Salin Artikel

Tak Memadainya Sistem Sanitasi di Kampung Cirompang Tangsel, Dulu Pakai Jamban Apung, Kini WC Tanpa Septic Tank

Ia menyebutkan, ada sekitar 1.700 kepala keluarga (KK) yang memiliki sanitasi pembuangan air tak layak.

Dari tujuh kecamatan di Tangerang Selatan, lokasi dengan warga terbanyak yang masih menggunakan jamban "helikopter" yaitu Kecamatan Setu, yakni sekitar 420 KK.

Di Kecamatan Setu, warga yang masih menggunakan jamban apung yakni warga Kampung Cirompang.

Berikut fakta-fakta mengenai jamban apung di Kampung Cirompang:

Ada satu jamban apung yang masih digunakan warga

Beberapa warga Kampung Cirompang masih menggunakan jamban apung di saat mendesak.

Salah seorang warga, Haerudin (58), mengatakan, masih ada satu jamban "helikopter' yang tersisa di RT 002 RW 003 Kampung Cirompang, Kelurahan Kademangan, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan.

Haerudin menuturkan, jamban tersebut sudah ada di permukimannya sejak 1993.

"Awalnya tahun 1993 kan dulu ada empat jamban, karena belum pada punya sanitasi. Seiring perkembangan zaman terkikis hingga tersisa satu," ujar Haerudin saat ditemui, Rabu (16/3/2022).

"Dan itu pun jarang digunakan, paling pas kepepet saja. Sekarang warga hampir punya semua (jamban)," lanjut dia.

Haerudin menuturkan, dahulu warga sering menggunakan jamban "helikopter" karena tak ada WC

Kini, warga sudah punya WC atau toilet. Jamban apung biasanya hanya digunakan warga pada malam hari.

"Itu juga paling dipakai malam, malas ke WC, sambil nyantai merokok. Kalau siang kan enggak enak dilihat," kata Haerudin.

Beberapa warga punya WC tanpa septic tank

Beberapa warga kampung Cirompang sudah beralih menggunakan kamar mandi atau WC pribadi.

Namun, permasalahan berikutnya yaitu WC tersebut tidak dilengkapi septic tank.

Akibatnya, kotoran langsung disalurkan ke empang ataupun selokan yang bermuara ke sungai dan kemudian laut.

"Dulu pakai jamban 'helikopter' karena enggak punya WC. Sekarang sudah buang air di WC rumah, tapi enggak punya septic tank. Jadi buang kotorannya ke empang," ujar warga bernama Nuah (38) saat ditemui, Rabu.

Menurut Nuah, ada beberapa warga lain yang juga menerapkan cara serupa. Nuah mengaku tidak memiliki sistem sanitasi yang layak karena terkendala biaya.

"Sebenarnya kalau ada yang gerakin, misalnya gratis dari pemerintah, ya mau banget. Sekarang langsung saja dibongkar (salurannya) dibikin septic tank," lanjutnya.

Haerudin juga memiliki kamar mandi sendiri di rumahnya. Saluran pembuang kotorannya tidak dialirkan ke empang, melainkan ke selokan.

"Saya sanitasinya langsung ke selokan ngalir, enggak ada septic tank," ucap Haerudin.

Ia mengaku tidak memiliki septic tank karena terkendala biaya.

"Butuh berapa juta itu kan. Saya sih mikirnya gini, kalau ada yang gratis kenapa harus nyari yang mahal. Enggak mampu, mungkin ya," tutur Haerudin.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/03/17/11123291/tak-memadainya-sistem-sanitasi-di-kampung-cirompang-tangsel-dulu-pakai

Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke