Salin Artikel

Nurmaya, Perempuan Penderma Nasi Bungkus dan Cerita Kejutan-kejutan yang Mengiringinya

JAKARTA, KOMPAS.com - "Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang."

Demikian kata-kata tersebut disadur dari buku Surat-Surat Kartini: Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya.

Kartini, berkat perjuangannya mengangkat derajat wanita, ia dikenang setiap 21 April. Ia adalah simbol emansipasi wanita Indonesia.

Kartini boleh saja wafat pada 17 September 1904. Namun, setelahnya banyak "Kartini" baru bermunculan di Tanah Air, seperti halnya pepatah "Mati Satu Tumbuh Seribu". Dia, Nurmaya, salah satu "Kartini" masa kini itu.

Nurmaya menjaga "Api Kartini" dari Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.

Sejak Ramadhan 2020, Nurmaya memutuskan untuk berbagi makanan gratis setiap seminggu sekali dan tanpa pernah putus hingga kini.

Nurmaya sengaja memilih setiap Jumat karena Jumat hari yang mulia.

Inspirasi berbagi datang dari mendiang ayahnya.

Sekitar enam tahun lalu, ia dan ayahnya melintas dan melihat orang membagikan bingkisan gratis di jalan.

Ayahnya kemudian memilih berhenti, mengambil uang di saku celana tanpa melihat berapa isinya.

"Dia langsung kasih uang itu ke saya. Candanya ke saya, 'Udah enggak usah dilihat, nih kasihkan ke orang itu'," kata Nurmaya meniru ucapan ayahnya.

Di tengah jalan menuju pulang, Nurmaya bertanya-tanya, mengapa ayahnya tidak melihat uang yang akan diberikan kepada orang tersebut.

"Kata ayah saya, 'ya enggak apa-apa, kalau berbagi berkah itu kita niatnya ikhlas aja'," kata Nurmaya lagi-lagi menirukan ayahnya.

Ayahnya mengatakan, "kalau udah ikhlas memberi tangan kanan, tangan kiri tidak usah tahu."

Demikian sang ayah berpesan kepada Nurmaya, arti menderma sesungguhnya.

Awal mula berbagi

Sejak awal Ramadhan tahun lalu, Nurmaya mulai berbagi makanan gratis kepada para pelintas jalan.

Nurmaya mengambil lapak di depan toko tanaman hias miliknya, tepatnya di Jalan Inspeksi Slipi, Kemanggisan, Palmerah.

Mulanya, ia membagikan takjil gratis. Usai Ramadhan, ia kemudian berpikir, 'masak sih berhenti sampai di sini?'

Nurmaya kemudian meneruskan ide berbagi makanan gratis tersebut setelah Lebaran.

Rencana ini kemudian ia beritahukan kepada suami, orangtua, dan saudara-saudaranya.

"Setelah Lebaran tiga minggu, kami sudah mulai lagi," kata Nurmaya.

"Wah, antusias banget responsnya. Malah mereka (saudara-saudara Nurmaya) mau menyumbang tenaga, di luar dugaan saya," ujar dia.

Seiring berjalannya waktu, masalah muncul. Nurmaya ditegur pihak kelurahan.

Pihak kelurahan meminta agar Nurmaya tidak membuat kerumunan saat berbagi makanan gratis karena sedang pandemi Covid-19.

"Perbuatan saya memang baik tetapi jangan sampai disalahkan karena menimbulkan kerumunan," kata Nurmaya.

Nurmaya tidak putus asa. Ia memutar otak agar bisa terus berbagi tanpa menimbulkan kerumunan.

Ia kemudian memutuskan untuk 'jemput bola'. Artinya, Nurmaya dan timnya membagikan nasi bungkus dengan cara berkeliling.

"Pernah (membagikan nasi) ke Tanjung Duren, Kebayoran Baru, Tanah Abang, bahkan Kelapa Dua," kata Nurmaya.

Nurmaya mengaku, setiap kali jalan, ia dan timnya membawa sekitar 80 nasi bungkus.

"Pasang surut sih, kadang 70, kadang 80, kadang 60. Ketika nasi bungkus kami banyak, ada donatur yang ngasih. Air mineral, nasi dan lauk, jajan, bahkan uang," kata dia.

Kejutan-kejutan yang mengiringi

Saat berbagi makanan, Nurmaya kerap bertemu dengan orang-orang yang menginspirasinya.

Suatu ketika, ia bertemu dengan seorang ibu berpakaian lusuh. Ibu tersebut sudah tua.

"Begitu banyak yang beliau bawa, plastik-plastik besar. Tapi dia bukan pemulung," kata Nurmaya.

Nurmaya kemudian memberikan nasi bungkus kepada ibu itu.

"Katanya, 'Terima kasih neng, alhamdulillah ketemu nasi hari ini. Saya sekadar cukup buat makan aja alhamdulillah'," kata Nurmaya menirukan ibu itu.

Lewat ibu itu, Nurmaya belajar tentang arti cukup.

Kejutan-kejutan juga mengiringi Nurmaya. Lima bulan pascamemutuskan mulai berbagi makanan gratis, rumah ibunya yang semula rusak parah dan mau roboh, direnovasi gratis oleh seseorang.

"Saya pikir itu acara televisi. Tapi ternyata bukan. Dia memang pengusaha. Kami enggak habis pikir," kata Nurmaya.

Rumahnya ibu saat ini, kata Nurmaya, sudah bagus seperti apartemen.

Tak sampai di situ, jeda dua bulan setelah rumah ibunya selesai direnovasi, Nurmaya dipercaya menjadi agen pupuk.

Kenalannnya pun bertambah. Isi toko tanaman hias Nurmaya makin beragam.

"Pohon-pohon yang viral pas pandemi, masuk begitu saja melalui teman-teman. Itu mereka menaruh tanamannya di sini," kata Nurmaya.

Baru-baru ini, Nurmaya juga mendapatkan penghargaan sebagai tokoh perubahan oleh sebuah media nasional.

"Berturut-turut (kejutannya), tiada henti," tutur ibu tiga anak itu.

Tak mau berhenti berbagi

Nurmaya merasakan indahnya berbagi, dan ia tak mau berhenti.

Omongan-omongan miring tentangnya tidak ia gubris. Tekadnya sudah bulat untuk berbagi.

Pesan ayahnya ia pegang terus hingga kini, 'menolong tanpa pamrih'.

"Saya enggak mau libur, selagi Tuhan kasih tubuh ini sehat, tangan kaki saya untuk bekerja, berkah itu luar biasa," ujarnya.

Langkah-langkah yang ditempuh Nurmaya juga membuat ia tidak mau besar kepala.

"Justru ini amanah besar. Ketika semua masyarakat sudah mengetahui kegiatan saya, saya hanya berharap menjadi inspirasi dalam berbagi kebaikan," kata dia.

Nurmaya yakin bahwa Tuhan telah memberi porsi pada setiap manusia, termasuk rejeki. Berbagi adalah caranya untuk mensyukuri nikmat.

"Apalagi kalau kita sudah berusaha, niat baik, disertai dengan doa, inshaallah pasti ketemu," kata dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/04/22/18483741/nurmaya-perempuan-penderma-nasi-bungkus-dan-cerita-kejutan-kejutan-yang

Terkini Lainnya

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Dua Rumah Kebakaran di Kalideres, Satu Orang Tewas

Megapolitan
Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Curhat Pedagang Bawang Merah Kehilangan Pembeli Gara-gara Harga Naik Dua Kali Lipat

Megapolitan
PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

PAN Ajak PDI-P Ikut Usung Dedie Rachim Jadi Calon Wali Kota Bogor

Megapolitan
Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Kelakar Chandrika Chika Saat Dibawa ke BNN Lido: Mau ke Mal, Ada Cinta di Sana...

Megapolitan
Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Pemilik Toko Gas di Depok Tewas dalam Kebakaran, Saksi: Langsung Meledak, Enggak Tertolong Lagi

Megapolitan
Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Sowan ke Markas PDI-P Kota Bogor, PAN Ajak Berkoalisi di Pilkada 2024

Megapolitan
Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Penjelasan Pemprov DKI Soal Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI yang Capai Rp 22 Miliar

Megapolitan
Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Kebakaran Tempat Agen Gas dan Air di Depok, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Banyak Warga Berbohong: Mengaku Masih Tinggal di Jakarta, padahal Sudah Pindah

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Pendaftaran PPK Pilkada 2024 Dibuka untuk Umum, Mantan Petugas Saat Pilpres Tak Otomatis Diterima

Megapolitan
Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Asesmen Diterima, Polisi Kirim Chandrika Chika dkk ke Lido untuk Direhabilitasi

Megapolitan
Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Selain ke PDI-P, Pasangan Petahana Benyamin-Pilar Daftar ke Demokrat dan PKB untuk Pilkada Tangsel

Megapolitan
Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Polisi Pastikan Kondisi Jasad Wanita Dalam Koper di Cikarang Masih Utuh

Megapolitan
Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Cara Urus NIK DKI yang Dinonaktifkan, Cukup Bawa Surat Keterangan Domisili dari RT

Megapolitan
Heru Budi Harap 'Groundbreaking' MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Heru Budi Harap "Groundbreaking" MRT East-West Bisa Terealisasi Agustus 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke