Salin Artikel

Temuan tentang Pasar Muamalah Depok: Beroperasi sejak 7 Tahun lalu dan Gunakan Koin Khusus

JAKARTA, KOMPAS.com - "Pasar Muamalah" di Beji, Depok, Jawa Barat, mendapat sorotan publik baru-baru ini karena menggunakan alat tukar selain Rupiah untuk melakukan transaksi jual beli.

Alat tukar tersebut adalah koin emas dan perak murni, dinar-dirham, yang dibuat khusus oleh penggagas pasar, Zaim Saidi.

Zaim sendiri kini telah ditahan oleh pihak kepolisian karena melanggar hukum pidana, tepatnya pasal 9 undang-undang (UU) No. 1 Tahun 1946.

Di sana tertulis bahwa membuat benda semacam mata uang dan menggunakannya sebagai alat pembayaran merupakan tindakan melanggar hukum. Ancamannya adalah hukuman penjara maksimal 15 tahun.

Selain melanggar UU tentang Hukum Pidana, transaksi menggunakan dinar-dirham di pasar tersebut juga melanggar UU No. 7 Tahun 2011 tentang mata uang. Ancaman hukumannya adalah penjara maksimal 1 tahun dan denda Rp 200 juta.

Dari penelusuran jurnalis Kompas TV Aiman Witjaksono di lokasi, ditemukan sejumlah fakta terkait pasar tersebut. Berikut rangkumannya:

Sudah beroperasi 7 tahun

Berdasarkan hasil penelusuran Aiman di lapangan, diketahui bahwa pasar yang berdiri di depan jajaran rumah toko (ruko) tersebut sudah beroperasi sekian tahun lamanya, tepatnya sejak 2014.

Fauzi, pemilik warteg di sekitar lokasi, mengatakan pasar tersebut hanya buka pada hari Minggu.

Terdapat kurang lebih 10 kios yang menjual beraneka ragam komoditas.

"Barang yang dijual seperti "sendal nabi", sembako, kaos, dan madu," ujarnya.

Fauzi mengaku tidak mengenali para pedagang di pasar tersebut. Namun, para pembeli merupakan warga sekitar.

Menggunakan koin khusus

Aiman secara eksklusif mendapatkan koin yang biasa digunakan di pasar muamalah tersebut.

Koin itu merupakan koin perak (dirham) khusus, yang di sebuah sisinya tertulis "Amirat Nusantara" dan "Amir Zaim Saidi".

Satu koin dirham berbobot hampir 3 gram, harganya setara dengan Rp 73.500 per kepingnya.

Selain itu juga terdapat koin dinar yang mengandung emas 22 karat seberat 4,25 gram. Satu koinnya memiliki harga setara Rp 4 juta.

Koin-koin tersebut dipesan dari PT Aneka Tambang (Antam).

Dibagikan pada masyarakat secara cuma-cuma

Berdasarkan penelusuran Kompas TV diketahui bahwa sejumlah koin dirham dibagikan secara cuma-cuma kepada warga sekitar.

Menurut pedagang minuman di depan pasar muamalah tersebut, Sari, koin itu dibagikan oleh ketua RT setempat. Ia mengaku pernah mendapatkan koin tersebut.

"Biasanya dikasihkan ke pak RT nya terus dibagi-bagi (pada masyarakat). Dikasih gratis untuk belanja," ujar Desi.

Salah satu warga lainnya bernama Nisa juga mengaku pernah menerima koin dirham yang kemudian ia gunakan untuk membeli beras dan telur.

Menurut Nisa, 1 dirham bisa ditukarkan dengan sebungkus telur yang beratnya tidak mencapai dua kilogram. Sementara, harga telur di pasaran berkisar antara Rp 23.000 hingga Rp 26.000 per kg.

"(Harga telurnya) mahal, tapi kan (tidak bisa protes) karena koinnya dikasih," ujarnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/09/09303961/temuan-tentang-pasar-muamalah-depok-beroperasi-sejak-7-tahun-lalu-dan

Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke