Salin Artikel

Dokter RS UI Minta Warga Natuna Tenang Sikapi Karantina WNI Terkait Virus Corona

Evakuasi dilakukan terkait wabah virus Corona yang merebak di wilayah tersebut.

Di Indonesia, ratusan WNI tersebut dikarantina dan menjalani observasi selama 14 hari di Natuna, Kepulauan Riau.

Rencana ini menimbulkan aksi demonstrasi warga Natuna. Mereka khawatir, virus corona bakal ikut mewabah di wilayah tempat tinggal mereka.

Namun, dokter Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Raden Rara Diah Handayani menyebut, kekhawatiran itu tak perlu berlebihan.

Menurut dia, pemerintah Indonesia bakal merujuk pada standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencegah penyebaran virus corona ketika mengevakuasi WNI ke Natuna.

"Yang berisiko tertular itu orang yang melakukan kontak erat dengan pengidap virus Corona. Apa itu kontak erat, salah satunya jarak kontak itu 1,5 meter," ujar Rara kepada wartawan di sela seminar bertajuk "Fakta Virus Corona dan Influenza" di RSUI Depok, Jawa Barat, Selasa (4/2/2020) siang.

"Kalau dikarantina, misalnya jaraknya 1 kilometer, kan jauh. Apalagi sampai 2 kilometer, 5 kilometer. Aman," imbuh spesialis pulmonologi itu.

Ia coba memahami langkah pemerintah Indonesia melakukan karantina dan memantau 238 WNI di Natuna.

Rara berpendapat, daerah isolasi itu terbilang soliter dan jarang penduduk. Intinya, jauh dari keramaian.

"Kemudian saudara-saudara kita yang dievakuasi itu juga menggunakan masker. Lalu kenapa dikarantina 2 minggu, karena masa inkubasinya 2-14 hari sejak virus masuk hingga menimbulkan gejala sakit," ia menjelaskan.

"Kalau sesudah itu (karantina dan observasi) tidak ada gejala (mengidap virus corona), ya memang berarti tidak terinfeksi," tambah Rara.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD sebelumnya mengakui ada keterlambatan informasi dengan Pemerintah Daerah Natuna terkait keputusan mengkarantina 237 WNI dan 1 warga negara asing usai dievakuasi dari Wuhan, China.

Karantina dilakukan untuk menghindari penularan virus corona yang sedang mewabah di Wuhan dan daerah lain di China.

"Timbul kesalahpahaman karena komunikasi dengan pemerintah daerah dan rakyat Natuna agak terlambat, dan itu supaya Anda maklumi," ujar Mahfud di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (4/2/2020).

Mahfud MD mengatakan, perkembangan informasi terkait rencana pemulangan ratusan WNI dari China, khususnya Wuhan, berlangsung cepat.

Terlebih, setelah Pemerintah China memberikan lampu hijau kepada Pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi warganya pasca-mewabahnya virus corona. 

Selanjutnya, pemerintah pun mengambil tindakan cepat untuk memulangkan WNI dari Wuhan.

Sejalan dengaan persiapan pemulangan, pemerintah juga telah juga telah memutuskan Natuna sebagai lokasi isolasi selama 14 hari ke depan.

Mahfud menambahkan, pemerintah menjamin akurasi isolasi 238 orang di Natuna. Sehingga, hal tersebut tidak membahayakan warga Natuna dari ancaman virus corona.

Jumlah korban meninggal akibat wabah virus corona di Cina dilaporkan mencapai jumlah baru, yakni 425 orang.

Kabar itu disampaikan setelah otoritas di Hubei, provinsi di sentral "Negeri Panda" yang menjadi lokasi penyebaran virus, melaporkan adanya 64 kematian baru.

Selain itu, pemerintah setempat juga menyampaikan bahwa terdapat 3.235 kasus infeksi baru virus corona, membuat angkanya menyentuh level 20.400.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/04/13152031/dokter-rs-ui-minta-warga-natuna-tenang-sikapi-karantina-wni-terkait-virus

Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke