Salin Artikel

Tiga Hari Vaksinasi Covid-19 untuk Wartawan...

Total, ada 5.512 pekerja media yang terdaftar dalam vaksinasi yang dihelat di Hall A Basket Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat.

Dalam sehari, vaksinasi dibagi ke dalam 3 kloter, yakni pukul 08.00-10.00, 10.00-12.00, dan 13.00-16.00.

Lantas, bagaimana berjalannya vaksinasi tahap 1 ini?

Alur vaksinasi

Saya berkesempatan divaksinasi Covid-19 kemarin, pada kloter 13.00-16.00. Bermaksud agar tak mengantre terlalu lama, saya tiba di Hall A Basket Gelora Bung Karno pukul 12.10.

Petugas langsung mengarahkan saya masuk untuk registrasi pertama bermodal KTP asli, setelah mengecek suhu tubuh saya di depan tenda pertama.

Di sini, tak ada antrean sama sekali yang saya alami. Saya segera diarahkan mengambil nomor antrean dan masuk menuju tenda berikutnya, tempat kami menunggu.

Tenda kedua

Kami duduk di kursi yang telah diberi jarak sekitar 1,5 meter satu sama lain, di dalam tenda yang cukup luas, kira-kira sanggup menampung 100 orang atau lebih.

Tenda berwarna putih dengan alas karpet itu tertutup sempurna, baik bagian atas maupun samping.

Sejumlah misty fan alias kipas angin uap berdiri di pinggir tenda, sehingga cuaca terik siang hari tak begitu terasa gerah.

Ada layar monitor di bagian depan tenda yang menampilkan rentang nomor urut yang sedang diproses.

Saya memperoleh nomor antrean 1.238. Di depan saya, ada 88 wartawan lain yang telah lebih dulu datang dan mengantre untuk proses selanjutnya.

Petugas memanggil 25 wartawan untuk pindah ke tenda selanjutnya setiap 8-10 menit sekali berdasarkan nomor urut.

Total, saya menghabiskan 34 menit di tenda kedua.

Tenda ketiga

Saya masuk ke tenda ketiga pukul 12.44, yang ternyata lagi-lagi area tunggu.

Sedikit berbeda, petugas memanggil 25 wartawan lagi untuk duduk di baris depan. Setelahnya, petugas memanggil satu per satu wartawan untuk diproses ke tahap berikutnya.

Saya menghabiskan 36 menit di sini, sebelum nomor antrean saya dipanggil pukul 13.20.

saya kemudian diarahkan ke ruangan berikutnya yang terdiri atas belasan loket, dari huruf A hingga E.

Tenda keempat

Ini merupakan tempat kami harus memverifikasi data diri. Saya sempat mengalami kendala karena data diri saya disebut "belum tercatat di dalam sistem".

Saya diarahkan menunggu sekitar 5 menit, sebelum petugas memotret ulang KTP saya. Lima menit berselang, ia memanggil saya untuk menuju loket.

Di loket, verifikasi kembali dilakukan. Petugas memberi saya stiker huruf "C" yang harus dilekatkan di dada dan kartu verifikasi yang akan digunakan untuk tahap-tahap selanjutnya.

Dari sana, saya diarahkan lagi, kali ini untuk menunggu di halaman hall basket.

Halaman hall basket

Pukul 13.29, saya duduk di kursi paling belakang barisan wartawan dengan kloter huruf "C".

Satu per satu wartawan dipanggil masuk secara bergiliran ke hall basket untuk menjalani screening/penapisan kesehatan. Saya menunggu 4 menit sebelum dipanggil.

Area penapisan

Masuk ke hall basket, saya dipersilakan duduk bersisian dengan 2 petugas kesehatan berpakaian serba biru. Saat itu, jam menunjuk pukul 13.33.

Salah satu petugas yang duduk di kanan saya memeriksa suhu tubuh dan tekanan darah sembari mengajak berbincang. Ia juga memastikan bahwa saya sudah sarapan dan tidak begadang semalam.

Setelah dinyatakan suhu dan tekanan darah saya normal, petugas kesehatan di sebelah kiri mulai mengajukan belasan pertanyaan seputar riwayat kesehatan saya.

Setelah dinyatakan lolos kriteria sebagai penerima vaksinasi Covid-19, petugas melakukan paraf kartu verifikasi saya, lalu langsung mengarahkan saya menuju meja penyuntikan. Tak ada antrean.

Meja penyuntikan

Tiba di meja penyuntikan pukul 13.36, kartu verifikasi kembali diminta, kali ini oleh vaksinator.

