Salin Artikel

Merajut Toleransi dan Keberagaman di Kelenteng Pan Kho Bio

BOGOR, KOMPAS.com - Wihara Maha Brahma, Pulo Geulis, Babakan, Kota Bogor terkenal dengan sejarah dan toleransi beragamanya.

Wihara itu dulunya bernama Kelenteng Pan Kho Bio. Pada masa Orde Baru, nama berganti jadi Wihara Maha Brahma. Namun tetap saja tempat itu lebih dikenal dengan nama lamanya.

Kelenteng Pan Kho Bio tidak berbeda dengan kelenteng lainnya, yaitu sebagai tempat beribadah penganut Konghucu.

Uniknya, di kelenteng itu terdapat makam dan petilasan para penyebar agama Islam di kerajaan Pajajaran, salah satunya adalah Raja Surya Kencana.

Di bagian belakang Kelenteng Pan Kho Bio, terdapat ruangan memanjang dengan dua batu besar petilasan Embah Sakee dan Eyang Jayaningrat.

Di sisi kanan kelenteng, terdapat petilasan Eyang Prabu Surya Kencana dengan dua patung kepala harimau hitam, patung harimau putih kecil, dan sebuah arca kura-kura berukuran besar.

Bersebelahan dengan petilasan, terdapat makam Embah Imam, leluhur penyebar agama Islam pada zaman Kerajaan Pajajaran.

Di kelenteng itu, tak hanya ada ibadah umat Konghucu saja, tetapi sering juga ada pengajian umat Islam pada malam Jumat.

Hal itu menjadi bentuk toleransi yang telah ditanamkan masyarakat Pulo Geulis sejak lama.

"Setiap malam Jumat, mereka mengadakan tawasulan atau pengajian di sini, tepatnya di belakang kelenteng," ujar Chandra, pengurus Kelenteng Pan Kho Bio saat ditemui Kompas.com, Rabu (22/1/2020) lalu.

Chandra menambahkan, selain pengajian rutin setiap malam Jumat, ada juga tradisi sedekah maulid dalam menyambut Maulid Nabi. 

Ia berujar, warga Pulo Geulis berusaha untuk meningkatkan toleransi beragama agar tercipta kesatuan dan saling menghormati sesama.

Tak hanya penganut Konghucu yang mendatangi kelenteng itu. Umat beragama Islam banyak yang datang berziarah di makam Embah Imam, leluhur penyebar agama Islam.

"Pluralisme di sini sudah kami pertahankan sejak lama. Kami berharap, kebiasaan ini menjadi bentuk toleransi antar beragama. Walaupun berbeda, kalau kita bersatu pasti akan indah," tambah Chandra.

Selain tradisi sedekah maulid, terdapat juga tradisi cio ko (sembayang arwah), yaitu tradisi menyeberangkan dan mendoakan arwah-arwah yang meninggal agar bisa menuju alam yang lebih baik.

Tradisi itu diisi dengan membagi-bagikan sembako sebanyak 1000 kantong kepada warga yang kurang mampu. 

Kelenteng itu juga selalu mengadakan acara buka puasa bersama setiap tahun. Namun, untuk tahun ini, acara buka puasa bersama diganti dengan membagi-bagikan takjil kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk menyambut Ramadhan.

"Selain bagi-bagi takjil, saat malam Imlek kami juga open house dengan memanggil tukang bubur, tukang mie bakso, atau tukang soto. Lalu kami bagikan ke warga sekitar sini," ujar Chandra.

Kelenteng yang didirikan tahun 1703 itu sudah menerapkan toleransi sejak lama.

Kelenteng itu sesungguhnya tak berbeda dengan kelenteng pada umumnya. Namun, jika ditelusuri, di kelenteng itu ada ruangan khusus, berukurun kecil dan bercat hijau yang terletak bagian belakang kelenteng. 

Ruangan itu ruang shalat. Ruangan dibangun tahu 2007 dan sengaja dibuat untuk para peziarah yang datang ke petilasan leluhur keluarga Kerajaan Pajajaran, yaitu Eyang Sakee dan Eyang Jayaningrat serta makam Embah Imam. Ketiganya merupakan tokoh penyebar agama Islam pada masa Kerajaan Pajajaran.

Di dalam ruangan tersebut terdapat dua buah batu besar yang dipercaya sebagai tempat petilasan Eyang Sakee dan Eyang Jayaningrat. Dalam ruangan itu juga terdapat alat shalat, Alquran serta sejadah yang menghadap ke kiblat.

"Kelenteng ini pernah menjadi tempat peristirahatan Raja Siliwangi dan tempat berkumpulnya para penyebar agama Islam sejak zaman kerajaan Pajajaran," kata Abraham Halim, pemerhati sejarah Kampung Pulo Geulis.

Bram menegaskan, prinsip yang diusung kelenteng itu dan warga Pulo Geulis merupakan sesuatu yang indah, yang menampilkan kebersamaan dalam perbedaan.

"Bersatu di sini bukan berarti campur aduk. Ibarat air dan minyak, bisa ada dalam satu wadah," ujar dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/01/25/17143631/merajut-toleransi-dan-keberagaman-di-kelenteng-pan-kho-bio

Terkini Lainnya

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Megapolitan
Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Megapolitan
Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke