DEPOK, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Depok akan segera menambah jumlah laboratorium pemeriksaan Covid-19 berbasis PCR.
Sejauh ini, Depok hanya mengandalkan RS Universitas Indonesia sebagai satu-satunya laboratorium pemeriksaan Covid-19 dengan 1 mesin PCR yang ditetapkan pemerintah di Depok.
Dalam waktu dekat, jumlah mesin itu kemungkinan akan ditambah hingga 5-8 unit di RS Brimob dan Labkesda Kota Depok serta kemungkinan beberapa rumah sakit swasta.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Depok, Alif Noeriyanto berujar, dengan mesin sebanyak itu Kota Depok bisa melangsungkan tes Covid-19 berbasis PCR hingga 1.000 sampel sehari.
Akan tetapi, itu hanya hitung-hitungan di atas kertas.
Masalahnya, untuk melakukan tes PCR, laboratorium dan rumah sakit juga membutuhkan bahan-bahan lain.
Salah satu bahan yang krusial ialah wadah bernama VTM, kependekan dari virus/viral transport medium atau wadah pembawa (sampel) virus.
Sedangkan, Kota Depok kini sedang krisis VTM tersebut.
"Pasokan VTM kita masih kurang. Ada beberapa rumah sakit swasta kekurangan VTM. Bagaimana rumah sakit bisa mengambil swab (sampel lendir tenggorokan) pasiennya dan dikirim (ke laboratorium) kalau tidak ada VTM?" ungkap Alif ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (15/5/2020) pagi.
Menurut dia, hal ini tidak hanya menjadi perhatian Pemkot Depok saja melainkan juga Pemerintah Pusat untuk memenuhi suplai VTM di daerah-daerah.
Alif mengibaratkan, memperbanyak mesin PCR tanpa melengkapinya dengan bahan-bahan pemeriksaan, seperti VTM, tak ubahnya membuka restoran ayam goreng tanpa menyediakan daging ayam.
"Anda mau jual apa?" lanjut dia mengambil analogi.
Ada birokrasi yang harus dipenuhi oleh rumah sakit atau laboratorium di Kota Depok ketika hendak mengajukan pengadaan VTM.
Pengajuan itu harus diproses di tingkat provinsi.
Selain itu, suplai VTM memang tak semasif biasa karena seluruh daerah bahkan negara juga sama-sama sedang membutuhkan VTM dalam jumlah besar.
"Sekali kirim cuma 4-5 VTM, karena kan berbagi. Rumah sakit swasta dan pemerintah di Depol ada 24; dikalikan 5, berarti setiap hari 125 saja, lama-lama habis kan barangnya," jelas Alif.
Sebagai solusi, ia menyarankan agar pemerintah juga memperbanyak produksi VTM seiring dengan rencana penambahan mesin PCR dan jumlah laboratorium pemeriksaan Covid-19.
Tanpa itu, maka besarnya kapasitas pemeriksaan di laboratorium akan sia-sia.
"Kenapa tes di Indonesia enggak bisa banyak? Berapa sih yang bisa dites di Indonesia dalam sehari? Tidak banyak," ujar Alif mengambil contoh akibat minimnya suplai bahan-bahan tes swab.
"Jadi harus ada sarana dan prasarana. Sarananya ada, prasarananya kurang. Ini PR besar bagaimana agar bisa dilengkapi," tambah dia.
"Oke kita punya mesin PCR 2 unit di RS Brimob. Ya kasih dong 3.000 VTM. Labkesda akan punya 2 unit mesin PCR, kasih 3.000 VTM. Lumayan toh?" pungkas Alif.
Sebagai informasi, data terbaru per Kamis (14/5/2020), Kota Depok mencatat 369 warganya positif Covid-19, 67 di antaranya dinyatakan sembuh dan 21 lainnya meninggal dunia.
Angka kematian tersebut belum menghitung 66 kematian suspect/pasien dalam pengawasan (PDP) yang tak kunjung dikonfirmasi Kementerian Kesehatan RI sejak medio Maret 2020.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/05/15/23054671/upaya-pemkot-depok-tambah-laboratorium-tes-covid-19-bisa-sia-sia-jika