Vaksinator mengambil 1 dosis vaksin Covid-19 pabrikan Biofarma dengan alat suntik, kemudian mengusap bagian lengan atas (deltoids) saya menggunakan alkohol, sebelum menyuntiknya, dan mengelapnya sekali lagi dengan alkohol.

Pukul 13.38, saya dipersilakan menuju area belakang hall basket yang digunakan sebagai area observasi kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI).

Area observasi

Area observasi terdiri dari kursi-kursi yang dibagi dalam beberapa baris sesuai kloter huruf.

Sebagian wartawan, termasuk saya, yang tidak mendapatkan tempat duduk, diminta duduk di tribun penonton yang juga telah dibagi berdasarkan kloter huruf dan diatur jarak duduknya.

Observasi idealnya dilakukan selama 30 menit. Namun, 23 menit saya menunggu, saya diperbolehkan menuju meja observasi.

Saya lalu diwawancara soal ada atau tidaknya gejala setelah disuntik vaksin Covid-19. Karena tidak ada gejala apa pun yang saya rasakan, saya diperbolehkan pulang.

Petugas menyebut, tidak ada pantangan olahraga maupun makanan pasca-vaksinasi ini.

Gejala seperti demam mungkin timbul, namun dapat ditangani mandiri seperti menghadapi demam biasa.

"Kalau sampai muntah-muntah, ke rumah sakit," ujarnya.

Kartu verifikasi diminta oleh petugas, lalu petugas mencetak selembar kertas "kartu vaksinasi Covid-19".

"Keterangan: pasien pulang sehat. Pelaksanaan dosis kedua akan diumumkan Dewan Pers," begitu tertulis dalam lembar itu.

Total, saya menghabiskan 1 jam 51 menit untuk seluruh tahapan vaksinasi Covid-19 kemarin.

Ruang untuk perbaikan

Apa yang saya alami lebih baik ketimbang beberapa wartawan yang kebagian jatah vaksinasi Covid-19 pada hari pertama, Kamis lalu.

Seorang wartawan, Naufal, menghabiskan waktu 4 jam 3 menit untuk mengikuti seluruh tahapan, terhitung sejak ia datang pukul 10.17 sampai pulang pukul 14.20.

"Menurutku, itu ramai sekali karena banyak wartawan yang dapat jam 08.00-10.00 tapi mereka datang terlambat, sehingga berpengaruh ke kloter saya," jelas Naufal yang kebagian kloter pukul 10.00-12.00 itu.

Membludaknya jumlah itu, menurut dia, tidak diimbangi dengan jumlah petugas data dan registrasi.

Bagian paling lama dalam proses vaksinasi Covid-19 selama 3 hari ini, memang, tersita pada antrean menunggu verifikasi data.

Lambatnya vaksinasi hari perdana juga mungkin dipengaruhi oleh beberapa hal nonteknis lain.

Tri, wartawan lain, menyinggung soal kedatangan Presiden RI Joko Widodo dan hujan yang sempat turun.

"Saya sempat antre di depan (di luar tenda) lumayan lama karena Paspampres berbenah alat detektor setelah Presiden datang meninjau," ujarnya.

"Sekitar pukul 10.40-10.50 mulai hujan deras kan, ada beberapa area tenda yang bocor dan tempias dari luar tenda. Peserta sempat geser-geser bangku dari barisan, petugas sibuk mengangkut alat elektronik," Tri menjelaskan.

Di luar itu, masih ada ruang bagi perbaikan dalam penyelenggaraan vaksinasi Covid-19.

Salah satunya ialah soal ketidakseragaman penyampaian informasi soal vaksinasi Covid-19 dosis kedua, yang seharusnya dilakukan pada hari ke-14 hingga 28, sejak penyuntikan pertama.

Tri diberi tahu secara komplet soal lokasi dan jadwal penyuntikan kedua, baik melalui kartu vaksinasi Covid-19 maupun via SMS.

Wartawan lain, Ardito, menerima pula informasi semacam itu namun secara parsial.

"Cuma ditulis tanggal sama kecamatannya, tidak diberi tahu lokasi persisnya di mana," ujarnya.

Sementara itu, saya tidak menerima sama sekali informasi soal penyuntikan dosis kedua, selain keterangan bahwa jadwal tersebut akan diumumkan lebih lanjut oleh Dewan Pers.

Hal yang saya alami juga dialami Naufal, yang hingga kini--2 hari sejak menerima dosis pertama--belum menerima informasi apa pun soal penyuntikan berikutnya.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/02/28/07193761/tiga-hari-vaksinasi-covid-19-untuk-wartawan

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke