Salin Artikel

Kisah Sopir Angkot yang Dibayar Rp 200, Mengaku Ikhlas dan Enggan Marah

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, media sosial dihebohkan dengan video rekaman berisi adegan seorang sopir angkot yang hanya dibayar Rp 200 oleh penumpangnya.

Peristiwa itu direkam oleh salah satu penumpang lainnya dan viral di media sosial.

Sopir angkot itu tampak sudah berusia tua. Dia sempat beradu argumen dengan penumpangnya, yang duduk di jok depan.

Penumpang tersebut terdengar menolak membayar ongkos yang disebutkan oleh sang sopir. 

Penumpang itu memberikan uang sebesar Rp 5.000 tetapi menolak dikembalikan sebesar Rp3.000. Penumpang itu hanya mau dikembalikan Rp 4.800 alias hanya ingin membayar Rp 200 untuk ongkos naik angkot.

"Ini Rp 3.000," kata sopir angkot.

"Enggak Rp 3.000 dong," balas penumpang angkot.

"Berapa maksudnya saya kembaliinnya?" tanya sopir angkot.

"Ya Rp 4.800," jawab kembali si penumpang.

"Astagfirullahaladzim. 200 perak berarti?" balas si sopir angkot.

"Ya iya dari situ," ujar si sopir angkot.

"Ya sudah enggak usah bayar. Enggak apa-apa," balas si sopir angkot.

"Ya sudah," kata si penumpang.

Kompas.com kemudian menghubungi sopir angkot tersebut. Dia bernama Musa, usianya 68 tahun.

Musa menyebutkan, peristiwa tersebut terjadi pada 20 Januari 2021 lalu, sekitar pukul 10.00 WIB.

Musa menceritakan, saat itu penumpang tersebut naik di dekat SMP 97 dan turun di Puskesmas Kalisari. Jarak dari SMP 97 ke Puskesmas Kalisari sekitar satu kilometer.

"Sebenarnya kalau dekat itu, bayarnya kesadaran saja. Dia kan naik satu kilometer. Tarif wajarnya Rp 3.000 tapi saya tarik Rp 2.000 saja. Dia enggak mau. Maunya bayar Rp 4.800. Ongkos Rp 200 perak, ya keterlaluan. Saya bilang enggak usah bayar," kata Musa saat dihubungi.

Musa mengaku ikhlas tak dibayar, daripada menerima Rp 200. Ia tak mau marah menghadapi penumpang yang membayar tak sesuai dengan tarif.

"Saya sudah ikhlas saja. Semoga rezeki saya lebih gede. Kalau yang lain mungkin pasti kan marah biasanya. Saya ini umur 68 tahun. Saya kalau ribut, malu sama anak muda. Saya juga mikir di jalan," ujar laki-laki beranak empat dan lima cucu.

Rute angkot yang ditempuh Musa adalah Kalisari-Pasar Rebo. Mobil yang dikendarainya adalah mobil pribadi.

Saat peristiwa penumpang membayar Rp 200 terjadi, di dalam angkot hanya ada dua penumpang. Satu di bagian depan, satu di bagian belakang.

Musa menduga, penumpang tersebut tak memiliki uang sehingga hanya ingin membayar Rp200. Ia pun tak pernah melihat penumpang itu sebelumnya.

"Semenjak kejadian itu, saya enggak pernah lihat lagi. Itu penumpang sebelumnya saya enggak pernah lihat," tambah Musa yang sudah menarik angkot sejak tahun 1975.

Musa tak menceritakan peristiwa itu ke keluarganya. Musa hanya bercerita ke rekan-rekan sopir angkot lainnya.

Keesokan harinya, video Musa hanya dibayar Rp 200 viral di media sosial. Anak Musa kemudian melihat video tersebut dan memberitahu ayahnya.

"Anak saya bilang bapak viral di media sosial," kata Musa.

Semenjak viral, banyak penumpang yang bertanya kepada dirinya. Penumpang kenapa Musa hanya ikhlas dan tak marah.

Rekan-rekan sopir angkot Musa pun juga bingung mengapa ia tak marah ketika dibayar Rp 200. Rekan-rekan Musa marah kenapa Musa hanya terkesan diam.

"Saya kalau bilang dari awal mau numpang karena ga ada uang, saya gapapa," ujar laki-laki asli Betawi tersebut sambil tertawa.

Ia kemudian tetap mencari nafkah dengan membawa mobil Suzuki Futura 2003. Di tengah pandemi Covid-19, Musa tetap menggantungkan hidup dengan membawa angkot.

"Memang saya sedang diuji sama Allah. Kita ga tau. Itu mungkin ujian buat saya. Saya cuma bisa bilang astagfirullah," ujar Musa.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/08/18532231/kisah-sopir-angkot-yang-dibayar-rp-200-mengaku-ikhlas-dan-enggan-marah

Terkini Lainnya

Heru Budi Pastikan Pasien TBC yang Bukan KTP DKI Bisa Berobat di Jakarta

Heru Budi Pastikan Pasien TBC yang Bukan KTP DKI Bisa Berobat di Jakarta

Megapolitan
Warga Bekasi Tertabrak Kereta di Pelintasan Bungur Kemayoran

Warga Bekasi Tertabrak Kereta di Pelintasan Bungur Kemayoran

Megapolitan
Faktor Ekonomi Jadi Alasan Pria 50 Tahun di Jaksel Nekat Edarkan Narkoba

Faktor Ekonomi Jadi Alasan Pria 50 Tahun di Jaksel Nekat Edarkan Narkoba

Megapolitan
Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Keluarga Taruna yang Tewas Dianiaya Senior Minta STIP Ditutup

Megapolitan
UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

UU DKJ Amanatkan 5 Persen APBD untuk Kelurahan, Heru Budi Singgung Penanganan TBC

Megapolitan
Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Pria 50 Tahun Diiming-imingi Rp 1,8 Juta untuk Edarkan Narkoba di Jaksel

Megapolitan
Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Polisi Temukan 488 Gram Sabu Saat Gerebek Rumah Kos di Jaksel

Megapolitan
KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

KPU: Mantan Gubernur Tak Bisa Maju Jadi Cawagub di Daerah yang Sama pada Pilkada 2024

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Bakal Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket yang Ditertibkan

Megapolitan
Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Heru Budi Sebut Pemprov DKI Jakarta Mulai Tertibkan Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Tegal Bahari, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

20 Pelajar SMA Diamankan Polisi akibat Tawuran di Bangbarung Bogor

Megapolitan
Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Jakarta Utara Macet Total sejak Subuh Buntut Trailer Terbalik di Clincing

Megapolitan
Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 36 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke