Salin Artikel

Kisah Pedagang Gorengan yang Motornya Dicuri, Kerja untuk Bantu Anak, Suka Berbagi Meski Sulit

JAKARTA, KOMPAS.com - Misna (60) tetap menggelar lapak gorengan meski motornya telah hilang dicuri orang lantaran ditipu. Kini, ia bergantung dengan keponakannya untuk antar dan jemput.

Meski begitu, ikhlas dan kerja keras adalah kunci hidup Misna.

Padahal, biasanya sehari-hari Misna menggunakan motor Honda Varionya sebagai alat transportasi untuk pergi ke pasar dan ke tempatnya berjualan. Motornya lunas setelah mengkredit selama tiga tahun sejak tahun 2010.

Setiap pukul 04.00 WIB, ia bangun untuk salat Subuh. Tugasnya setelah itu menjemput istrinya yang bertugas membeli bahan-bahan jualan gorengan di pasar. Setelah itu, ia sempatkan diri untuk beristirahat di rumah hingga waktunya berangkat jualan pada pukul 13.00 WIB.

Misna baru dua minggu berjualan di Jalan Pancoran Barat VII, Pancoran, Jakarta. Ia memindahkan lapaknya dari Pengadegan, Kalibata ke tempatnya kini lantaran tak ada kemajuan secara omset.

“Jualan gorengan sejak tahun 1982. Awalnya jualan keliling di daerah Kalibata,” ujar Misna, laki-laki kelahiran Desa Martapada Wetan, kecamatan Astanajapura, kab. Cirebon tahun 1960 itu, Rabu (19/8/2020).

Misna merantau ke Jakarta lantaran diajak tetangga. Awalnya, ia sempat dagang kacang rebus tetapi hanya bertahan beberapa bulan. Akhirnya, ia memutuskan untuk berjualan gorengan.

Di Pengadegan, Misna hanya mendapatkan omset sebesar Rp110.000 per hari. Sementara itu, modalnya berjualan seharinya Rp150.000. Seringkali, gorengannya sisa.

“Pernah jualan cuma laku Rp 50.000, padahal modalnya Rp 150.000. Itu sering ngalamin itu,” kata Misna.

Meski sering rugi, Misna tak ada pilihan. Ia terus berjualan gorengan lantaran tak memiliki keahlian lain. Waktu umur 30 tahun, ia sempat bekerja sebagai kuli bangunan di tanah kelahirannya. Namun, jualan gorengan adalah jalan hidupnya.

Pada tahun 1990, Misna kembali ke Jakarta. Ia berjualan gorengan sejak itu untuk membiayai keempat anaknya yang ditinggal di kampung halamannya.

Ia jalani pekerjaannya sebagai penjual gorengan hingga kini. Misna sendiri pernah tinggal di seberang Taman Makam Pahlawan Kalibata. Sekarang, ia tinggal di dekat Terminal Pasar Minggu.

“Mau kerja lain misalnya dari pagi, tenaganya udah enggak ada. Ilmu saya di gorengan aja,” tambahnya.

Kini, Misna berbelanja bahan jualan bersama istrinya ke Pasar Minggu dengan berjalan kaki. Dari rumahnya, Pasar Minggu berjarak sekitar 500 meter.


Bekerja demi anak sampai tua

Hingga umur kepala enam, Misna masih terus mencari nafkah. Tanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga terus ia pikul.

Ia masih berpikir tentang kehidupan anaknya yang belum stabil secara ekonomi. Anaknya ada yang bekerja sebagai kuli bangunan, pembuat kusen kayu, dan paling bontot bekerja di puskesmas.

“Ya kerja karena masih banyak yang dibutuhkan. Lihat anak masih begitu. Masih repot ngurus rumah tangga,” ujar Misna.

Tak seperti orang lain, Misna bisa saja tinggal hanya menikmati hari tuanya dan bermain bersama sembilan cucunya di kampung halaman.

Namun, ia memilih untuk tetap berjualan gorengan. Tinggal di kampung halaman pun ia tak tega dengan anaknya.

"Saya masih pingin usaha, kalau sama anak kan enggak bebas. Saya ga tega sama anak. Penghasilan anak-anak juga saya tahu belum stabil,” tambahnya.

Misna menyebutkan, sampai umurnya saat ini, ia belum mendapatkan uang yang rutin dikirim setiap bulan. Anak-anaknya kadang patungan untuk mengirimkan uang untuk Misna dan istrinya di Jakarta sekitar Rp200.000-Rp300.000.

“Makanya saya semangat kerja. Saya sayang sama anak. Apalagi sama cucu,” kata Misna.

Setiap bulan ia bisa mengirimkan uang Rp100.000-Rp200.000 untuk anaknya. Tak semua ia kirimkan. Misna bilang, “Saya kirim gantian.”

Ia kini terus bertahan hidup dengan menjual gorengan. Misna lebih memilih terus berjualan ketimbang harus menganggur.

Meski hanya punya pengalaman berjualan gorengan, Misna punya mimpi untuk berjualan makanan lainnya. Ia ingin mengontrak sebuah tempat untuk berjualan makanan sehari-hari seperti soto dan empal gentong, kuliner khas Cirebon yang kerap diburu wisatawan.

“Ya sambil jualan gorengan tetep di depannya,” khayal Misna sambil tertawa.

Jualan sepi karena Covid-19

Hari Rabu (19/8/2020) sekitar pukul 20.00 WIB, handphone Nokia jadulnya berdering. Keponakannya menelpon untuk mengabarkan akan menjemput Misna.

Stok gorengannya malam itu tinggal sedikit. Seorang perempuan kemudian memborong sisa gorengannya sekitar Rp10.000 untuk gorengan lebih dari 10 buah.

Namun, keadaan ludesnya gorengan tak setiap hari Misna rasakan. Lima bulan terakhir, omsetnya turun drastis akibat pandemi Covid-19. Karena itu, ia tak bisa membayar sewa kontrakan dan cicilan utangnya selama tiga bulan.

Tabungan yang biasa ia sisihkan untuk anaknya pun tak ada. Biasanya ia bisa mengirimkan uang ke empat anaknya secara bergantian sebanyak Rp100.000-Rp300.000.

“Selama enam bulan ini ga punya duit. Cuma cukup buat makan aja. Itu cuma pas buat modal aja. Kadang nombok. Buat belanja kurang. Gara-gara Covid-19, lima bulan ini ya sepi,” ujar Misna.

Ia optimistis, hasil penjualan gorengan bisa mencukupi meskipun rasanya tak mungkin. Misna punya cicilan utang di bank dan uang kontrakannya Rp800.000 per bulan.

“Kalau urusan makan kan, gimana kita ngaturnya,” pungkas Misna.

Meski sulit tetapi suka berbagi

Jiwa dermawan Misna pun tak luntur meski ia dalam keadaan sulit. Ia dikenal sebagai sosok yang suka berbagi.

Ia suka memberikan bonus gorengan kepada pembelinya. Misna berdalih hanya agar jualannya cepat habis.

Warga sekitar lapak Misna, Abidin (52) mengenal Misna sebagai sosok yang suka berbagi. Misna suka berbagi gorengan kepada warga sekitar.

“Pak Misna sudah seperti keluarga buat orang-orang sini,” ujarnya.

Misna bercerita gorengannya suka ia berikan ke tetangga dan tukang rongsok yang ditemuinya di jalan.


Ia suka berikan sekantong gorengan kepada tukang rongsok.

“Kasih ke tukang rongsok, itu kan pasti dimakan. Kalau dikasih pasti dimakan pikir saya. Daripada mubazir dibuang sisa gorengannya,” ujarnya.

Hilang motor, salah satu cobaan terberat

Hilangnya motor lantaran ditipu dan dibawa kabur laki-laki tak dikenal bagi Misna adalah salah satu cobaan terberat di hidupnya.

Motornya raib dibawa kabur orang tak dikenal. Alih-alih meminjamkan motor kepada oramg tak dikenal itu, ia harus kehilangan motor kesayangannya.

Dengan polosnya Misna memberikan dan membantu memasukkan kunci ke motornya bahkan membantu pencuri mengangkat motor.

Ia hanya berharap motornya bisa kembali saat pelaku membawa kabur motornya ke arah pertigaan Jalan Duren Tiga Selatan.

Misna hanya bisa menangis saat menceritakan kejadian kehilangan motor ya kepada Abidin.

“Sebelumnya saya ga pernah nangis. Sering nangis paling kalo liat nonton TV, ya karena acara orang dapat uang kaget gitu,” ujar Misna.

Ia menangis lantaran kehilangan motor operasionalnya di saat kondisi ekonominya sedang susah.

Misna hanya berharap pencurinya mengembalikan motornya dan membayar gorengannya yang dipesan senilai Rp170.000.

Untuk urusan motor, ia belum terpikir untuk membeli lagi.

“Uangnya belum ada,” katanya sambil tertawa.

Ia hanya bisa ikhlas menghadapi musibah kehilangan motor.

Misna mencoba bersikap tenang meskipun di dalam hati dan raut wajahnya menunjukkan penyesalan yang mendalam akibat kepolosannya untuk bersikap baik kepada orang lain.

Pukul 21.00 WIB, jemputannya datang. Dengan mengangkat sebuah karung dan kantong plastik, ia meninggalkan lapaknya dan bersiap memulai rutinitas berjualan gorengan esok hari.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/08/20/06570581/kisah-pedagang-gorengan-yang-motornya-dicuri-kerja-untuk-bantu-anak-suka

Terkini Lainnya

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Suasana Berbeda di RTH Tubagus Angke yang Dulunya Tempat Prostitusi, Terang Setelah Pohon Dipangkas

Megapolitan
Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke