebih rendah agar tak jumawa, selalu mendongak.

Di Taman Telaga Sampireun, kita juga bersua dengan instalasi String Composition oleh BIROE, Locarasa, dan Josh Marcy Company.

Instalasi ini memiliki pesona yang berbeda tatkala malam dan siang hari. Komposisi String, atau komposisi tali-tali ini di siang hari seakan menembus lansekap keasrian taman, sementara jika malam instalasi yang bermandikan cahaya sorot menjadi menonjol dan masif keberadaannya di antara taman yang gelap.

Komposisi tali itu, seperti takdir manusia, sesekali samar dan lain waktu menampak tegas sekali.

Di taman lain, Taman Menteng, instalasi kolaboratif yang dijuluki Fabrics, hasil kolaborasi dari desainer-desainer muda dan seniman Azhari Nurrakhman, Primaldy Perdana, Irwansyah Sutaryo, Saffanah Layalia, Galih Pradipta, Syarifina Adani dan Fathia Anindya Wulansasri, MA. Kasyfi, Chandra Irawan, Johannes Indaheng menampilkan kolaborasi antara seni visual, arsitektur, interior dan tata cahaya.

Wujudnya, dari luar seperti sebongkah kotak abstraktif dan bersinar dari dalam, interiornya akan dinikmati pengunjung dengan suuguhan berbagai info dan kota yang impulsif tentang peta Jakarta.

Sekelompok anak muda ini melihat Bintaro sebagai suatu jaringan kota mandiri, sekaligus sebagai kota satelit, yang memadukan antara fungsi perumahan, komersial, perkantoran dan kampung telah menciptakan pola visual kota yang unik.

Seperti sebentuk organik taman kota, berstruktur lurus hingga area kampung yang tak terstruktur. Instalasi mencoba melihat pola-pola ini sebagai upaya kreatif, sebuah imajinasi tentang kota, selayak kanvas yang siap dilukis ulang.

Jika sejumlah arsitek, desainer pun seniman berlomba-lomba menampilkan perspektif karyanya keluar, upaya membawa desain dan arsitektural dikenal dan bermanfaat bagi publik luas, bagaimana jika masyarakat diandaikan sebagai sebuah keluarga?

Apa yang akan dilakukan arsitek, menarik simpul Inclusivity dalam sebuah ruang hunian sebuah keluarga kecil?

Firma arsitek dan desain J+A design menyajikan Rumah Tjoy, yang percaya bahwa keluarga, sebagai elemen masyarakat terkecil akan membangun dan memberi kontribusi pada masyarakat lebih luas jika dimulai hal terbaik menata ruang keluarga atau rumah hunian semenjak awal.

“Desain arsitektur selalu dapat dipertemukan bersama antara arsitek (perancang ruang), kontraktor (pewujud ruang), dan pemilik atau pengguna ruang untuk visi medatang bahkan untuk lingkungan sekitarnya kelak,” ujar Jessica, principal J+A Design.

Rumah Tjoy hadir sebagai bentuk sebuah tekad, semangat, dan harapan dari sang pemilik terhadap mimpi atau visinya akan ruang ideal untuk bertumbuh dan menjadi ruang berkualitas.

Keluarga kecil Tjoy, membangun warung di dekat rumah kontrakannya, yang kemudian disusul dengan mimpi memiliki rumah yang lebih layak dan dekat dengan warung, sehingga aspek bisnis warung dan desain ruang yang baik meningkatkan kualitas hidup manusia yang tinggal di dalam pun mampu berkontribusi pada warga sekitarnya.

Empat penggagas Bintaro Design District 2019 (BDD 2019), sekaligus kurator, yakni: Andra Matin, Budi Pradono, Danny WIcaksono, dan Hermawan Tanzil patut diberikan salut sedalam-dalamnya, atas kiprah mereka dengan tematik inklusivitas yang memantik partisipan luas dan besar.

Sejumlah 98 partisipan terpilih dari open call, telah menghadirkan karya-karya yang di kemudian hari mampu menjangkau sebanyak mungkin pengaruhnya sekaligus memberi inspirasi dan membantu secara konkret kehidupan orang-orang biasa.

Kolaborasi telah menebar energi positif bagi sekitar 70 karya yang termanifestasi berupa eksibisi, instalasi di taman, lokakarya, talk show, dll di Blok M, Kemang, Galeri Nasional, Bintaro bahkan di Tangerang.

Pesan-pesan terbaik dari BDD 2019 semoga meminimalisasi berbagai peristiwa dan fenomena tak baik di awal tahun, dan akan terus dikumandangkan bahkan dalam skala global pada 2020 ini. (Bambang Asrini Widjanarko, Kurator Seni)

 

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/22/19583271/suara-solidaritas-sosial-dari-bintaro-design-district

Terkini Lainnya

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Kronologi Jari Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Sampai Putus, Pelaku Diduga Mabuk

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Ditangkap di Rumah Istrinya

Megapolitan
DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

DJ East Blake Nekat Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih sebab Tak Terima Diputuskan

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Satpol PP dan Dinas Terkait Dinilai Lalai

Megapolitan
7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

7 Tahun Berdiri, Lokasi Binaan Pasar Minggu Kini Sepi Pedagang dan Pembeli

Megapolitan
Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Polisi Tangkap DJ East Blake yang Diduga Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang "Itu Jarinya Buntung"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke