Salin Artikel

Begini Kondisi Tenaga Medis Tanpa APD Layak Saat Tangani Covid-19

Meski demikian, masing-masing rumah sakit yang dirujuk oleh pemerintah nyatanya belum siap 100 persen.

Sebab, stok alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang dimiliki rumah sakit nyatanya tidak seimbang dengan jumlah pasien yang terus berdatangan.

Akibatnya, banyak tenaga medis yang menggunakan perlengkapan seadanya. Bahkan, beberapa di antara mereka membeli sendiri APD demi menjaga keselamatannya masing-masing.

Keselamatan tenaga medis pun kerap kali terancam dengan kondisi tersebut.

Mawar, bukan nama sebenarnya, diketahui sebagai salah satu perawat di rumah sakit rujukan pemerintah yang menangani Covid-19.

Dia mengaku kerap khawatir setiap kali menerima pasien yang diduga terjangkit epidemi global itu. Sebab, ia tak dibekali APD yang lengkap.

Padahal, ia menyadari memiliki risiko tinggi andai pasien yang ditanganinya itu ternyata positif Covid-19.

Namun, ia mencoba menepikan rasa khawatirnya demi melayani pasien dengan baik. Sebab, ini Mawar sebut sebagai risiko seorang tenaga medis yang melayani pasien hingga sembuh meski tahu penyakit itu bahaya pula untuknya.

“Kalau dibilang takut, ya pasti takut. Tapi bismillah saja, ini udah jadi bagian dari tugas profesi yang aku pilih. Aku khawatir, apalagi APD seadanya,” ucap Mawar kepada Kompas.com, Jumat (20/3/2020).

Mawar mengatakan, untuk menangani pasien terduga Covid-19, ia hanya dibekali pakaian operasi yang sebenarnya tidak sesuai dengan standar operasional.

Setiap harinya, ia melayani 15 hingga 25 pasien terduga Covid-19, tanpa mengetahui apakah nantinya status terduga itu akan naik jadi positif atau tidak.

“Aku cuma pakai baju gaun yang dipakai buat operasi bukan baju astronot yang sesuai standar,” kata Mawar.

Selain itu, untuk masker, ia dibekali masker N-95 yang digunakannya selama seminggu merawat pasien terduga Covid-19.

Keadaan tersebut yang kadang membuatnya prihatin. Bahkan tak sering ia mengeluh dengan keadaan para medis yang memprihatinkan.

“Capek sih, bahkan kalau lagi ngeluh terkadang terpikir gitu, lebih milih nerima pasien serangan jantung ketimbang nerima pasien terduga Covid-19,” ucap Mawar.

Namun, kekhawatirannya seketika hilang saat mendengar pasien terduga Covid-19 yang ditangani itu dinyatakan sembuh dan satu per satu pulang ke rumahnya masing-masing.

Pekerjaannya saat ini dianggapnya sebagai suatu ibadah. Sehingga ia bisa mengurus dan melayani pasien dengan senang hati, meski kadang terbesit rasa khawatir .

“Bawa santai saja, ya sudah tugasnya sebagai perawat kita harus terus berjuang sampai pasien ini satu per satu dinyatakan sembuh. Tetap dibawa bahagia saja,” ucap dia.

Sama halnya, Melati, juga bukan nama sebenarnya. Perawat di rumah sakit milik pemerintah ini juga mengaku bahwa tenaga medis di sana terpaksa menggunakan pakaian operasi lantaran tidak adanya stok baju hazmat (baju khusus untuk menangani pasien Covid-19).

Meski sama-sama steril, menurut Melati, tidak seharusnya pakaian itu digunakan menangani pasien Covid-19.

Bahkan untuk masker, di rumah sakit tempat Melati bekerja sudah mulai kehabisan stok. Sehingga terkadang masker itu ia lapis dengan tisu agar tidak mudah kotor.

Tak jarang pula ia membeli masker menggunakan uang pribadi untuk dipakainya selama bertugas.

“Berusaha sehemat mungkin (pakai masker dan baju APD), lebih menjaga supaya tidak cepat kotor jadi bisa dipakai lebih lama (dalam satu sift). Saya juga letakkan kain di dalam masker supaya bisa dipakai seharian,” ucap dia.

“Kalau merasa stok masker di rumah sakit sudah mulai mau habis, perawatnya inisiatif beli masker yang memang harganya sekarang mahal,” ucap dia.

Dengan kondisi yang demikian, ia terus berusaha untuk tetap fit dan menjaga kesehatan di tengah lelahnya merawat pasien.

Selain itu, Melati selalu rutin cuci tangan, menjaga APD-nya sebaik mungkin, hingga menjaga pola makan yang teratur.

“Ya sekarang bagaimana kami tetap fit. Jadi kalau kami ngurus orang sakit, ya yang ngurus juga harus sehat dong,” ucap dia.

Melati berharap pemerintah mengambil langkah cepat mengatasi penyebaran Covid-19 di Indoenesia.

Ia juga meminta Pemerintah memperhatikan kelengkapan APD di tiap rumah sakit yang ada, khususnya mereka yang menjadi rujukan untuk tangani covid-19.

“Minta pemerintah lebih bertindak tegas dan mencontoh negara-negara lain yang mampu mengatasi peningkatan penyebaran ini, jangan lamban,” katanya.

“Pemenuhan APD sangatlah penting karena sebagai salah satu antisipasi penularan pakai APD,” tutur dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/20/16503011/begini-kondisi-tenaga-medis-tanpa-apd-layak-saat-tangani-covid-19

Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke