Salin Artikel

Keluh Kesah Warga yang Tunda Pernikahan dan Ruginya Pengusaha Catering akibat Corona

JAKARTA,KOMPAS.com - Di tengah pandemi global corona, masyarakat diminta untuk menerapkan social distancing dengan membatasi diri dari kerumunan.

Langkah tersebut diyakini bisa memutus penyebaran virus corona di tengah masyarakat.

Imbauan social distancing ini memberikan dampak bagi masyarakat. Salah satunya bagi mereka yang akan melaksanakan resepsi pernikahan.

Beberapa calon pasangan suami istri harus menunda agenda penting mereka untuk menghindari potensi penyebaran virus. Salah seorang warga berinisial A (60) menceritakan pembatalan pernikahan putranya yang seharusnya digelar Minggu (15/3/2020).

"Iya mau enggak mau harus diundur dulu. Sudah melakukan rapat internal keluarga," kata A, Kamis (19/3/2020).

A sebenarnya sangat menyayangkan hal tersebut karena pihak keluarga sudah merencanakan segala persiapan dengan matang.

"Sudah pesen catering, pesan tenda, pesan bangku sama dangdut. Tapi kita undur dulu dari pada terjadi yang enggak enggak," ucap warga Jakarta Timur ini.

Begitu juga dengan FH (27). Pria yang seharusnya sudah menjadi seorang suami pada tanggal 22 Maret nanti harus membatalkan hari jadinya.

"Sudah kita undur sampai hari yang belum ditentukan," kata FH. 

Walaupun kecewa, dia tetap melakukannya demi pencegahan penyebaran virus corona.

"Untungnya keluarga tamu undangan bisa mengerti, jadi ya bisa memaklumi. Kalau dibilang rugi mah rugi," jelas dia.

Bukan hanya calon pasangan suami istri yang kelimpungan karena corona. Pengusaha catering untuk acara pernikahan juga menjerit.

Salah satunya Exaudio Gultom. Dia mengaku ada tiga pemesanan catering yang sudah diundur.

"Tiga pesanan kita diundur. Untuk nikahan tanggal 15, 21, sama 22. Lumayan banyak ada 400 sampai 500 porsi. Para pelanggan menunda pemesanan hingga waktu yang sudah ditentukan," kata dia.

Namun Exaudio tidak memberlakukan sistem uang muka yang hangus jika pemesanan diundur.

"Nanti citra kita jelek, pelanggan kabur. Jadi DP-nya enggak hangus karena enggak dibatalkan," kata dia.

Karena penundaan pesanan, Exaudio merugi sekitar Rp 30 juta.

Tidak hanya itu, dia pun memperkirakan usahanya akan sepi dalam beberapa bulan ke depan.

"Ya habis usaha bapak mama cuma ini saja. Kita sepi enggak ada pemasukan," tutup dia.

Dilema batal nikah karena corona

Ketua Umum Tambunan Pagaraji Sedunia, Russel Tambunan buka suara soal fenomena larangan berkumpul yang berbenturan dengan acara pesta pernikahan adat Batak.

Dia paham betul maksud pemerintah sangat baik dengan melarang adanya pertemuan kelompok masyarakat dan bersentuhan tubuh seperti bersalan dan sebagainya. 

Namun pada satu sisi, sulit untuk mengundurkan waktu pesta adat atau membatalkan acara.

Undangan yang telah disebar serta persiapan yang sudah rampung menjadi alasan utama.

"Masalahnya pesta Batak enggak bisa direncanakan tiga bulan. Enggak ada pesta Batak (dipersiapkan) tiga bulan, minimal enam bulan, rata-rata satu tahun," jelas dia, Rabu.

Alasan itu yang membuat keluarga kedua pengantin tetap menggelar pesta adat beberapa pekan lalu. Begitu pula dengan rencana pesta adat dalam waktu dekat.

Alasan lain pesta tetap berjalan karena melihat data pasien corona di banyak negara.

Faktanya, kata Russel, banyak pasien yang sembuh. Alasan itu yang membuat orang-orang Batak tak terlalu khawatir.

"Sekarang di luar negeri kan sudah banyak yang sembuh. Kita juga tahu kalau ada yang suspect juga dari 100 persen yang meninggal sekian persen, jadi semua orang tahu itu," ucap dia.

Meski demikian, dia mengakui bahwa ada perhatian khusus selama acara berjalan di tengah merebaknya virus corona.

DIa menekankan perlu adanya perhatian kesehatan masing-masing orang. Semua orang Batak yang mengetahui situasi saat ini harus benar-benar menjaga kondisi tubuh dengan baik.

"Harus punya kesadaran bersama. Kalau dia merasa badannya tidak fit, ya enggak usah ke pesta. Yang penting jaga kesehatan, stamina, dan ikuti imbauan pemerintah," ujar dia.

Selain itu, penyelenggara pesta perlu melakukan pengecekan suhu tubuh dan menyediakan pembersih tangan.

Russel memberi contoh pesta adat yang diikutinya pekan lalu. Tamu yang suhu tubuhnya di atas 37,5 derajat celsius tidak diizinkan masuk.

"Kalau pengecekan suhu (hasilnya demam) sudah pasti kena suspect walaupun belum tentukan corona. Sebaiknya jangan disuruh masuk. Kayak di pesta adat yang saya gelar kemarin. Tamu pesta ada beberapa disuruh pulang karena suhu badan," terang dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/19/13350511/keluh-kesah-warga-yang-tunda-pernikahan-dan-ruginya-pengusaha-catering

Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke