Salin Artikel

Kisah Rismawati, Petugas PPSU Penyandang Disabilitas di Kelurahan Ancol yang Selalu Bersemangat

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah empat tahun Rismawati (23) bekerja sebagai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.

Risma, begitu dia akrab disapa, bukanlah petugas PPSU biasa. Ia merupakan penyandang disabilitas yang selalu bersemangat bekerja di tengah keterbatasannya dalam mendengar dan berbicara.

Keinginan kuat dan semangat Risma untuk bekerja diceritakan langsung oleh sang ibunda, Chaterina Rugiyem, kepada Kompas.com, Kamis (10/3/2022).

Ketertarikan menjadi petugas PPSU

Chaterina mengungkapkan awal mula ketertarikan Risma menjadi petugas PPSU.

Empat tahun yang lalu, setiap pukul 06.00 WIB, dia selalu mengantar Risma sekolah di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 04 yang berlokasi di Semper, Cilincing, Jakarta Utara, dengan mengendarai sepeda motor.

"Jadi di jalanan ketemu PPSU yang berpakaian oranye. Saya suka ngomong, 'Ris, entar kalau udah tamat sekolah mau enggak kerja kayak begini (PPSU)?' Pertamanya saya ngasih gambaran kayak gitu, ke sini-sininya dia bilang, 'iya Bu, mau," ujar Chaterina.

Seolah dibukakan jalannya, tiga bulan setelah Risma menamatkan sekolah di tingkat SMA SLB tersebut, ada lowongan petugas PPSU di Kelurahan Ancol yang dibuka.

Chaterina sempat menanyakan kepada anak sulungnya itu soal minatnya bekerja sebagai petugas PPSU.

Rupanya, tawaran itu disambut antusias oleh Risma. Risma sendiri menyelesaikan pendidikannya di SLBN 04 Semper sejak pendidikan usia dini hingga sekolah menengah atas.

"Akhirnya ya bikin surat lamaran, diajukan, alhamdulillah diterima sama lurah dan jajarannya.
Pokoknya tiga bulan setelah tamat (sekolah), langsung ada lowongan itu, langsung ngelamar. Alhamdulillah dapat kesempatan kerja di situ sampai sekarang udah masuk tahun keempat," beber Chaterina.

Menurut Chaterina, tugas yang dilakukan Risma sebagai petugas PPSU beragam. Selain bersih-bersih, Risma juga diminta untuk melakukan kegiatan lainnya.

Misalnya, mengantarkan laporan kepada lurah agar ditandatangani, memotokopi dokumen, dan sebagainya.

"Jadi dia (Risma) juga mau dan bisa mengerjakan apa yang disuruh kepadanya," kata dia.

Chaterina mengatakan, tidak ada berarti yang dihadapi anaknya saat berkomunikasi dengan petugas PPSU lain. Risma bisa membaca gerak bibir orang yang berinteraksi dengannya.

Namun, selama pandemi Covid-19 ini, cara interaksi Risma dengan rekan kerja atau atasannya sedikit berubah.

Mereka harus menulis di secarik kertas atau di ponsel ketika hendak meminta bantuan Risma.

"Iya pakai tulisan, cuma ini kan karena sekarang lagi tradisinya pakai masker jadinya pakai tulisan. Kalau komunikasi di rumah sih biasa, dia melihat gerak bibir. Jadi gerak bibir ibu, kalau ibunya ngomong apa dia tahu. Cuma karena pakai masker, mau tidak mau harus pakai tulisan. Lewat HP atau kertas," kata Chaterina.

Sama seperti saat Risma bersekolah, Chaterina juga setiap hari mengantarjemput Risma bekerja ke kantor Kelurahan Ancol yang tak begitu jauh dari kediamannya di Kampung Lodan.

Dia mengatakan, pagi-pagi selalu mengantar Risma bekerja, dan menjemputnya kembali pada pukul 17.30 WIB.

Risma hanya mendapat jatah libur setiap hari Sabtu, ujar dia, pada hari libur itu Risma kerap membantunya melakukan pekerjaan rumah tangga.

"Biasanya nyapu, ngepel, ngeberesin kamar dia sendiri gitu, gosok. Kalau sehari-hari memang enggak bisa bantuin karena berangkatnya pagi, pulangnya udah sore," kata dia.

Dukungan dari Keluarga dan Lingkungan Kerja

Chaterina bersyukur anaknya mendapat dukungan yang positif dari tempatnya bekerja, baik rekan kerja maupun atasan.

Menurut dia, hal itu pula yang membuat Risma bisa betah bekerja sebagai petugas PPSU di Kelurahan Ancol sejak 2019 hingga kini.

"Alhamdulillah pada baik semua. Orangnya pada dukung, kayak Risma belum tahu apa yang harus dikerjakannya, dikasih tahu dulu caranya begini, tempatnya di sini," kata Chaterina.

"Teman-temannya, atasannya mau mengarahkan dengan baik, makanya Risma alhamdulillah betah di situ karena semua di tempat kerja mendukung, memberi arahan kalau Risma kurang paham," lanjut dia.

Tak hanya itu, keluarga juga terus mendukung pilihan Risma untuk bekerja sebagai petugas PPSU. Terlebih hal tersebut merupakan keinginan dari Risma sendiri.

Sebagai orangtua, ujar Chaterina, dia hanya bisa memberikan sokongan doa dan semangat aja.

"Semua keluarga mendukung, enggak ada yang melarang atau bagaimana, karena itu sudah keinginannya.

Alhamdulillah untuk semangatnya, memang saya acungi jempol," kata dia.

Tak Sedikit yang Memandang Sebelah Mata

Chaterina mengatakan, dalam kehidupan sehari-hari, Risma merupakan anak yang cenderung tertutup dan jarang berkumpul dengan teman-teman seusianya.

Namun, bukan berarti Risma menjadi orang yang tertutup kepada orang lain di sekitar tempat tinggalnya.

Jika ada yang menyapa atau menegur, kata dia, Risma selalu menjawabnya.

Kondisi Risma yang terbatas, memang sempat membuat Chaterina sedih sebagai seorang ibu.

Terlebih, banyak orang yang selalu memandang Risma sebelah mata. Jika hal ini terjadi, kata dia, Chaterina hanya bisa mengelus dada dan menyabarkan diri.

"Tapi alhamdulillah berbuah manis. Orang melihat Risma memang sebelah mata, malah ada yang bilang, 'ngapain sih anak bisu disekolahin?' Banyak yang bilang gitu, cuma kan selagi dia mampu, anaknya mau, dan semangat sekolah, saya sebagai orangtua selalu mengantarjemput, biar jauh hujan petir juga diterobos," kata dia.

Meski demikian, Risma tak menyerah dengan kehidupannya. Ia bahkan sempat bercita-cita menjadi guru.

Menurut Chaterina, saat Risma tamat sekolah, dia sempat menanyakan kepada anaknya itu apakah ingin melanjutkan kuliah dan mengejar cita-cita menjadi guru.

Namun, Risma tegas menjawab tidak mau. Bagi Risma, bekerja menjadi petugas PPSU seperti yang sering dilihatnya saat akan berangkat sekolah sudah cukup baginya.

"Mungkin karena setiap pagi saya kasih tahu ada pekerja begitu (PPSU), mungkin pikir dia kalau bekerja begitu enggak banyak ngomong, enggak perlu mengeluarkan pikiran banyak," kata dia.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/10/14464521/kisah-rismawati-petugas-ppsu-penyandang-disabilitas-di-kelurahan-ancol

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke