Bukan pula sekadar pelataran puncak dan pelataran cawan untuk melihat lanskap Ibu Kota, atau museum nasional yang menyimpan sejumlah diorama sejarah Bangsa Indonesia.
Jika ditelusuri lagi, Kawasan Monas yang memiliki luas lebih dari 80 hektar ini menyimpan banyak relief sejarah hingga patung pahlawan Indonesia di hampir setiap sudut.
Setidaknya, terdapat lima patung tokoh ternama yang terpajang di setiap penjuru mata angin kawasan Monas, mulai dari Pangeran Diponegoro, Raden Ajeng Kartini, hingga penyair legendaris Chairil Anwar.
Kelima patung tersebut merupakan pemberian sejumlah sosok ternama dan berpengaruh. Pemasangannya di setiap penjuru kawasan Monas tak lain untuk mengingat para pengunjung akan jasa para pahlawan merebut kemerdekaan Indonesia.
1. Patung Diponegoro
Dalam artikel Harian Kompas edisi 3 Desember 1978, Patung Diponegoro yang terpasang di sisi utara kawasan Monas merupakan pemberian dari Dr Mario Pitto, mantan Konsul Jenderal Kehormatan Indonesia di Italia.
Patung itu dibuat langsung di Italia oleh seorang pemahat bernama Profesor Cobertaldo sampai akhirnya dibawa dan diberikan Dr Mario Pitto ke Indonesia.
Pangeran Diponegoro sendiri lahir di Yogyakarta, 11 November 1785. Sejarah mencatat, Diponegoro menjadi tokoh utama dalam Perang Jawa pada periode 1825-1830 melawan Hindia Belanda.
Pria yang juga dikenal dengan nama Pangeran Harya Dipanegara itu meninggal pada usia 69 tahun. Kini, perjuangannya dalam memerdekakan Indonesia masih dikenang dan diilhami teladannya bagi masyarakat Indonesia.
2. Patung Ikada
Patung Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) terletak di sisi selatan kawasan Monas. Berbeda dari yang lain, patung ini tak menggambarkan sosok pahlawan tertentu.
Patung tersebut justru menggambar sosok lima pemuda memancangkan bendera Merah Putih untuk mengenang peristiwa bersejarah Rapat Raksasa Ikada pada 19 September 1945.
Momen tersebut merupakan kali pertama Presiden RI Ir Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta bertemu dengan rakyat. Pertemuan dimaksudkan agar masyarakat mampu mewujudkan semangat kemerdekaan.
Melansir laman Jakarta Tourism, Patung Ikada selesai dibangun pada 1 Februari 1988. Bentuknya dirancang oleh seorang dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), sekaligus pematung terkenal, Sunaryo.
Patung yang melambangkan semangat juang para pemuda itu diresmikan pada 20 Mei 1988 oleh Gubernur DKI Jakarta yang kala itu, Wiyogo Atmodarminto.
3. Patung MH Thamrin
Patung Muhammad Husni (MH) Thamrin berada di sisi barat kawasan Monas. Patung sosok yang juga dikenal sebagai pahlawan kemerdekaan asli Betawi ini dibuat oleh Arsono dan diresmikan pada 11 Januari 1982.
Menlansir Kompas.id, Thamrin tak hanya dikenal sebagai pahlawan nasional, tetapi juga sukses sebagai seorang pedagang. Kala itu, Thamrin memiliki usaha impor buah yang membuat dia dikenal sebagai seorang dermawan.
Dalam buku tentang kisah cinta Soekarno dan istri pertamanya, Inggit Ganarsih, yang ditulis Ramadhan KH, kedermawanan Thamrin terlihat tatkala dia memberikan sejumlah uang kepada keluarga Presiden pertama RI itu untuk kebutuhan sehari-hari.
"Selain naskah yang diperlukan Kusno (panggilan Inggit pada Soekarno), ada sehelai amplop (dari MH Thamrin) buatku. Waktu aku buka, di dalamnya ada uang lima puluh gulden, jumlah yang lumayan. Betapa girangnya aku," kata Inggit.
Dalam cerita lain, Thamrin pernah menggelontorkan 2.000 gulden untuk membuat stadion sepak bola. Hal itu dia lakukan ketika mengetahui pribumi dilarang masuk ke stadion sepak bola yang dikelola oleh Pemerintah Hindia-Belanda.
Stadion yang dibuat Thamrin bertaraf internasional dan khusus untuk kaum pribumi. Stadion itu didirikan di kawasan Petojo yang diberi nama stadion VIJ singkatan dari Voetbal Indonesia Jakarta.
4. Patung RA Kartini
Di sisi timur kawasan Monas terdapat patung pahlawan perempuan Tanah Air, Raden Ajeng (RA) Kartini. Patung yang berjumlah tiga buah ini menggambarkan sosok Kartini yang sedang menari dengan gerakan yang berbeda-beda.
Patung ini diketahui merupakan pemberian Pemerintah Jepang kepada Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari adanya ukiran aksara jepang tepat di bawah patung Kartini bagian tengah.
Arsip Kompas.com menuliskan, Kartini adalah putri tertua keturunan keluarga ningrat atau bangsawan Jawa. Ayahnya merupakan Bupati Jepara Raden Mas Sosroningrat.
Sementara sang Ibu bernama MA Ngasirah, putri anak dari seorang guru agama di Teluwakur, Jepara. Keluarga Kartini kala itu dikenal cerdas.
Sejarah mencatat, sosok kepahlawanan Kartini salah satunya terlihat dengan keaktifannya memperjuangkan kesetaraan hak perempuan.
Emansipasi wanita mulai menggema di Indonesia atas jasa Kartini. Sebagai perempuan Jawa, dia sangat merasakan ketimpangan sosial antara perempuan dan laki-laki kala itu.
5. Patung Chairil Anwar
Tak jauh dari Patung Diponegoro, di sisi utara kawasan Monas terdapat patung setengah badan sosok Chairil Anwar berbahan perunggu.
Melansir lama Jakarta Tourism, patung penyair legendaris tanah itu dibuat oleh Arsono dengan wajah tenang yang memandang lurus ke depan.
Peresmiannya dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta yang kala itu, R Suprapto, pada 21 Maret 1986.
Arsip Kompas.com menuliskan, Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922 di Medan, dari pasangan Tulus dan Saleha, sebuah keluarga Minangkabau yang taat beragama.
Bagi bangsa Indonesia, nama Chairil Anwar tak asing di kalangan sastrawan, guru, pelajar hingga mahasiswa. Hal itu karena Chairil membawa pembaruan di dunia kesusasteraan terutama dalam puisi.
Pembaruan itu meliputi penggunaan bahasa, pandangan hidup, dan sikap hidup. Chairil Anwar telah memelopori lahirnya satu angkatan kesusasteraan baru yang disebut Angkatan 45.
Secara garis besar, ciri-ciri angkatan 45 adalah penghematan bahasa, kebebasan pribadi, individualisme, berpikir lebih kritis, dan dinamis.
Chairil membawa aliran baru yang disebut ekspresionisme, suatu aliran seni yang menghendaki kedekatan pada sumber asal pikiran dan keinsyafan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/13/08534001/patung-tokoh-di-tiap-penjuru-monas-dari-diponegoro-kartini-hingga-chairil