Salin Artikel

Jakob Oetama dan Cintanya terhadap Manusia, Pendidikan, dan Wartawan

Beliau meninggal dunia di usia 88 tahun karena mengalami gangguan multiorgan. Usia sepuh kemudian memperparah kondisi Jakob hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir.

Jakob dikenal dengan sosok yang sangat mencintai manusia. Minat dan kepekaan yang ia miliki pada masalah-masalah manusia dan kemanusiaan menjadi sebuah nilai spiritual di Kompas.

Dikutip dari VIK Kompas.com berjudul "Jakob Oetama: The Legacy", kecintaan Jakob terhadap manusia itu ia dapat sewaktu bersekolah di seminari menengah, sekolah calon pastor setingkat SLTA.

"Saya sangat terbantu dan diperkaya oleh kepekaan humaniora yang terpupuk dan berkembang berkat pendidikan di seminari menengah," kata Jacob sebagaimana dituturkan dalam buku Syukur Tiada Akhir.

Dari seminari menengah ia pun mendalami ilmu manusia lewat falsafah dan sastra klasik. Ia juga gemar mendalami secara komprehensif masalah sosial budaya dan ekonomi.

Sebelum menjadi seorang wartawan, Jakob sejatinya bercita-cita sebagai guru. Ia bahkan meninggalkan seminari tinggi demi mengikuti panggilan hati seperti ayahnya yakni menjadi guru.

Jakob pun merantau dari Sleman ke Jakarta atas petunjuk dari ayahnya. Ia diperintahkan untuk menemui Yohanes Yosep Supatmo, pendiri Yayasan Pendidikan Budaya.

Dari Supatmo, Jakob mendapatkan pekerjaan sebagai guru, tapi bukan di sekolah yang ada di Yayasan tersebut, melainkan SMP Mardiyuwana, Cipanas, Jawa Barat.

Setelah itu, Jakob sempat beberapa kali pindah mengajar.

Perjumpaan Jakob dengan dunia jurnalistik

Di tahun 1958, Jakob mendapatkan pekerjaan baru. Ia menjabat sebagai sekretaris redaksi mingguan Penabur. Tugas harian Jakob di media ini adalah sebagai pemimpin redaksi.

Di Penabur, Jakob banyak menulis soal ulasan sosial, politik dan budaya. Tapi tulisannya selalu tanpa nama.

Berdampingan dengan pekerjaan barunya, Jakob lulus B-1 Sejarah dengan nilai rata-rata 9. Ia pun direkomendasikan mendapat beasiswa di University of Colombia, Amerika Serikat.

Jika menerima tawaran tersebut, Jakob bisa menjadi sejarawan atau seorang dosen sejarah. Hal ini tentu membuat ia bimbang antara menjadi wartawan atau guru profesional.

Jakob juga sempat diterima jadi dosen di Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung. Pihak Unpar bahkan menyediakan rumah dinas serta beasiswa untuk gelar PhD di Universitas Leuven, Belgia.

Di tengah kegalauannya itu, Jakob bertemu dengan Pastor JW Oudejans OFM, pimpinan umum di mingguan Penabur.

Lewat sebuah pernyataan singkat yakni "Jakob, guru sudah banyak, wartawan tidak," ia pun memantapkan hati.

"Itulah titik balik masa depan yang harus saya gulati. Menjadi wartawan profesional, bukan guru profesional," ujar Jakob.

Dirikan Intisari dan munculnya harian Kompas

Di tahun 1958, Jakob bertemu dengan Petrus Kanisius Ojong dalam sebuah kegiatan jurnalistik. Waktu itu, Ojong memimpin dua media, yakni harian Keng Po dan Star Weekly.

Dari pertemuan pertama, keduanya sering berjumpa di kegiatan sosial, politik, dan budaya.

Sampai akhirnya di tahun 1960-an situasi politik begitu mengekang di tengah pengaruh besar Partai Komunis di pemerintahan.

Di tahun 1961-1962, dua media yang dipimpin Ojong, Keng Po dan Star Weekly diberangus pemerintah karena sikap kritisnya.

Suatu hari, keduanya bertemu di pementasan sendratari Ramayana di Prambanan, Jawa Tengah. Perjumpaan itu berlanjut dengan makan ayam goreng Mbok Berek.

Di tengah pembicaraan, Ojong mengajak Jakob mendirikan sebuah majalah baru. Media itu diproyeksi untuk menerobos kekangan informasi oleh pemerintah.

Akhirnya, berdirilah Intisari di tahun 1963. Majalah ini banyak memuat artikel-artikel cerita manusia yang membuka mata dan telinga masyarakat di tengah terbatasnya informasi.

Intisari terbit di hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-18. Sebanyak 10.000 eksemplar disebar ke berbagai daerah. Per eksemplar dijual seharga Rp 60 untuk wilayah Jakarta, Rp 65 di luar Jakarta.

Majalah ini banyak merekrut penulis-penulis hebat di masa itu seperti Nugroho Notosusanto yang kelak menjadi Mendikbud di era Orde Baru.

Ada juga Soe Hok Djin (Arief Budiman) dan adiknya Soe Hok Gie yang dikenal sebagai aktivis mahasiswa, serta Kapten Ben Mboi yang kemudian jadi Gubernur Nusa Tenggara Timur.

