JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan ini masyarakat di berbagai penjuru negara, tak terkecuali Indonesia, dikhawatirkan dengan penyebaran virus Corona.
Merebaknya Virus corona ditengarai berawal dari Wuhan, China, sejak akhir tahun 2019 lalu.
Di China, sudah ditemukan puluhan ribu kasus penderita virus corona. Terbaru, sebanyak 1.523 orang di dunia meninggal akibat virus tersebut.
Virus serupa telah ditemukan di negara lain, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Thailand. Berbagai negara di dunia tengah mengantisipasi dengan berbagai cara penyebaran virus ini.
Salah satu upaya antisipasi yang mudah dilakukan masyarakat dengan penggunaan masker.
Namun, sayangnya, di beberapa negara termasuk Indonesia terjadi kelangkaan masker karena tingginya kebutuhan.
Harga masker meroket
Tingginya permintaan masker dan keterbatasan stok membuat harganya melambung tinggi berkali-kali lipat.
Khususnya masker N95 yang disebut lebih ampuh memproteksi diri dari virus.
Di Indonesia, persediaan masker di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, langka sehingga harganya juga sangat tinggi.
Aya, salah satu penjual alat-alat medis mengatakan, masker jenis N95 sudah sulit disuplai dari pabriknya.
Meski stok masker tersebut tersedia, harga melonjak hingga dua kali lipat.
"Biasanya standarnya sih Rp 225.000 per box, nah terakhir kemarin itu harganya sudah Rp 500.000 per box isinya 20," kata Aya di lokasi, Rabu (29/1/2020).
Selain masker jenis N95, masker jenis bedah juga sudah mulai langka. Hal itu karena pembeli yang kehabisan masker jenis N95 beralih membeli masker bedah tersebut.
"Masker biasa juga sudah stok terakhir, kemarin orang karena masker N95 habis jadinya beli masker biasa. Kemarin orang beli kartonan, sekarang mah paling per box saja sisaan," ujar Aya.
Meski sudah mulai langka, masker bedah masih dijual dengan harga normal, yakni kisaran Rp 15.000--20.000 per box.
Jadi sorotan internasional
Melonjaknya harga masker di Indonesia menjadi sorotan media Internasional.
Salah satunya Reuters yang menyoroti kenaikan harga hingga 10 kali lipat dari harga asli.
Selain itu, media Pemerintah Singapura, Straits Times, dalam judul berita "Coronavirus: Price of a box of N95 masks cost more than a gram of gold in Indonesia" melaporkan bahwa harga satu kotak masker N95 sebanyak 20 lembar mencapai Rp 1,5 juta.
Harga tersebut melebihi nilai satu gram emas yang saat ini berkisar Rp 800.000.
Media ini juga melaporkan kenaikan harga lebih tinggi untuk masker biasa. Satu kotak berisi 50 lembar mencapai Rp 275.000 dengan harga normal kisaran Rp 30.000.
Diduga ada penimbunan masker
Terkait peristiwa tersebut, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengritik tajam pemerintah yang tidak turun tangan terhadap situasi kenaikan harga masker.
Banyaknya permintaan masker untuk mencegah virus corna dimanfaatkan sebagian oknum pedagang atau distributor untuk menimbun.
YLKI menduga ada penimbunan masker oleh pihak distributor untuk meraup keuntungan besar.
Hal itu yang diduga membuat harga masker di pasaran melonjak tajam sekitar 300 hingga 1.000 persen.
"Penimbunan tersebut akan mengacaukan distribusi masker di pasaran dan dampaknya harga masker jadi melambung tinggi," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam keterangannya, Jumat (14/2/2020).
YLKI juga menerima banyak aduan konsumen terkait melambunganya harga masker di pasaran.
Oleh karena itu, mereka meminta pihak kepolisian agar segera mengusut tuntas dugaan penimbunan masker di pihak distributor.
Sebab, mengambil keuntungan secara berlebihan dinilai sebagai tindaan tidak bermoral.
"Menurut UU tentang Persaingan Usaha Tidak Sehat, tindakan exesive margin (mengambil keuntungan berlebihan) oleh pelaku usaha adalah hal yang dilarang. YLKI juga meminta pihak kepolisian mengusut terhadap adanya dugaan penimbunan masker oleh distributor tertentu demi mengeduk keuntungan yang tidak wajar tersebut," ujar Tulus.
Polisi dan KPPU diminta usut tuntas
Tulus meminta kepolisian dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengusut tuntas penyebab lonjakan harga masker di pasaran karena diduga adanya penimbunan.
"Saya kira bahwa polisi dan KPPU harus bertindak. Jadi jangan sampai ini (lonjakan harga masker) dibiarkan karena saya menduga ada spekulan-spekulan yang sengaja mendistorsi pasar, ya distributor lah terutama," kata Tulus.
Tulus menambahkan, pihaknya telah banyak menerima aduan konsumen terkait lonjakan harga masker serta kelangkaannya di pasaran.
"Ini kan distributor (bisa saja) sengaja menimbun atau memainkan sehingga seolah-olah di pasaran tidak ada barang, tidak ada stok sehingga harga naik, konsumen panik, dan kemudian dijadikan objek eksploitasi untuk menaikkan harga," ujar Tulus.
YLKI menyatakan bahwa kenaikan harga masker membuat konsumen menjadi panik. Padahal, stok masker dirasa masih cukup karena Indonesia belum terkonfirmasi positif Virus Corona.
"Harus Kementerian Perdagangan juga harus bertindak, Kementerian Perdagangan itu ngapain kerjanya? Harusnya dia menyelidiki kok ini terjadi lonjakan harga (masker)," tutupnya.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/15/12584481/di-balik-langkanya-masker-cegah-corona-harga-meroket-hingga-dugaan