Salin Artikel

Raden Aria Wangsakara Akhirnya Terima Gelar Pahlawan Nasional, Keturunannya Kumpulkan Data sampai ke Belanda

TANGERANG, KOMPAS.com - Raden Aria Wangsakara yang dikenal sebagai pendiri Tangerang akhirnya mendapatkan gelar pahlawan nasional pada 10 November 2021.

Keturunannya butuh perjuangan hingga 4 tahun untuk memastikan gelar pahlawan nasional disematkan kepada Raden Aria Wangsakara.

Raden Harris Yasin Yudhanegara alias Kang Bayu yang merupakan keturunan dari anak pertama Raden Aria Wangsakara, yaitu Yudhanegara, bercerita soal perjuangannya selama 4 tahun tersebut.

Pada mulanya, Kang Bayu dkk hendak membuat buku sejarah Kabupaten Tangerang.

Dalam proses pembuatan buku tersebut, Kang Bayu dibantu beberapa rekannya, seperti seorang penulis buku-buku sejarah yang bernama Ali Mukti.

Dari pembuatan buku sejarah Kabupaten Tangerang itulah Kang Bayu mengembangkan kisah-kisah perjuangan Raden Aria Wangsakara.

"Mengembangkan semua data untuk mengangkat Pangeran Aria Wangsakara untuk dijadikan Pahlawan Nasional," kata Kang Bayu saat ditemui di Makam Aria Wangsakara di Lengkong, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Kamis (11/10/2021).

Kumpulkan data hingga Negeri Kincir

Kang Bayu bercerita, salah satu data yang dikumpulkan bahkan berasal dari Den Haag di Belanda alias Negeri Kincir.

Data yang dikumpulkan dari Negeri Tulip tersebut berbentuk mushaf Al Quran yang ditulis oleh Raden Aria Wangsakara. Mushaf Al Quran itu ditulis menggunakan tinta emas.

Setelah mengumpulkan data-data itu, Kang Bayu dkk mengajukannya ke Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Tangerang.

"Kita koordinasi dengan Dinsos Kabupaten Tangerang yang memang memfasilitasi dan mengarahkan untuk mengangkat (Raden Aria Wangsakara) menjadi pahlawan," tuturnya.

Proses pengajuan Raden Aria Wangsakara sebagai Pahlawan Nasional tak berhenti sampai situ.

Setelah berkoordinasi dengan Dinsos Kabupaten Tangerang, data-data tersebut lantas diajukan ke Kementerian Sosial (Kemensos).

Tepatnya, data itu diajukan ke Bagian Kepahlawanan Kemensos.

Kang Bayu dkk masih harus melakukan sejumlah hal lain setelah mengajukan data tersebut ke Kemensos.

"Kita diwajibkan untuk melengkapi data. Lalu diadakan seminar di beberapa perguruan tinggi terkait Raden Aria Wangsakara, dan itu sudah kita lakukan," paparnya.

"Dan juga kita mencari tambahan-tambahan data perjuangan Raden Aria Wangsakara ini. Setelah semuanya lengkap, akhirnya dilengkapi juga dengan data-data yang dibutuhkan, dan akhirnya menunggu waktu," sambung dia.

4 tahun menanti

Kang Bayu dkk harus menunggu sampai 4 tahun setelah data itu diajukan hingga Raden Aria Wangsakara mendapatkan anugerah sebagai Pahlawan Nasional.

Menurut Kang Bayu, meski proses tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, 4 tahun tergolong waktu yang lebih singkat dibandingkan pengajuan nama calon Pahlawan Nasional lainnya.

Ada yang harus menunggu mulai 5-7 tahun hingga nama calon yang diajukan mendapat gelar Pahlawan Nasional.

"Enggak mudah, enggak seperti membalikkan telapak tangan, harus menunggu 4 tahun setelah diajukan ya. Mungkin ini termasuk cepat, dibandingkan dengan daerah yang lain, ada yang 5-7 tahun baru semuanya bisa diberikan," urai Kang Bayu.

Kang Bayu kemudian ditunjuk oleh keturunan lain pendiri Tangerang tersebut untuk mengambil anugerah Pahlawan Nasional Raden Aria Wangsakara pada 10 November 2021.

https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/12/13344591/raden-aria-wangsakara-akhirnya-terima-gelar-pahlawan-nasional

Terkini Lainnya

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan 'Treadmill' untuk Calon Jemaah Haji

Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Sediakan Alat Pijat dan "Treadmill" untuk Calon Jemaah Haji

Megapolitan
Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Penampakan Rumah TKP Penusukan Seorang Ibu oleh Remaja Mabuk di Bogor, Sepi dan Tak Ada Garis Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke