Salin Artikel

[POPULER JABODETABEK] Massa Tanpa Identitas, Awal Mula Kerusuhan Demo di Patung Kuda | Ambulans Ditembak dan Dikejar Polisi

Bentrokan mulai terjadi sejak kehadiran sekelompok anak muda tanpa membawa atribut identitas kelompok berbaur dengan massa PA 212 yang hendak menyudahi aksi Selasa sore.

Mereka mulai melempar batu dan botol air ke arah aparat kepolisian. Aksi kian anarkistis saat massa mulai menyerang polisi menyeruak ke barikade yang terpasang di sekeliling Monas.

Polisi pun akhirnya bergerak dan memecah massa dengan kendaraan baracuda hingga gas air mata. Kerusuhan akhirnya malah terpencar di banyak titik sampai ke Tugu Tani, Kwitang, Cikini, hingga Tanah Abang.

Berita soal kronologi kerusuhan pada demo tolak UU Cipta Kerja pada Selasa lalu itu menjadi berita terpopuler Megapolitan Kompas.com sepanjang kemarin.

Isu lainnya masih terkait keruusuhan di demo UU Cipta Kerja yakni soal ancaman pelajar yang ikut demo hingga ambulans yang diserang polisi diduga untuk mengirim logistik bagi perusuh.

Berikut empat berita terpopuler Megapolitan Kompas.com sepanjang kemarin:

1. Detik-detik kerusuhan di Monas

Aksi demonstrasi penolakan omnibus law UU Cipta Kerja oleh massa PA 212 dan sejumlah ormas lain pada Selasa (13/10/2020) sore yang awalnya berjalan damai menjadi berakhir ricuh.

Massa demonstran terpecah menjadi dua bagian. Ada yang damai dan ada yang menjadi provokator serta perusuh.

Sekitar pukul 15.38 WIB, massa demonstran membubarkan diri dengan tertib. Dari mobil komando, orator berterima kasih atas partisipasi demo.

Massa kemudian balik kanan. Kemudian, ada beberapa orang anak muda yang tak diketahui identitasnya yang melemparkan botol air mineral.

Massa anak muda lain ikut melempar botol air mineral, bahkan batu. Suasana mulai tak terkendali, tetapi penyerangan ke polisi belum terjadi. Pedemo anak muda mulai berteriak-teriak.

“Tugasmu mengayomi. Tugasmu mengayomi. Pak polisi, pak polisi,” teriak massa anak muda.

Massa anak muda merangsek ke bagian depan dekat kawat berduri dan polisi.

Petugas ormas dengan berseragam putih dan loreng sempat membantu mengamankan situasi. Beberapa petugas mengejar dan menangkap pedemo yang diduga sebagai provokator.

Aksi kejar terjadi di beberapa titik dekat Patung Kuda Arjuna Wiwaha. Petugas ormas juga mencoba meminta massa pedemo pulang.

“Mendingan mundur, Bang. Mundur. Kita yang kesalahan nanti,” ujar salah satu petugas ormas sambil menghalau massa.

Baca selengkapnya di sini.

2. Pelajar yang ikut demo terancam sulit dapat kerja

Pelajar yang hendak melakukan aksi di wilayah Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang dipastikan bahwa identitasnya akan tercatat dalam Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari kepolisian.

Hal tersebut ditegaskan oleh Kapolresta Tangerang Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi.

"Kami catat di catatan kepolisian. Karena nanti apabila tercatat itu akan terbawa terus. Kalau untuk melamar pekerjaan, meneruskan sekolah, ada catatan khusus yang akan kami sampaikan," kata dia, Selasa (13/10/2020).

Ade mengatakan, catatan tersebut dituangkan saat para pelajar yang terdata mengikuti aksi tolak omnibus law akan mengajukan SKCK.

Hal senada juga dikatakan Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Pol Sugeng Hariyanto.

Para pelajar yang diamankan karena akan melakukan aksi menolak UU Cipta Kerja ke Jakarta akan direkam dan menjadi catatan kepolisian.

"Mereka yang sudah diamankan akan ter-record di intel dan ini menjadi catatan tersendiri ketika mereka mau mencari pekerjaan," kata Sugeng.

Baca selengkapnya di sini.

3. Sejumlah CCTV Pemprov DKI Jakarta mati saat aksi unjuk rasa

Sejumlah kamera pemantau atau CCTV disebut mati saat aksi unjuk rasa penolakan omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja pada Selasa (13/10/2020) kemarin.

Hal ini menjadi perbincangan di media sosial Twitter yang menyebutkan bahwa CCTV sengaja dimatikan.

Adapun CCTV yang mati, seperti di Bundaran HI, Cideng Barat, Flyover Jatibaru, Hasyim Ashari, Medan Merdeka Selatan, perempatan Abdul Muis, dan Pramuka Raya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala UP Jakarta Smart City Diskominfotik DKI Jakarta Yudhistira Nugraha mengatakan, CCTV yang mati tersebut karena mengalami kerusakan pada demo sebelumnya.

Selain itu, sebagian CCTV mengalami gangguan jaringan sehingga tak bisa diakses.

"Beberapa CCTV mati karena mengalami kerusakan pasca-demo sebelumnya dan ada beberapa jaringan yang mengalami gangguan," ucap Yudhis saat dihubungi Kompas.com, Rabu (14/10/2020).

Baca selengkapnya di sini.

Dalam video tersebut, terlihat mobil ambulans itu berjalan mundur untuk menghindari kejaran polisi dengan kondisi semua pintu terbuka.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus menjelaskan, peristiwa itu terjadi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

"Ada viral di media sosial kejadian kemarin adanya sebuah ambulans yang dikejar oleh petugas pada saat terjadi demo kerusuhan di daerah Menteng," ujar Yusri kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Rabu (14/10/2020).

Yusri menjelaskan, peristiwa itu terjadi saat polisi tengah melakukan razia terhadap sejumlah pedemo yang terlibat kericuhan.

Setidaknya ada tiga kendaraan yang saat itu diberhentikan, di antaranya sejumlah motor dan dua ambulans.

"Pertama, rangkaian motor diberhentikan dan berhenti. Kedua, satu ambulans di belakangnya dengan muatan tiga orang juga berhenti. Tetapi, rangkaian ketiga satu ambulans pada saat akan diberhentikan yang viral di media sosial coba melarikan diri," kata Yusri.

Yusri menjelaskan, diperkirakan ada empat orang yang diduga massa aksi unjuk rasa di dalam mobil ambulans tersebut.

"Kita ketahui ada empat orang di dalamnya. Saat mundur, terus diberhentikan lagi diadang di depannya juga maju dengan kecepatan tinggi, juga nyaris menabrak petugas," kata ucap Yusri.

Baca selengkapnya di sini.

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/15/08541261/populer-jabodetabek-massa-tanpa-identitas-awal-mula-kerusuhan-demo-di

Terkini Lainnya

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke