Para pegawai yang telah bekerja di rumah selama tiga bulan belakangan akibat pandemi Covid-19 mulai aktivitasnya di kantor.
Tentu kondisi tersebut membuat sebagian pekerja khawatir.
Misalnya Chandra Budi Hartono (23), salah satu pekerja swasta di kawasan Dukuh Atas, Jakarta.
Ia mengaku khawatir lantaran sehari-harinya harus naik bus Transjakarta menuju kantor.
Pada Senin kemarin, ia memilih berangkat lebih awal untuk menghindari keramaian penumpang yang hendak menunggu bus.
“Tadi saya berangkat dari rumah sekitar pukul 05.30 WIB, karena takut ramai antrenya. Untung tadi enggak ramai, sepi kok,” ujar Chandra kepada Kompas.com, Senin.
Chandra mengatakan, kursi di bus Transjakarta telah diberikan tanda atau simbol physical distanting (jaga jarak).
Ia juga membawa berbagai barang untuk menjaga tubuhnya tetap sehat.
“Yang harus dipakai kan masker, terus bawa hand sanitizer sih pastinya, tisue basah, buff, baju ganti, dan vitamin C,” kata Chandra.
Alasannya membawa baju ganti, kata Chandra, untuk persiapan jika di dalam bus ramai.
“Ya kalau ramai di bus tadi, aku bisa ganti baju sama bersihin badan di kantor sih. Jadi pas kerja tetap steril,” ucap Chandra.
Senada disampaikan Mita (24), pegawai swasta di kawasan Jakarta Timur.
Hingga saat ini, Mita masih tidak berani naik kendaraan umum ke kantor. Ia menganggap, transportasi umum memiliki risiko penyebaran Covid-19 yang tinggi.
Ia memilih membawa kendaraan pribadi ke kantornya meski diakuinya lebih hemat jika naik transportasi umum.
“Masih takut banget, tahu sendiri kereta kaya gimana ngantrenya kalau masuk stasiun. Yang ada malah enggak ada physical distanting. Disitu malah jadi rebutan masuk ke dalam kereta karena dibatasi kapasitas masuk ke keretanya,” ucap dia.
Namun, ia khawatir jika nantinya Pemprov DKI benar-benar menerapkan ganjil genap bagi mobil dan motor.
Dengan demikian, ia harus menggunakan transportasi umum saat kendaraannya terkena ganjil genap.
“Ya bingung aja kalau nanti misalnya ganjil genap. Kalau (pelat nomor) enggak sesuai masa naik transportasi umum. Bisa aja naik taksi online, tapi tekor juga tiap hari,” kata Mita.
Kembali ke kantor di tengah pandemi Covid-19 merupakan tantangan sendiri baginya. Padahal ia merasa nyaman bekerja di rumah selama tiga belakangan ini.
Menurut dia, lebih efektif bekerja di rumah dibanding di kantor.
“Kayanya lebih produktif di rumah. Lebih nyaman, sepi, terus bisa lebih fokus kerjanya dan mencari aktivitas baru saat bekerja di rumah,” ucap Mita.
Sementara itu, Wenti (25), pekerja swasta di kawasan Bintaro memilih menggunakan ojek online saat hari pertama bekerja.
Meski awalnya khawatir naik ojek online ke kantor, ia mulai memberanikan diri. Pasalnya jarak kantor dari rumahnya sejauh 23 kilometer.
“Awalnya takut, tapi ya udah jadi biasa aja. Tadi lupa bawa helm, akhirnya enggak pakai helm karena khawatir belum steril kan,” kata Wenti.
Ia mengaku menjadikan tasnya sebagai pembatas antara dia dan pengemudi ojek online tersebut.
Setelah sampai di kantor, ia ditawarkan untuk menggunakan hand sanitizer oleh pengemudi ojek onlinenya.
“Kalau saya sih tadi pakai tas aja diletakkan di tengah biar jaga jarak kan. Terus saya juga pakai masker, untuk ngobrol pun engak terlalu dekat,” ujarnya.
“Malahan saya ditawari hand sanitizer untuk dipakai meski saya udah bawa sendiri,” tambah dia.
Wenti mengatakan, untuk menjaga kebersihan, ia langsung cuci tangan begitu sampai di kantor.
“Saya bawa bekal, minun sendiri. Vitamin untuk jaga imun tiap hari saat aktivitas di luar. Saya berharap Covid selesai biar normal lagi semua aktivitas,” tutur dia.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/06/09/05471791/curhat-pegawai-kembali-bekerja-di-kantor-saat-pandemi-covid-19