Asep merupakan salah satu badut yang tergabung dalam komunitas Aku Badut Indonesia (ABI).
Ia terpaksa banting setir demi menyambung hidup di tengah krisis ekonomi yang terjadi akibat pandemi.
Pria bernama asli Irwan Riswara ini mengatakan, sebelum masa pandemi, setiap akhir pekan dia tak pernah sepi pekerjaan.
Bersama ABI, Asep juga kerap melakukan kegiatan sosial untuk menghibur anak-anak di rumah sakit.
"Sebelumnya sih memang kami jadi badut ya, Sabtu-Minggu itu pasti ada kerjaan, kadang ada kegiatan sosial buat berbagi kebahagiaan sama anak-anak," kata Asep saat dihubungi Kompas.com, Kamis (28/1/2021).
Asep mengaku, sebelum pandemi, dalam satu minggu, ia bisa mendapat penghasilan sebesar Rp 1 juta.
Bapak satu anak itu juga sempat mengisi acara di hotel berbintang di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Namun, sejak virus SARS-CoV-2 masuk ke Indonesia, Asep kehilangan semua pekerjaannya sebagai badut.
Acara-acara yang sudah direncanakan pun terpaksa dibatalkan karena penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Jarang banget, udah enggak ada job badut, pernah ada job, tapi di-cancel karena enggak boleh sama RT setempat," ujarnya.
Asep pun mencari pekerjaan lain untuk bisa bertahan hidup, seperti menjadi tukang las hingga mengamen di jalan.
"Terus ya selama pandemi kami ngelamar-ngelamar kerja, sempat saya belajar ngelas di tempat-tempat hidrolik gitu, terus saya kerja di situ," tutur Asep.
"Itu mulai habis Lebaran (Mei 2020) udah enggak ada kerjaan, sempat saya ngamen-ngamen juga di lampu merah, tapi enggak sama komunitas sih," sambungnya.
Saat mengamen, Asep mengenakan riasan wajah badut dan pakaian warna-warni.
Asep rela melakukan apa saja demi bisa mencukupi kebutuhan keluarga, membeli susu formula untuk sang anak, hingga membayar uang sewa kontrakan Rp 600.000 per bulan.
Terlebih lagi, sang istri harus fokus merawat buah hati mereka yang berusia satu tahun lima bulan.
Selama lepas dari pekerjaan menjadi badut, penghasilan Asep tidak menentu.
Bahkan, ia terpaksa menjual alat-alat atraksi yang biasa dia gunakan saat beraksi sebagai badut.
"Jualin alat-alat badut yang kayak sepeda roda satu, jadi dijual buat nutupin kebutuhan hidup. Dijual ke teman-teman komunitas," kata Asep.
Asep menjual lima sepeda roda satu yang dia miliki selama 14 tahun menjadi badut.
Sepeda-sepeda itu dijual dengan harga yang beragam, mulai dari Rp 500.000 sampai Rp 1,5 juta.
Asep sangat berharap masa sulit ini segera berakhir. Ia ingin kembali bekerja sebagai badut dan berbagi canda tawa dengan anak-anak seperti sedia kala.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/29/06150001/kisah-asep-badut-bertahan-hidup-di-masa-pandemi-jual-alat-atraksi-hingga