Salin Artikel

Dua Kerabat Meninggal karena Covid-19, Pengusaha Meubel Ini Beralih Produksi Ribuan Peti Mati

Ironisnya, kedua kerabat Lie A Min kesulitan mencari peti makam yang habis di mana-mana. Sampai pemerintah harus memberi kabar buruk, bahwa mereka tak bisa lagi menyediakan peti mati bagi pasien Covid-19 yang me

Pengrajin peti mati untuk pasien Covid-19, Lie A Min (58), telah membuat ribuan peti mati sejak April 2020.

"Diperkirakan, 28 Februari (2021) itu akan mencapai angka 10.000 peti mati. (Sebanyak) 80 persennya itu untuk pasien Covid-19," ungkap Lie melalui sambungan telepon, Jumat (5/1/2021) siang.

Lie menyebutkan, pabriknya yang berada di Jalan Yos Sudarso, Benda, Kota Tangerang, Banten memproduksi hampir 150 peti setiap harinya.

"Rata-rata lebih dari 100 peti tiap harinya. Kadang 120 (peti), seringnya 150 peti," tutur pria yang juga adalah pengusaha furnitur itu.

Awal mula Lie menjadi pengrajin peti yakni saat ia kehilangan dua kerabatnya karena virus SARS-CoV-2 tahun kemarin.

"Adik ipar saya, dia meninggal pada 24 Maret 2020. Peti mati yang waktu itu dipakai sungguh menyedihkan, peti mati itu apa adanya. Jelek sekali lah," urai pria 58 tahun itu.

Selang dua minggu, lanjut Lie, salah satu besannya juga meninggal karena virus yang sama.

Namun, besan Lie tersebut tidak mendapatkan peti mati.

"Pas saya telepon Covid Center, mereka bilang tidak ada lagi peti mati. Jadi, mereka meminta saya untuk mencari peti sendiri," papar dia.

"Keesokan harinya, Covid Center menelepon saya. Dia minta maaf karena tidak bisa memberikan peti," imbuh dia.

Saat itulah Lie menawarkan bantuan kepada Covid Center untuk membantu memproduksi dan mendistribusikan peti mati ke Covid Center dengan harga yang murah.

Satu minggu sejak itu, pihak Covid Center mendatangi pabrik Lie.

"Nah saat itu, Covid Center-nya meminta bantuan ke saya untuk dibuatkan peti. Jujur saya tersentuh. Karena saya punya pengalaman juga kan," ucap Lie.


Lie mengatakan, saat itu pihak Covid Center tidak memiliki anggaran yang cukup untuk memborong peti mari dari pabrik milik Lie.

"Tapi enggak apa-apa. Saya terima. Karena saya suka mengatakan, don't ask what your country give for you. But, ask yourself what you can do for your country," ungkap Lie.

Setelah itu, Lie mulai membeli mesin sendiri untuk peti mati yang ia produksi. Karena, ia juga harus tetap memproduksi furnitur di pabriknya.

Selain itu, ia juga merekrut puluhan pegawai baru.

Hari pertama produksi peti, Lie mengaku bahwa pabriknya hanya memproduksi 10 peti dengan ukuran 186 x 80 sentimeter.

Seiring berjalannya waktu, ia memproduksi peti hingga mencapai 100-150 buah setiap hari.

"Ini peti mati didistribusikan ke Dinas Kesehatan. Kalau yang ke pemerintah, itu warga petinya putih. Lalu kami juga distribusikan ke kota Bogor, Bandung, Timika, Ambon, dan lainnya. Ke berbagai rumah sakit juga," ucapnya.

Terkait harga, Lie berujar bahwa tiap peti yang ia distribusikan ke Covid Center dipatok harga Rp 850.000.

"Baru dari sana ke masyarakatnya gratis ya. Selain itu juga kami ada yang lebih mahal. Tergantung requirement-nya juga. Ya tergantung request juga," papar Lie.

Kendati demikian, Lie juga kerap kali memberikan peti itu secara gratis ke beberapa instansi atau perorangan yang memang tidak memiliki anggaran.

Seperti, salah satu gereja di Bekasi yang hendak memakamkan seorang pemulung.

"Hari ini kami kirim ke sana satu peti gratis," kata Lie.

Dalam kesempatan ini, Lie mengaku bahwa awal mula pembuatan peti itu sama sekali tidak direncanakan. Akan tetapi, murni karena Lie yang sempat kehilangan dua kerabatnya.

"Diminta tolong juga oleh Covid Center. Kalau pun pandemi ini selesai, kami akan tetap melayani berbagai rumah duka dan RS. Tetap membantu kebutuhan orang," tandas dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/05/14052711/dua-kerabat-meninggal-karena-covid-19-pengusaha-meubel-ini-beralih

Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW4

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW4

Megapolitan
12.851 ASN di DKI Jakarta Masuk Usulan Penonaktifan NIK

12.851 ASN di DKI Jakarta Masuk Usulan Penonaktifan NIK

Megapolitan
Jaga Keakuratan, Dukcapil DKI Bakal Data 11,3 Juta Warga yang Tinggal di Jakarta

Jaga Keakuratan, Dukcapil DKI Bakal Data 11,3 Juta Warga yang Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Pengamat: Kaesang Lebih Berpotensi Menang di Pilkada Bekasi Ketimbang di Depok

Pengamat: Kaesang Lebih Berpotensi Menang di Pilkada Bekasi Ketimbang di Depok

Megapolitan
Polda Metro Pastikan Video Soal Tepung Dicampur Narkoba Hoaks

Polda Metro Pastikan Video Soal Tepung Dicampur Narkoba Hoaks

Megapolitan
BPBD DKI Siapkan Pompa 'Mobile' untuk Antisipasi Banjir Rob di Pesisir Jakarta

BPBD DKI Siapkan Pompa "Mobile" untuk Antisipasi Banjir Rob di Pesisir Jakarta

Megapolitan
Ini 9 Wilayah di Pesisir Jakarta yang Berpotensi Banjir Rob hingga 29 Mei 2024

Ini 9 Wilayah di Pesisir Jakarta yang Berpotensi Banjir Rob hingga 29 Mei 2024

Megapolitan
Komplotan Maling Gasak Rp 20 Juta dari Kios BRILink di Bekasi

Komplotan Maling Gasak Rp 20 Juta dari Kios BRILink di Bekasi

Megapolitan
Supirnya Mengantuk, Angkot Tabrak Truk Sampah di Bogor

Supirnya Mengantuk, Angkot Tabrak Truk Sampah di Bogor

Megapolitan
KPAI: Banyak Program Pemerintah yang Belum Efektif Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

KPAI: Banyak Program Pemerintah yang Belum Efektif Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

Megapolitan
Polisi Kantongi Identitas Penusuk Lansia di Kebon Jeruk

Polisi Kantongi Identitas Penusuk Lansia di Kebon Jeruk

Megapolitan
KPAI: Kekerasan Seksual pada Anak Bisa Dicegah lewat Pola Pengasuhan yang Adaptif

KPAI: Kekerasan Seksual pada Anak Bisa Dicegah lewat Pola Pengasuhan yang Adaptif

Megapolitan
Pengamat: Kalau Dukungan Dananya Besar, Peluang Kaesang Menang pada Pilkada Bekasi Tinggi

Pengamat: Kalau Dukungan Dananya Besar, Peluang Kaesang Menang pada Pilkada Bekasi Tinggi

Megapolitan
Polisi Tangkap 6 Remaja yang Terlibat Tawuran di Sawah Besar

Polisi Tangkap 6 Remaja yang Terlibat Tawuran di Sawah Besar

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Tak Dilirik Pembeli, Mobil Akan Dilelang Lagi dengan Harga yang Telah Dikorting

Rubicon Mario Dandy Tak Dilirik Pembeli, Mobil Akan Dilelang Lagi dengan Harga yang Telah Dikorting

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke