Salah satu infrastruktur yang tengah gencar dibangun saat ini adalah sumur resapan yang berlokasi di trotoar dan jalan lingkungan.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta menargetkan untuk membangun lebih dari satu juta sumur resapan yang mampu menampung hingga 11 juta meter kubik air.
Namun, pembangunan infrastruktur tersebut bukan tanpa kendala. Hingga saat ini, jumlah sumur resapan yang berhasil dibuat Pemprov DKI baru mencapai 16.035 sumur dengan daya tampung sekitar 31 ribu meter kubik.
Sumur resapan rusak kontur jalan
Tak hanya jauh panggang dari api, proyek ini juga belakangan menjadi sorotan karena membuat berbagai jalan rusak.
Salah satu sumur resapan yang dikeluhkan warga ada di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Sumur resapan yang dibangun di tengah jalan tersebut dinilai merusak kontur jalan. Bahkan, tak sedikit tutup sumur resapan ambles dan jebol, sehingga membahayakan pengguna jalan.
Tutup sumur resapan di Jalan Intan, Cilandak Barat dilaporkan jebol tak lama setelah dibangun pada November 2021.
Kerusakan tutup sumur resapan itu sempat dikeluhkan oleh komika Soleh Solihun melalui akun Twitter-nya @solehsolihun.
Saat itu, Soleh sempat menyebutkan akun Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta dalam kicauannya.
"Dear @DinasSDAJakarta ini galian drainase vertikal di Jalan Intan, belum ada sebulan usianya, udah hancur bahkan berlubang, membahayakan pengendara, nih," tulis Soleh sambil membagikan foto penutup sumur resapan yang jebol itu.
Kerusakan serupa juga terjadi di Jalan Karang Tengah Raya, Lebak Bulus, Cilandak. Waktunya pun berdekatan.
Berdasarkan pengamatan Kompas.com di lokasi, dua di antara beberapa sumur resapan yang dibangun di kawasan tersebut ambles.
Warga berinisiatif menaruh pot tanaman dan dua ban bekas di atas penutup sumur resapan agar pengguna jalan menghindari titik berbahaya tersebut.
"Warga sini (yang beri pot). Buat antisipasi saja agar tidak terjadi kecelakaan, karena lokasi (sumur resapan) di jalan yang dilintasi kendaraan," kata warga setempat bernama Quraf (40).
Tidak efektif atasi banjir
Bergeser sedikit dari Jalan Karang Tengah Raya, sumur resapan yang ada di kawasan Kamboja, Lebak Bulus, disebut tak menyelesaikan masalah banjir.
Toto, seorang penghuni rumah kontrakan di kawasan tersebut mengatakan bahwa banjir tetap melanda perumahannya meski telah ada sumur resapan.
Teranyar, banjir terjadi di kawasan tersebut pada Desember 2021. Ketinggian air saat itu lebih dari satu meter. Padahal, kata Toto, sumur resapan sudah mulai beroperasi.
"Saat banjir, (sumur resapan) tak buat air menjadi cepat surut juga," kata Toto.
Sementata itu, Pengamat Tata Kota Yaya Supriatna mengatakan, bahwa fungsi sumur respan yang dibuat oleh Pemprov DKI Jakarta belum telihat maksimal.
Hal itu disebabkan karena keberadaan sumur resapan diduga dilakukan tanpa adanya penelitian.
"Keliatannya begitu (tak ada penelitian dulu). Misal yang disebut kenapa meletakannya ada di badan jalan, di bawah jembatan tol, trotoar," kata Yayat.
Padahal, kata Yayat, kondisi atau konstruksi tanah di wilayah Jakarta tak semua sama untuk bisa dibuat sumur resapan.
"Kalau untuk Jakarta Selatan, mungkin cocok. Tapi kalau mengatasi banjir untuk Jakarta Utara?, itu bukan sumur resapan, mungkin pompa. Begitu digali sudah ketemu air, gimana mau meresap," kata Yayat.
Proyek sumur resapan yang dibuat oleh Pemrov DKI Jakarta terkesan sesuatu hal yang dipaksakan.
Menurut Yayat, Pemrov DKI Jakarta hanya mengedepankan kuantitas dengan berbicara soal target jumlah sumur resapan yang harus dibuat.
"Jangan hanya mengejar angka harus seribu atau berapa tapi tolong nilai efektivitasnya dan harus berani evaluasi apakah sumur resapan itu hasilnya sesuai harapan atau tidak," kata Yayat.
"Evaluasi itu penting untuk memperbaiki. Apa yang kurang dari program yang sudah di jalankan seperti sekarang ini" ucap Yayat.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/02/04/19094151/saat-sumur-resapan-untuk-atasi-banjir-di-jakarta-tuai-polemik-disebut