Salin Artikel

4 Hari Banjir Masih 3 Meter di Periuk Tangerang, Ternyata...

TANGERANG, KOMPAS.com - Banjir masih menggenangi sejumlah wilayah di Kelurahan Periuk, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Banten, hingga Selasa (23/2/2021) siang.

Ketinggian banjir yang terjadi sejak Sabtu (20/2/2021) ini bervariasi, mulai dari 30 sentimeter hingga 3 meter.

Hal ini berdasarkan keterangan dari salah seorang warga, Maria Magdalena (60), yang ditemui Kompas.com di kediamannya pada Selasa siang.

"Semakin ke dalam perumahan, dekat sama Jalan Sejahtera, itu banjirnya semakin dalam. Soalnya memang jalan di sana rendah," ujar Maria.

Warga lainnya, Handika (29), mengatakan banjir setinggi 150 sentimeter masih merendam rumahnya.

"Ada beberapa rumah yang terendam setinggi 2 meter, tapi belakangan ini sudah mulai surut," ujarnya.

Camat Periuk Maryono mengatakan, setidaknya ada tujuh rukun warga (RW) yang masih terendam banjir sampai Senin kemarin.

Ketujuh RW tersebut adalah RW 008, RW 011, dan RW 013 di Kelurahan Periuk; kemudian RW 021, RW 022, dan RW 025 di Kelurahan Gebang Raya.

"Di Kelurahan Gembor ada di RW 007, yang masuk ke Perumahan Total Persada," ucap Maryono ketika ditemui, Senin sore.

Ketua RW 011 Tatak Sunarwan mengatakan, ratusan rumah di RW itu masih terendam banjir setinggi 1,5-2 meter pada Senin siang.

Banjir terjadi karena Kali Ciracab meluap, imbas dari hujan dengan intensitas tinggi pada Jumat (19/2/2021) pekan lalu.

Kisah Periuk langganan banjir

Banjir dengan periode yang lama juga merendam sebagian kecamatan Periuk pada Februari tahun lalu.

Berdasarkan catatan Kompas.com, air merendam beberapa wilayah di kecamatan tersebut hingga sepekan lamanya.

Pemkot Tangerang sampai harus mengerahkan truk tangki untuk menyedot air yang tak kunjung surut di Perumahan Garden City dan Periuk Indah.

Mengapa fenomena ini bisa terjadi?

Buku "Melacak Asal Muasal Nama Kampung di Kota Tangerang" karya Burhanudin mengungkapkan, kecamatan terkecil di Kota Tangerang itu memang sejak lama sudah menjadi tempat genangan air.

Ketika musim penghujan tiba, orang-orang sering mencari ikan di Periuk karena tempat tersebut berbentuk cekungan seperti danau dan rawa.

"Jadi disebut periuk karena tempat ngumpul air di sini, letaknya paling rendah dibandingkan tempat lain," kata Suahemi, salah satu narasumber di buku tersebut.

Burhanudin menulis, Periuk menjadi bagian dari daerah tampungan air di Kota Tangerang dan kini sudah menjadi kawasan padat penduduk.

Bahkan, daerah hulu yang rendah pun kini sudah tidak terlihat karena tertutup perumahan.

Tak heran, Periuk kini menjadi daerah langganan banjir yang airnya tak surut berhari-hari.

(Penulis : Muhammad Naufal, Singgih Wiryono / Editor : Irfan Maullana, Sabrina Asril)

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/23/16501721/4-hari-banjir-masih-3-meter-di-periuk-tangerang-ternyata

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke