Selain itu, ia juga kesulitan memperoleh tahu tempe untuk berjualan setelah harga kedelai meroket dan terjadi aksi mogok produsen se-Jabodetabek pada Senin (21/2/2022) hingga Rabu (23/2/2022).
"Pengaruh minyak saja sudah dua bulan enggak stabil. Turunnya (penghasilan) sekitar 30 persen per harinya. Dari Rp 700.000 jadi hampir Rp 500.000 per harinya. Itu buat dimodalin lagi," ujar Jiryo saat ditemui di lokasi tempat ia jualan sehari-hari di Jalan Lengkong Gudang Timur (Leguti), Serpong, Tangsel, Senin (21/2/2022).
"Kalau belanja lagi saya bingung apalagi pas kemarin harga minyak belum subsidi masih Rp 38.000, sekarang sudah murah tapi langka barangnya," lanjutnya.
Untuk hari ini, Jiryo masih memiliki stok tahu tempe sisa kemarin untuk dijual. Akan tetapi hingga Rabu lusa, selama tidak ada yang menjual stoknya, Jiryo tidak bisa berjualan gorengan tahu tempe.
Karena sulit menemukan minyak goreng dan tahu tempe, ia terpaksa mengurangi ukuran gorengan.
Selain itu, Jiryo juga mengatakan omzetnya menurun karena terdampak pandemi.
"Pengaruh juga, karena pembelinya berkurang karena ukurannya (gorengan) kecil. Kondisi ekonomi saja lagi susah, mal saja pada tutup, pekerja pada di-PHK (pemutusan hubungan kerja). Saya masih ada kerjaan saja masih syukur," kata dia.
Karena itu, Jiryo berharap pemerintah dapat mengendalikan kenaikan harga kedelai. Kalau pun harus naik, dia meminta harganya tidak melonjak signifikan.
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/02/21/19440051/tukang-gorengan-di-tangsel-terdampak-minyak-goreng-dan-tahu-tempe-langka