Saat dihubungi Kompas,com, pria yang akrab disapa Babe ini menjelaskan, Galuh dalam bahasa Armenia berarti brutal.
Menurut penjelasan Babeh, dahulu masyarakat ras kaukasia yang tinggal bersama pribumi kerap menggunakan bahasa Armenia.
Pada masa itulah, masyarakat pribumi akrab dengan istilah Galuh yang berarti brutal.
Namun berjalanya waktu, menurut dia, penduduk lokal saat itu salah mengartikan istilah Galuh.
“Lalu kemudian artinya tidak sesuai. Penggunaan kata itu dengan artinya dalam bahasa Armenia. Jadi mereka enggak ngerti mengartikan Galuh itu apa, tapi dalam bahasa Armenia Galuh itu artinya seperti yang saya katakan itu, itu ada kamusnya,” ucap dia saat dihubungi, Jumat (14/9/2020).
Babeh tidak tahu mengapa istilah itu disalahartikan, bahkan hingga sekarang.
Namun biar bagaimana pun, Babeh siap datang ke Ciamis untuk menjelaskan dengan detail sejarah tersebut.
“Saya pasti akan datang jika diundang,” kata dia.
Sebelumnya, Babeh menyampaikan tidak ada kerajaan di Ciamis, Jawa Barat. Dia juga mengatakan ada kekeliruan dalam penamaan Galuh yang menurut dia berarti brutal.
Pernyataan Ridwan Saidi ini disampaikan pada Chanel YouTube Macan Idealis yang tayang Rabu (12/2/2020).
Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis, Yat Rospia Brata mengatakan, Saidi asal sebut bahwa Galuh berarti brutal.
Dia menjelaskan Galuh bermakna hati yang terdalam atau nurani.
"Kata siapa (Galuh berarti brutal)," tegasnya di kompleks Universitas Galuh, Kabupaten Ciamis, Kamis (13/2/2020).
Yat melanjutkan, atas keberadaan dan kebesarannya, banyak instansi yang memakai nama Galuh. Nama tersebut di antaranya dipakai nama universitas dan instansi militer.
"Kami (memakai nama) Universitas Galuh. Kalau dibilang Galuh berarti brutal, masak universitas brutal? Ada juga Brigif Galuh. Ini bahaya sekali (mengartikan Galuh sebagai brutal)," tegas Yat.
Yat meminta Ridwan Saidi membuktikan omongannya. Dia meminta Ridwan datang ke Ciamis dalam waktu 2x24 jam.
"Jika tidak hadir, kami akan laporkan segala persoalan ini ke polisi," kata Yat.
Sementara itu, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya mempertanyakan dasar ucapan Ridwan Saidi.
"Dasarnya apa? Kita tidak ujuk-ujuk (tiba-tiba) ada Galuh," kata Herdiat disela aksi unjuk rasa yang memprotes pernyataan Ridwan Saidi, di Alun-alun Ciamis, Jumat (14/2/2020).
"Hasil penelitian, pengkajian ahli, profesor yang meneliti. Barang-barang bukti peninggalan (kerajaan) Galuh ada secara otentik."
Herdiat menegaskan masyarakat Tatar Galuh tidak merasa brutal. Dia justru merasa bangga dengan nama Galuh.
Herdiat menambahkan, Galuh berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna permata. Galuh menimbulkan cahaya kesemangatan untuk masyarakat.
Herdiat dan warga Ciamis merasa terusik dengan pernyataan Ridwan Saidi. Untuk menyelesaikan persoalan ini, Herdiat mengancam akan membawanya ke ranah hukum.
Dia akan melaporkan hal ini ke polisi jika tak ada klarifikasi dari Ridwan Saidi.
"Kita tak boleh brutal, tapi tuntut secara hukum. Setuju semua ya," kata Herdiat kepada massa aksi.
Massa pun menjawab dengan teriakan, "setujuuuuuu,".
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/14/13305611/diprotes-warga-ciamis-ridwan-saidi-tetap-keukeuh-arti-galuh-adalah-brutal