DEPOK, KOMPAS.com - Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif mengaku bahwa insiden pelemparan batu ke rumahnya di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat pada Selasa (18/2/2020) merupakan yang perdana.
Namun, sebelum insiden yang ia sebut "teror" ini terjadi pada dini hari dan pagi tadi, Slamet mengaku beberapa kali mengalami ancaman, meskipun tidak secara fisik.
"Yang ada selama ini paling teror lewat telepon, SMS, WhatsApp, dan sebagainya. Kekerasan seperti ini belum pernah terjadi," ujar Slamet kepada wartawan di kediamannya, Selasa siang.
"Jadi kalau kami menduga ini teror. Kesaksian tetangga yang melihat dari gorden jendela, pelakunya dua orang menggunakan motor matic, langsung kencang begitu," katanya.
Slamet berujar, lantaran tak pernah menghadapi "teror" fisik sebelumnya, ia dan keluarga sama sekali tak menyangka rumah mereka jadi sasaran pelemparan batu.
Bahkan, ketika pelemparan batu pertama terjadi pada dini hari saat seisi rumah tengah lelap, mereka mulanya tak ambil pusing. Begitu tahu rumah mereka dilempar batu, keluarga Slamet mengaku terkejut.
"Pikirnya mungkin (dari rumah) tetangga, mungkin piring jatuh atau etalase dagangannya jatuh. Tapi kemudian di luar tetangga ramai," ujar Slamet.
"Kami keluar ternyata kaca jendela dua-duanya sudah pecah dan di bawahnya ada 2 buah batu yang cukup besar," tambah dia.
Jajaran Polsek Cimanggis sudah mengunjungi rumah Slamet untuk mengumpulkan barang bukti, namun Kapolsek Cimanggis, Kompol Effendi tak mau memberikan keterangan pada wartawan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/18/13584991/sebelum-rumah-dilempar-batu-ketua-pa-212-klaim-terima-teror-virtual