Di tengah masa jaya Intisari, Menteri Perkebunan Frans Seda dari Partai Katolik meminta keduanya untuk mendirikan surat kabar Partai Katolik atas permintaan Panglima TNI AD Letjen Ahmad Yani.

Alasannya, waktu itu hampir semua partai memiliki media sebagai corong partai.

Dari usulan itu, Ojong dan Jakob bersepakat mendirikan koran. Meski diinisiasi oleh tokoh Partai Katolik, koran ini bukan menjadi corong partai.

Koran ini memiliki posisi berdiri di atas semua golongan, oleh karena itu bersifat umum, majemuk, cermin atas realitas Indonesia, diatas suku, agama, ras dan latar belakang lainnya.

"Dia harus mencerminkan miniaturnya Indonesia," kata Jakob.

Koran ini pertama kali diberi nama Bentara Rakyat dan motonya Amanat Penderitaan Rakyat. Tapi Bung Karno tak sepakat dengan nama itu. Lewat Frans Seda, ia mengusulkan nama Kompas yang akhirnya digunakan hingga saat ini.

Peninggalan Jakob

Nilai luhur yang diwariskan Jakob terhadap Kompas ialah pandangan tentang kemanusiaan yang beriman.

Pandangan ini selalu menjadi dasar dalam setiap pemberitaan Kompas, Kompas.com dan Kompas TV.

Ia mengabadikan pandangannya ini dalam Tajuk Rencana, 28 Juni 1980, saat harian Kompas berulang tahun ke-15.

Tajuk Rencana Pak Jakob

Kita ingin berkarya bersama-sama memajukan kesejahteraan masyarakat manusia Indonesia dalam makna yang sepenuh-penuhnya.

Artinya sesuai dengan aspirasi, potensi serta harkat martabat manusia dalam posturnya yang majemuk sebagai individu, sebagai warga masyarakat komunitas, sebagai warga masyarakat bangsa dan negara serta warga masyarakat dunia.

Kita menempatkan masyarakat manusia dalam posisinya yang vertikal dan horisontal. Vertikal berarti dalam kaitannya dengan ilahi dan horisontal dalam kebersamaannya dengan sesama manusia lain dalam kaitan keluarga, komunitas, masyarakat bangsa dan negara.

Iman ditempatkan tidak dalam misi penyebarannya, tetapi dalam misi bersama agama-agama yaitu mensublimir totalitas harkat dan martabat manusia beserta segala ekspresi kekaryaan dan eksistensinya.

Yang memberikan makna dan kedalaman dalam hidup manusia dan karena itu juga yang mengembangkan dan meneguhkan persaudaraannya.

Kita hormat akan martabat manusia, karena itu menghormati hak-hak asasinya dan ikut dalam karya besar pembangunan nasional. Karena tujuan dan fungsi pembangunan itu adalah mengusahakan nasib rakyat Indonesia menjadi secara kualitatif lebih baik.

Kita menunjang pembangunan kultur dan struktur demokrasi Pancasila, yang akan mampu di satu pihak menjamin keleluasaan ekspresi serta kreativitas rakyat, bersamaan dengan itu pula menjamin kebersamaan, tanggung jawab serta komitmen mengangkat derajat dan martabat orang banyak.

Persepsi kita bukanlah statis, tetapi dinamis. Yaitu dinamika untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita bersama masyarakat Pancasila.

Dalam usaha ikut melaksanakan komitmen-komitmen itu, kita tidak “bermanipulasi” atau “bermain politik”.

Kita berusaha harus lurus, apa adanya, menurut yang kita lihat benar dan bermanfaat disertai sikap hormat terhadap pandangan dan pendapat orang lain.

Surat kabar ini karena keyakinannya dan karena realitas masyarakat Indonesia berusaha ikut mengembangkan saling pengertian yang kreatif antara berbagai kelompok subkultur masyarakat dengan tujuan agar masyarakat kita mampu berfungsi dalam keberagamannya.

Dengan demikian ekspresinya terpenuhi dan sekaligus ekspresi diri ini haruslah bermakna dan berfungsi kemajuan serta kesejahteraan bersama. Itulah yang kita pandang sebagai kultur dan infrastruktur sistem masyarakat Pancasila.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/09/17563281/jakob-oetama-dan-cintanya-terhadap-manusia-pendidikan-dan-wartawan

Terkini Lainnya

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Megapolitan
Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Megapolitan
Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Megapolitan
Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat 'Ngebut'

Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat "Ngebut"

Megapolitan
 Mayat Terbungkus Kain Ditemukan di Pamulang, Tangsel

Mayat Terbungkus Kain Ditemukan di Pamulang, Tangsel

Megapolitan
Polresta Bogor Tangkap 6 Pelaku Tawuran, Dua Orang Positif Narkoba

Polresta Bogor Tangkap 6 Pelaku Tawuran, Dua Orang Positif Narkoba

Megapolitan
Dilempar Batu oleh Pria Diduga ODGJ, Korban Dapat 10 Jahitan di Kepala

Dilempar Batu oleh Pria Diduga ODGJ, Korban Dapat 10 Jahitan di Kepala

Megapolitan
Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Megapolitan
Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Megapolitan
Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke