JAKARTA, KOMPAS.com - Tokoh pers dan pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama meninggal dunia di usia 88 tahun.
Kepergiannya meninggalkan duka bagi kolega maupun teman dekatnya di dunia jurnalistik maupun bisnis.
Salah satu sosok yang merasakan kesedihan adalah Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Sofjan Wanandi.
Sofjan mengaku kehilangan sosok yang sederhana dan sudah dianggapnya seperti kakak sendiri.
"Orangnya sangat sederhana, terakhir hubungan sama saya, saya dianggap adiknya. Karena saya sangat dekat sekali dengan dirinya. Saya juga selalu diajak ke ruangan pemimpin redaksi (Kompas Gramedia) untuk menjalankan diskusi," kata Sofjan saat ditemui usai pemakaman Jakob Oetama di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Kamis (10/9/2020).
Sofjan menjelaskan, mereka biasanya membahas masalah ekonomi, politik, dan sosial di negeri ini.
Salah satu nasihat yang didapat dari hasil diskusi dengan Jakob Oetama adalah Indonesia harus terus bersatu, jangan terpecah belah.
"Jadi itu nasihat yang telah diberikan darinya kepada saya dan banyak orang, kita harus bersatu meski ada perbedaan saat Pemilu. Apapun yang terjadi nomor pertama adalah kepentingan nasional untuk bangsa ini," jelas dia.
Sofjan mengaku telah bersahabat karib dengan Jakob Oetama selama setengah abad. Meski Jakob Oetama memiliki banyak harta, tapi dia tidak mau dianggap kaya.
Apalagi, lanjut dia, dengan beberapa usaha yang dijalani, Jakob Oetama tidak mau memimpin usahanya secara kasar melainkan dengan cara halus dan kekeluargaan.
"Itu dia lakukan. Dia sudah juga menjadi entrepreneur nomor satu sekali, di samping menjadi tokoh senior di jurnalistik maupun pers. Perusahaan pers yang dia bawa saat ini, yakni Kompas mampu bertahan lama, itu dengan cara halus dan memimpin usahanya secara kekeluargaan," tegas pria kelahiran 79 tahun yang lalu.
Sofjan mengatakan, Jakob Oetama pasti mengajak dirinya jika ingin bertemu dengan Jusuf Kalla saat masih menjadi orang nomor dua di Indonesia.
Pertemuan itu tak lain untuk melakukan tukar pikiran mengenai masalah yang terjadi di negeri ini.
"Jadi beliau bila ingin bertemu JK, saya dampingin dia ke pak JK. Beliau datang untuk memberikan pendapat yang akan disampaikan ke pak JK, terkait masalah ekonomi, politik, dan sosial yang pernah juga dibicarakan dengan saya," pungkas dia.
Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (88), meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (9/9/2020).
Jakob wafat karena mengalami gangguan multiorgan. Usia sepuh kemudian memperparah kondisi Jakob hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir.
Dokter Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Felix Prabowo Salim, mengatakan, kondisi awal Jakob saat masuk rumah sakit sudah mengalami gangguan multiorgan.
Dia pertama kali masuk ke rumah sakit pada 22 Agustus 2020. Kondisinya sempat membaik, tetapi kemudian memburuk lagi.
Hingga pada Minggu (6/9/2020) sore, Jakob mengalami koma.
“Selama perawatan sempat sebenarnya naik turun, di mana selama perawatan hampir lebih dari dua minggu sempat perbaikan dan terjadi penurunan, hanya pada saat-saat terakhir karena faktor usia dan kondisi semakin memburuk, akhirnya beliau meninggal,” ujar Felix.
Pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading telah melakukan swab test kepada Jakob.
Hasil swab test Jakob Oetama dinyatakan negatif.
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/09/10/13373961/sofjan-wanandi-kenang-jakob-oetama-saya-dianggap-adiknya