Salin Artikel

Pakar Usul Anjuran Social Distancing Disampaikan secara Lebih Membumi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sebuah video viral di media sosial. Rekamannya menampilkan seorang pemuda dengan dialek betawi "berjibaku" mengajak warganet agar patuh pada imbauan social distancing guna mencegah kerumunan yang dapat mempermudah penularan Covid-19.

Video yang sarat istilah percakapan sehari-hari gaya Betawi yang dibumbui humor tersebut dibagikan oleh akun Twitter @bintangemon dan sudah mulai menyebar melalui kanal media sosial lain.

“Cuma kan harus usaha kitanya. Ada ikhtiar sebelum tawakkal. Makanya pas pelajaran agama lu jangan kiu kiu, kaga masuk di kepala lu.”

“Gua juga enggak apa-apa kalau lu meninggal. Asal lu kalau meninggal, jasad lu nguap. Lu kalau meninggal karena ngeremehin corona, yang lain bisa kena. Yang mandiin elu, yang nguburin elu. Orang katering di tahlilan lu? Kenaaa. Ya Allah, jahat banget lu, dia enggak ngerti apa-apa Cuma ngebungkusin lemper doang, kena!”

“Kita kalau diarahkan social distancing ya nurut, tolong. Dokter nyembuhin. Pemerintah ngatur. Kita pasien, nurut sama arahan. Lu, pasien (tapi) bandel, dokter (kemudian) ngambek, kita sembuhnya gimana, Bos?”

“Udah, di rumah dulu. Liburan nanti-nanti mah bisa. Lu kagak ke mal sekarang enggak apa-apa, itu mal enggak berubah jadi kantin. Lu enggak ke Puncak sekarang juga Puncak enggak bakal jadi pendek.”

“Ayo mari kita sama-sama lawan corona. Ini corona didiemin lama-lama ngelunjak nih. Ini corona kalau bentukannya orang udah gua klepak nih dari dulu.”

Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo menyatakan, semestinya pemerintah menggunakan model komunikasi publik seperti contoh barusan agar imbauan social distancing diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Fakta bahwa hari ini, tak semua orang memilih bertahan di rumah, selain karena desakan ekonomi, juga disumbang akibat model komunikasi publik para pejabat yang tak efektif karena terlalu elitis.

Ia berpendapat, pesan soal social distancing sebaiknya disampaikan oleh orang yang berbeda-beda dengan menyasar kelompok yang berbeda-beda latar belakangnya. Ini akan meningkatkan efektivitas pesan.

“Masyarakat seringkali menjadi sasaran kesalahan. Padahal, kalau mau adil, evaluasi juga perlu dilakukan pada yang bicara atau yang berpidato. Apakah semua orang harus paham pada istilah social distancing dengan sendirinya? Bahasa apa sih istilah ini?” ujar Imam kepada Kompas.com, Senin (23/3/2020).

“Coba kita dengar dalam video itu, bagaimana anak muda (entah siapa dia) secara tak langsung memberi contoh pada kita semua bagaimana berkomunikasi efektif di kalangan mereka. Kita perlu juru bicara seperti ini dari beragam segmen kelompok berlatar-belakang berbeda,” ia menambahkan.

Imam berujar, tak semua orang bakal paham dengan anjuran social distancing tanpa disertai dengan gaya bertutur yang sesuai dengan alam berpikir mereka.

Masyarakat terbagi dalam usia yang berbeda, asal daerah dan tradisi yang berlainan, jalur dan tingkat pendidikan yang tak sama, serta lingukungan pergaulannya masing-masing.

“Pesan yang efektif seringkali harus disertai contoh-contoh kejadian keseharian yang dekat dengan mereka. Tidak bisa dengan mengobral kata mewah yang biasanya digunakan dalam seminar dan diskusi di kampus atau rapat di kantoran,” jelas dia.

“Lebih luas lagi, betapa sulitnya kita berkomunikasi efektif dengan adanya keragaman bahasa, logika, logat dan gaya yang ada di masyarakat kita,” Imam menjelaskan.

Maka dari itu, setiap kalangan yang dapat memahami imbauan social distancing yang digaungkan pemerintah sebaiknya mampu menggemakannya ke lingkaran terdekat, sesuai dengan gaya bahasa masing-masing.

Hal ini menjamin bahwa pesan social distancing dapat diserap berbagai kalangan secara lebih efektif, karena setiap kalangan akan lebih mudah memahami urgensinya.

Meski demikian, hal ini bukan jaminan bahwa segala kalangan akan serta-merta manut pada imbauan social distancing. Imam tak menutup kemungkinan, banyak kalangan telah memahami pentingnya social distancing, namun terpaksa tetap keluar rumah karena desakan finansial.

“Di luar sana, ada kondisi sosial yang seringkali tak memungkinkan warga mengikuti apa saja yang dianjurkan dan diharuskan pemerintah. Misalnya, buruh harian, pedagang kaki-lima, supir Ojek/Gojek/Grab dan sejenisnya,” tutur dia.

“Perlu ada solusi ekonomi bila mereka harus mengikuti anjuran ‘tinggal di rumah’. Dari mana uang harus didapat agar dapur tetap ngebul setiap hari?” Imam mengakhiri.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/23/16064171/pakar-usul-anjuran-social-distancing-disampaikan-secara-lebih-membumi

Terkini Lainnya

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Toko Pakaian di Pecenongan Terbakar, Kepulan Asap Putih Bikin Pemadam Kewalahan

Megapolitan
Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Harapan Masyarakat untuk RTH Tubagus Angke, Nyaman Tanpa Praktik Prostitusi...

Megapolitan
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Mei 2024

Megapolitan
Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Nahas, Balita di Matraman Tewas Terperosok ke Selokan Saat Main Hujan-hujanan

Megapolitan
Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Proyek Pengembangan Stasiun Tanah Abang Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Megapolitan
Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Polisi Bakal Pertemukan Perwakilan Warga Klender dan Cipinang Muara demi Atasi Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Ketika Si Kribo Apes Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Ketika Si Kribo Apes Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg karena Bayar Makan Sesukanya...

Megapolitan
3 Orang Tewas akibat Kebakaran Kapal di Muara Baru

3 Orang Tewas akibat Kebakaran Kapal di Muara Baru

Megapolitan
PPKUKM Akui Tumpukan Sampah 3 Ton Jadi Faktor Utama Sepinya Lokbin Pasar Minggu

PPKUKM Akui Tumpukan Sampah 3 Ton Jadi Faktor Utama Sepinya Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

3 Kapal Nelayan di Muara Baru Terbakar akibat Mesin Pendingin Ikan Meledak

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Jelang Pilkada 2024, Demokrat Ungkap Kriteria yang Cocok Jadi Cagub Jakarta

Megapolitan
Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Upaya Mencari Titik Terang Kasus Junior Tewas di Tangan Senior STIP

Megapolitan
Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Pelaku Pembunuhan Kakak Tiri di Medan Serahkan Diri ke Polresta Bogor

Megapolitan
Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki 'Gue Orang Miskin'...

Cerita Warga Trauma Naik JakLingko, Tegur Sopir Ugal-ugalan Malah Diteriaki "Gue Orang Miskin"...

Megapolitan
Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke