Salin Artikel

Perburuan Penembak Calon Dokter Gigi di Tangerang, Berawal dari Sidik Jari di Helm yang Tertinggal

JAKARTA, KOMPAS.com - Lima tahun lalu, tepatnya pada 12 Juni 2017, seorang calon dokter gigi yakni Italia Chandra Kirana tewas ditembak pencuri setelah berupaya mempertahankan motornya yang hendak digasak. Peristiwa pencurian motor itu terjadi di rumah Italia di Karawaci, Kota Tangerang, Banten

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 12 Juni 2017, Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang kala itu yakni AKBP Arlon Sitinjak menceritakan kronologi peristiwa itu.

Awalnya sekitar pukul 13.45 WIB, ada dua orang tak dikenal yang terlihat berkeliling menaiki sepeda motor di area perumahan itu.

Tidak lama, keduanya berhenti di dekat rumah Italia Chandra Kirana Putri (22). Di halaman rumah Kirana, terparkir sebuah sepeda motor Honda Beat. Sepeda motor itu langsung diutak-atik oleh para pelaku, dan tidak lama Kirana dari dalam rumah memergoki aksi mereka.

"Korban spontan teriak maling-maling sambil ngejar mereka. Korban juga ambil sapu lidi, mukul satu pelaku yang masih di halaman rumah," kata Arlon.

Tidak lama, satu pelaku lagi yang tidak diperhatikan oleh korban kembali menolong temannya. Pelaku itu ternyata memegang senjata api dan menembakkannya tepat ke dada sebelah kiri Kirana.

"Habis itu, pelaku langsung kabur. Tetangga korban bawa korban ke Rumah Sakit Sari Asih, tapi sampai sana sudah tidak bisa diselamatkan lagi," tutur Arlon.

Bermula dari sidik jari di helm pelaku

Polisi pun langsung bergerak menegjar pelaku penembakan. Sebanyak 13 saksi diperiksa terkait peristiwa tersebut. Selain itu, polisi juga mengamankan helm yang diduga milik pelaku penembakan di lokasi.

Lewat sidik jari yang ditemukan di helm tersebut, polisi akhirnya berhasil mengantongi identitas pelaku penembakan. Sang eksekutor penembakan bernama Saiful.

Namun Saiful akhirnya tewas setelah ditembak polisi karena melawan saat akan ditangkap di Lampung pada Minggu (9/7/2017) siang.

"Penembak Italia sudah kami tangkap di Lampung. Namun, karena yang bersangkutan melakukan perlawanan sehingga anggota melakukan tindakan tegas dan terukur dengan menembaknya," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya saat itu yakni Kombes Rudy Herianto Adi Nugroho, dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 8 Juli 2017.

Pengejaran terhadap Saiful sudah berlangsung sekitar sebulan. Selama beberapa pekan terakhir, tim dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya sudah membuntutinya. Tim melakukan penangkapan saat berada di Jalan Panjang, Lampung Selatan.

"Kemudian, begitu akan disergap, yang bersangkutan mengeluarkan senjata api," ujar Rudy.

Karena dianggap membahayakan keselamatan anggota, Saiful pun ditembak.

Selang dua hari berikutnya, rekan Saiful menyerahkan diri ke polisi. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Rudi Harianto Adi Nugroho mengatakan, pelaku menyerahkan diri lantaran takut akan ditindak tegas oleh polisi jika masih melarikan diri.

"Pelaku takut lantaran statement kami di media yang akan menindak tegas pelaku jika tidak segera menyerahkan diri," ujar Rudy.

Berdasarkan data yang dihimpun, pelaku yang menyerahkan diri adalah MAN. MAN atau Sudirman adalah pelaku yang mengendarai motor ketika upaya perampokan itu terekam kamera CCTV.

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 11 Juli 2017, Sudirman mengaku menyerahkan diri ke polisi lantaran takut diberi tindakan tegas jika tak segera menyerahkan diri. Selain itu, Sudirman juga merasa hidupnya tak tenang selama pelariannya.

"Saya sudah capek diem di ladang, sudah enggak tenang lagi (bersembunyi)," ujar Sudirman.

"Rumah udah digerebek, ibu nyuruh saya menyerahkan diri, saya mau tanggungjawab dengan perbuatan saya," ucap dia.

Tak hanya itu, Sudirman percaya jika dia menyerahkan diri akan mendapat jaminan kemanan oleh polisi.

"Saya terima kasih ke Pak polisi katanya kalau saya menyerahkan diri, saya dijamin aman," kata Sudirman.

Orang tua Italia geram

Saat bertatap muka langsung dengan Sudirman, mulanya, ibunda Italia, Sugiharti, menanyakan siapa yang menembak anaknya. Sudirman mengaku bahwa Saiful lah yang menembak Italia. Namun, Sugiharti tak langsung percaya dengan pengakuan Sudirman.

Dia menanyakan apa konsekuensinya jika Sudirman berbohong. Sudirman pun terus meyakinkan Sugiharti bahwa bukan dia yang menembak Italia. Tiba-tiba, ayahanda Italia, Fery Chandra langsung maju menghampiri Sudirman.

"Mau ditembak?" ujar Fery, dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 11 Juli 2017.

Tangis Sugiharti pun pecah. Sambil menggendong cucunya, wanita paruh baya tersebut terus mencecar Sudirman. Sudirman yang matanya tertutup kain hijau tak henti-hentinya meminta maaf kepada Fery dan Sugiharti.

"Minta maaf, saya maafin, tapi anak saya tak tergantikan. Kok tega sih nembak anak saya," ucap Sugiharti sambil terisak.

Melihat istrinya menangis, Fery kembali menghampiri Sudirman. Pria yang mengaku sama-sama asal Lampung itu pun semakin geram melihat Sudirman.

"Kalau saya penginnya kamu (Sudirman) langsung dihabisin. 'Lo balik lagi ke rumah gue, lompat pagar, lihat aja, udah kita siapin," kata Fery sambil memegang kepala Sudirman.

Sugiharti pun meminta pelaku yang terlibat dalam kasus penembakan anaknya dihukum seberat-beratnya. Sugiharti menilai perbuatan pelaku sangat keji.

"Mudah-mudahan dihukum seberat-beratnya. Karena nyawa anak saya ini tidak tergantikan lagi. Saya nangis-nangis terus tiap malam," ujar Sugiharti.

Sugiharti tidak menyangka ditinggalkan anaknya secepat ini. Padahal, Italia baru saja lulus dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.

"Anak saya itu harapan saya, tiap malam saya mikirin dia, ternyata sudah tidak ada lagi," ungkap Sugiharti.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/06/13/06000081/perburuan-penembak-calon-dokter-gigi-di-tangerang-berawal-dari-sidik-jari

Terkini Lainnya

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke