Salin Artikel

Peristiwa Pekan Ini, Tragedi Si Jago Merah Lahap Indekos Berterali Besi di Tambora

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran melanda rumah toko (ruko) empat lantai yang dijadikan tempat usaha makanan sekaligus rumah kos di Jalan Duri Selatan 1, Duri Selatan, Tambora, Jakarta Barat, pada Rabu (17/8/2022) lalu.

Peristia kebakaran dilaporkan ke Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Barat pada pukul 06.36 WIB.

Enam penghuni tewas terjebak kobaran api dalam tragedi di indekos berterali besi itu. Korban hangus terbakar.

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Tambora, Kompol Rosana Albertina Labobar mengatakan, api diduga berasal dari salah satu kamar kos itu. Api muncul akibat korsleting pada kipas angin.

Terali besi sulitkan evakuasi

Para korban tewas diduga terperangkap dan sulit menyelamatan diri karena jendela pada bangunan dipasang terali besi.

Pengendali Pleton C Sektor Tambora Sudin Gulkarmat Jakarta Barat, Dadang Ahmid mengatakan, ada banyak peristiwa kebakaran melanda bangunan yang dipasangi terali besi.

"Saya hampir empat tahun bertugas di Tambora. Memang, kasus kebakaran paling banyak di Tambora itu pada rumah semipermanen, tapi obyek kebakaran bangunan yang diterali juga hampir sama banyaknya," kata Dadang, Sabtu (20/8/2022).

Dadang mengatakan, sebagian besar bangunan berterali besi merupakan ruko, tidak sedikit pula rumah hunian.

Ia menuturkan, terali besi cukup menyulitkan proses evakuasi karena kemungkinan besar korban terperangkap ketika terjadi kebakaran. Selain itu, terali juga menghambat upaya pemadaman api.

"Kalau full diterali, itu sulit. Kalau diterali itu, kami hanya bisa nembak air dari luar karena petugas enggak bisa masuk. Petugas cuma bisa masuk kalau ada aksesnya. Dan kalau full rapat diterali, akan sulit," ujar Dadang.

Dadang mengungkapkan, petugas pemadam bisa saja menjebol terali besi dengan alat khusus, tetapi hal itu memakan waktu yang lama.

"Kami jarang menjebol terali besi saat kebakaran. Kami biasanya lebih memilih mencari akses masuk lain yang lebih mudah dilalui. Kalau misalkan bukan besi, kalau masih kaca atau lainnya, masih mudah kami jebol. Kalau besi membutuhkan waktu lama," kata Dadang.

Dadang berharap, warga mempertimbangkan agar tidak memasang terali besi pada bangunan karena dapat menghambat upaya penyelamatan saat terjadi kebakaran.

Selamat usai jebol terali

Salah satu petugas Sudin Gulkarmat Jakarta Barat, Barkah, melihat seorang penghuni kos tersebut berhasil menyelamatkan diri dari kobaran api.

"Waktu itu ada korban selamat, dia loncat lewat terali besi lantai tiga. Loncat, lalu jatuh langsung ke atap warteg (di lantai dasar)," kata Barkah, Sabtu (20/8/2022).

Barkah melihat penghuni kos itu menjebol terali besi di lantai tiga, kemudian melompat ke atap sebuah warung tegal (warteg).

"Itu dia jebol terali sendiri. Karena ada kayak bukaan akses jendela, ukuran 40x40 sentimeter. Yang selamat itu badannya kurus jadi muat melewati bukaan kecil itu, lalu loncat dan jatuh langsung ke atap warteg," tutur Barkah.

Meski demikian, Barkah melihat korban yang terjebak dan tewas di lokasi. Itu terjadi usai dirinya menyelamatkan dua penghuni kos. Barkah bersama rekan-rekannya kemudian melanjutkan proses pemadaman.

"Informasi dari orang warteg, ada dua orang kosan yang terjebak. Beruntung, dua orang itu berhasil diselamatkan oleh tim penyelamat. Korban yang selamat menyatakan bahwa tidak ada orang lagi di dalam. Jadinya, petugas fokus pemadaman," kata Barkah.

Namun, Barkah terkaget saat tim mulai masuk ke lantai tiga gedung itu. Sesosok jasad terlihat berada di dekat tangga yang ia lewati.

"Saat kami melakukan penyemprotan di dalam, ditemukanlah korban. Jenazah berada di sisi sebelah kanan dekat tangga lantai tiga. Saat itu, situasi hampir menguning, artinya kondisi api mulai mereda," ungkap Barkah.

Petugas terus menyisir seluruh lantai tiga. Hati Barkah semakin teriris saat melihat terdapat empat jenazah lainnya dalam keadaan terpanggang.

"Lalu kami sisir ke depan sampai ke teralis (jendela) berjarak sekitar 10 meter. Ternyata di situ banyak korban, ada yang tertimpa teralis bekas gypsum, ada yang paling pojok dekat teralis," kenang Barkah dengan pahit.

Saat melangkahkan kakinya di tengah pekat asap, kata Barkah, petugas menemukan seorang korban lainnya yang gagal menyelamatkan diri.

"Awalnya, hampir setengah jam, kami meyakini hanya menemukan lima jenazah. Saat itu lantai empat belum bisa kami kuasai lantaran sumber air yang terbatas," kata Barkah.

"Ketika api berhasil dikuasai, tim merangsek masuk ke lantai empat yang masih menyala. Ternyata di lantai empat ditemukan korban lainnya. Sehingga totalnya enam orang (korban tewas)," tutur dia.

Sejarah terali besi di Tambora

Camat Tambora Bambang Sutarna menuturkan, rata-rata rumah di wilayahnya dipasangi terali besi.

Sebagian rumah warga yang dipasangi terali besi dan menutupi seluruh bangunan, biasanya rumah model lama.

"Kapan dipasangnya kami tidak tahu, tapi sejak puluhan tahun lalu. Rata-rata bangunan yang dipasang teralis itu yang bangunan lama. Mereka ini memasang teralis di semua sisi, ditutup. Pintunya, terasnya, semua ditutup bahkan lantai atas, atap atas," kata Bambang, Kamis (18/8/2022).

Sementara itu, salah satu warga Tambora, Ince (65), mengatakan bahwa bangunan rumahnya sudah dipasangi terali besi sejak tahun 1986.

"Saya sejak 1986 tinggal di sini. Beberapa bulan setelah tinggal, saat itu tetangga pada mau masang teralis. Saya ya ikut pasang. Jadi bareng-bareng sama dua bangunan di sebelah," kata Ince.

Ince menceritakan, terali besi cukup untuk melindungi keluarga dan rumahnya saat kerusuhan 1998.

"Sebenarnya dipasang jauh sebelum krismon (krisis moneter) 1998. Tapi waktu kerusuhan, kami selamat, rumah selamat karena ini. Tapi saat itu, kami tambahin jaring besi di belakang teralis, soalnya kalau kaca dipecahin, pecahannya itu masuk ke dalam, nah jaring untuk menghalau pecahan," kata Ince.

Empat korban teridentifikasi

Empat jenazah korban kebakaran itu telah teridentifikasi oleh tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.

Ada dua jenazah lagi yang belum teridentifikasi dan masih dalam proses pemeriksaan DNA.

Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri Kramatjati Brigadir Jenderal Haryanto mengatakan, keempat korban berhasil diidentifikasi berkat rekonsiliasi data postmortem dan antemortem.

"Berhasil diidentifikasi berdasarkan data dari gigi atau odontogram dan data medis," kata Haryanto di RS Polri Kramatjati, Jumat (19/8/2022).

Keempat jenazah yang telah teridentifikasi itu masing-masing Alex Candra (21), Gholib Mawardi (27), Hamid (19), dan Edi Sunarto (40). Semuanya beralamat atau berasal dari luar Jakarta.

Haryanto menuturkan, jenazah para korban itu hangus dan hampir semua tidak dapat dikenali.

"Seluruh korban hampir tidak dapat dikenali secara visual," ungkap Haryanto.

Oleh karena itu, tim Forensik RS Polri tidak bisa mengidentifikasi jenazah lewat sidik jari karena hangus.

https://megapolitan.kompas.com/read/2022/08/21/07270861/peristiwa-pekan-ini-tragedi-si-jago-merah-lahap-indekos-berterali-besi-di

Terkini Lainnya

Selama 2019-2023, Jakarta Dilanda 5.170 Bencana Alam akibat Perubahan Iklim

Selama 2019-2023, Jakarta Dilanda 5.170 Bencana Alam akibat Perubahan Iklim

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 30 Mei 2024, dan Besok : Pagi Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 30 Mei 2024, dan Besok : Pagi Ini Cerah Berawan

Megapolitan
Daftar Acara HUT Kota Jakarta ke-497, Ada Gratis Masuk Ancol

Daftar Acara HUT Kota Jakarta ke-497, Ada Gratis Masuk Ancol

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Ada Pembangunan Saluran Air hingga 30 November, Pengendara Diimbau Hindari Jalan Ciledug Raya

Megapolitan
Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Panca Darmansyah Berupaya Bunuh Diri Usai Bunuh 4 Anak Kandungnya

Megapolitan
Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Trauma, Siswi SLB yang Jadi Korban Pemerkosaan di Kalideres Tak Mau Sekolah Lagi

Megapolitan
Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Dinas SDA DKI Jakarta Bangun Saluran Air di Jalan Ciledug Raya untuk Antisipasi Genangan

Megapolitan
Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Jaksel dan Jaktim Masuk 10 Besar Kota dengan SDM Paling Maju di Indonesia

Megapolitan
Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Heru Budi: Ibu Kota Negara Bakal Pindah ke Kalimantan Saat HUT ke-79 RI

Megapolitan
Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Bandar Narkoba di Pondok Aren Bersembunyi Dalam Toren Air karena Takut Ditangkap Polisi

Megapolitan
Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Siswi SLB di Kalideres yang Diduga Jadi Korban Pemerkosaan Trauma Lihat Baju Sekolah

Megapolitan
Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Masih Dorong Eks Warga Kampung Bayam Tempati Rusun Nagrak, Pemprov DKI: Tarif Terjangkau dan Nyaman

Megapolitan
Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Suaminya Dibawa Petugas Sudinhub Jakpus, Winda: Suami Saya Bukan Jukir Liar, Dia Tukang Servis Handphone

Megapolitan
Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Ditangkap Polisi, Pencuri Besi Pembatas Jalan di Rawa Badak Kerap Meresahkan Tetangga

Megapolitan
Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Kronologi Terungkapnya Penemuan Mayat Dalam Toren yang Ternyata Bandar Narkoba

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke